Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Kelompok :
Gadis Annisa
Mochammad Satrio Wibowo
Roni Erlando
Siti Nurjanati
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

• Abad 18  abad botanikal (Somberg, 1996). Sejarah Mesir


kuno dan Yunani membukukan adanya farmakope, yang
mencakup kompendium dan dosis obat bahan alam (Bogner,
1996).
• Hingga awal abad 19, semua obat bersifat toksik, karena
dapat menyembuhkan atau sekaligus menyebabkan kematian.
Ilmu tentang pengobatan selalu dikaitkan dengan “empirisme”
dan “mantra”. Cara pembuatan obat bersifat sangat primitif
sehingga perbedaan antara obat dan racun menjadi sangat
tipis. Deklarasi Paracelcus pun menjadi tepat, bahwa yang
membedakan antara obat untuk pengobatan dengan racun
adalah dosisnya (Weatherall, 1990).

2
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

• Hingga paruh kedua abad 19  beberapa ditemukan secara


kebetulan sebagai sebuah keajaiban, antara lain quinin, digitalis, kokain,
antipirin, dan aspirin.
• Era 1920 hingga 1940  penemuan penisilin secara spektakular oleh
Alexander Fleming.
• Dekade 1950an  teknologi dan instrumentasi baru, dikombinasikan
dengan pengetahuan tentang fisiologi tubuh manusia serta pengaruh
struktur DNA terhadap manusia  konsep pengembangan obat
berbasis bioteknologi.
• Dalam tahun 1960an yang merupakan “the pharmaceutical decade
of the century” (Frey and Lesney, 2000), pengetahuan dan pemahaman
tentang DNA sebagai materi genetik mulai banyak dibicarakan. Itu
sebabnya ketika genderang perang terhadap penyakit kanker mulai
ditabuh di era 1970an karena dianggap menjadi penyebab utama
kematian manusia, penemuan obat baru mulai bergeser ke arah
rekayasa genetika. Industri bioteknologi pun lahir di dekade ini.
3
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Dekade 1980an  Konsep biologi molekuler sangat kental mewarnai


bangkitnya industri farmasi di berbagai belahan dunia pada.
Orientasi industri farmasi mulai bergeser dari “try and see
empirical approach” ke arah konseptualisasi molekul secara
lebih tepat. Era komersialisasi penemuan obat pun dimulai.
Penemuan obat berbasis bioteknologi yang relatif mahal
membuat cukup banyak industri farmasi terpaksa gulung
tikar karena bangkrut akibat kegagalan inovasinya. Strategi
aliansi pun dilakukan untuk meningkatkan nilai tawar.
Berdalih efisiensi, di dekade 1990an beberapa industri
farmasi kelas menengah dan atas dimerjer menjadi industri
raksasa yang disegani. Peran obat sebagai komoditas
komersial semakin tidak terhindarkan, dan ini berlangsung
terus hingga saat ini. Di penghujung abad 20, di tengah
persaingan global yang sangat ketat, mulai lahir berbagai
industri farmasi raksasa berkelas “multibillion-dollar
industry”.
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Tahun 1937  100 orang meninggal karena kerusakan ginjal akibat


mengkonsumsi sulfanilamid yang dilarutkan dalam dietilen glikol
Tahun 1938  Food, Drug, and Comestic Act berdiri  uji toksisitas
preklinik wajib untuk dilakukan
1950-an  kloramfenikol dapat menyebabkan anemia aplastik
1960  FDA memulai untuk mengumpulkan laporan-laporan mengenai
adverse drug reactions  pembuatan sistem monitoring
1960  Drug utilization studies  penelitian deskriptif penggunaan obat
oleh dokter  angka kesalahan peresepan dan penyebabnya
1961  ”thalidomide disaster”  in utero exposure to thalidomide 
”phocomelia

5
THALIDOMID
Sedatif hipnotik yang dikembangkan di Jerman Barat sekitar tahun 1954 untuk
mengatasi insomnia (D’Amato et al., 1994).
Namun dalam perjalanannya obat ini banyak disalahresepkan pada ibu hamil
untuk mengatasi gejala mual dan muntah  dalam waktu 3 tahun setelah
dipasarkan, obat tersebut telah dikonsumsi secara besar-besaran di 46 negara
di dunia (Matthews &McCoy, 2003).
Belum genap 6 tahun menguasai pasar obat dunia  Bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi thalidomide ditemukan cacat, baik
dalam bentuk amelia (tidak memiliki tangan dan kaki), fokomelia (lengan dan
kaki tidak lengkap), bibir sumbing (labioschisis), tanpa langit-langit
(palatoschisis), tanpa mata (anophthalmus), tanpa telinga (anotia), tanpa
tempurung kepala (anencephali), hingga abnormalitas berbagai organ tubuh
(Matthews & McCoy, 2003).
Pada pertengahan tahun 1962 thalidomide  ditarik dari peredaran di seluruh
dunia. Yang paling tragis, untuk menghentikan tragedi obat ini diperlukan waktu
yang amat panjang, yaitu 8 tahun, dengan korban lebih dari 10.000 bayi cacat di
6 seluruh dunia (Clark et al., 2001).
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

1962  uji preklinik untuk toksikologi dan farmakologi  3


fase dalam uji klinik

Fakta Diethilstilbestrol  kanker leher rahim dan vagina 


baru terungkap 70-an, 20 tahun setelah dipasarkan

1980an  Penemuan-penemuan efek samping obat 


perubahan dari adverse effect studies menjadi adverse event
studies  sistem untuk mendukung studi
farmakoepidemiologi  Bab 10-25

7
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

1990an  perubahan dari studi adverse reaction  studi efek


obat yang menguntungkan, studi mengenai akibat secara
ekonomi penggunaan suatu obat, studi mengenai pengaruh
obat terhadap kualitas hidup pasien

1990an  perhatian terhadap aspek etika dan kerahasiaan 


bab 26

8
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai