Anda di halaman 1dari 27

Management of Critical Burn

Injuries: Recent Developments

SITI MARWAH ALWI


C111 13 121
Residen Pembimbing: Supervisor Pembimbing:
dr. M. Ilfan Gunadi dr. Sumantri Sarimin, Sp. B. Sp. BP-RE
PENDAHULUAN
• Pada pasien luka bakar terdapat tantangan khusus
dalam pemberian resusitasi, stress metabolik, dan
komplikasi dari luka bakar dan penanganannya
yang kurang tepat.
• Penggunaan rumus Parkland untuk penentuan
resusitasi harus ditinjau ulang.
• Selain memahami kebutuhan cairan, praktisi juga
harus memperhatikan komplikasi luka bakar yang
sering terjadi seperti halnya sepsis, infeksi, dan
kegagalan fungsi organ lainnya.
RESUSITASI
• Praktisi harus kompulsif dalam menyediakan cairan
yang cukup tetapi juga harus menghindari resusitasi
berlebihan. Banyak pusat mulai dengan rumus
Parkland, yang sekarang telah berganti nama
menjadi formula Konsensus untuk resusitasi karena ini
adalah pendekatan yang paling banyak
digunakan.

4 ml/kg/%TBSA

• Kg mewakili berat badan pasien


• %TBSA mewakili luas luka bakar derajat 2 dan 3
• Setengah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan
setengahnya untuk 16 jam selanjutnya.
RESUSITASI
• 3 poin tambahan

01 Pasien denga TBSA <20%


Kandidat untuk resusitasi oral, sebagaimana saluran
gastrointestinal mentolerir sejumlah cairan

02 Monitor Hemodinamik Invasif


Termasuk kateter vena sentral dan kateter arteri pulmonalis
untuk mengoptimalkan resusitasi luka bakar pada penelitian
perspektif dan retrospektif

03 Terapi dengan antioksidan


Menjanjikan dalam pengurangan kebutuhan cairan resusitasi
dan pembentukan edema, sayangnya data terbatas dan
validasi prospektif multisenter belum dicoba.
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
• ABA mengadakan konferensi konsensus menangani
sepsis akibat luka bakar dan infeksi menggunakan
metodologi yang baru-baru ini digunakan oleh
Society of Critical Care dan masyarakat perawatan
kritis lainnya
• Kriteria SIRS pada pasien luka bakar tidak dapat
diberlakukan
• Pada pasien luka bakar, sering ditemukan
karakteristik SIRS diberbagai rumah sakit
• Definis sepsis untuk luka bakar sendiri harus
dibedakan dengan keadaan krits lainnya
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
• Syok septik untuk pasien yang luka bakar
didefinisikan sebagai hipotensi yang dipicu oleh
sepsis yang menetap meskipun resusitasi cairan
adekuat. Dimana hipotensi yang disebabkan oleh
sepsis bila didapatkan :

sistolik (SBP) <90 mmHg atau tekanan arteri rata-rata


<70 mmHg atau penurunan SBP> 40 mmHg atau> 2
SD di bawah normal berdasarkan usia
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
• Pada cedera inhalasi, komplikasi yang sering
didapatkan yaitu pneumonia. Konsensus ABA
mengenai mikrobiologi positi sebagai berikut :

≥ 105 organisme pada aspirasi trakea,


≥ 104 organisme pada bilasan bronchoalveolar
> 103 organisme per mL pada sikat bronkus

• Bila mikroorganisme yang ditemukan tidak pada


ambang, antibiotik dapat tidak diberikan
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
• Infeksi aliran darah dapat berhubungan dengan kateter.
Kolonisasi dari kateter dapat dinilai dari pertumbuhan
mikroorganisme pada segmen kateter. Keluaran dari
infeksi dapat dilihat berupa :
-eritema
-tendeness
-indurasi
-purulansi dalam 2 cm dari tempat keluarnya
kateter
Kultur darah idealnya harus mencakup teknik kuantitatif
dengan spesimen ≥ 10 mL.
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
• Sebuah perkembangan yang menggembirakan berasal
dari Divisi Bedah Luka Bakar di Universitas California-
Davis, yang memperkenalkan paket pencegahan VAP
yaitu :
-Head Up 30 derajat,
-perawatan mulut harian dengan klorheksidin,
-menilai kesiapan untuk lepas dari ventilasi
mekanis,
-profilaksis terhadap ulserasi stres dan trombosis
vena mendalam.
SEPSIS DAN INFEKSI PADA LUKA
BAKAR
Infeksi aliran darah dapat berhubungan dengan
kateter.
• Keluaran dari infeksi dapat dilihat berupa :
-eritema
-tendeness
-indurasi
-purulansi dalam 2 cm dari tempat
keluarnya kateter
CEDERA LISTRIK DAN PETIR
• Cedera listrik terjadi ketika seseorang bersentuhan
dengan arus yang dihasilkan oleh sumber energi
listrik. Arus listrik ada 2 macam :
• 1. AC (arus bolak balik)
• 2. DC (arus searah)
Dari kedua arus tersebut, arus AC dianggap lebih
berbahaya karena dapat memperpanjang kontak
korban dengan sumber listrik.
CEDERA LISTRIK DAN PETIR
• Petir adalah bentuk arus searah yang dihasilkan
ketika perbedaan potensial listrik antara awan
guntur dan tanah mengatasi sifat isolasi udara di
sekitarnya. Voltase sambaran petir dapat melebihi
1.000.000 volt dengan arus lebih dari 200.000
ampere. Transformasi energi listrik menjadi panas
dapat menghasilkan suhu setinggi 50.000 ° F.
CEDERA LISTRIK DAN PETIR
• Tingkat cedera listrik bergantung pada :
1.Intensitas arus listrik
2.Resistensi konduktor
3.Ketebalan kulut
4.Kelmbaban kulit
5.Durasi kontak
CEDERA LISTRIK DAN PETIR
• Resistensi listrik terndah pada tubuh teridiri dari :
-sistem saraf,
-darah,
-selaput lendir,
-otot;
• Resistensi tertinggi ditemukan pada
-tulang,
-lemak,
-tendon.
Cedera listrik Mempengaruhi

Sistem Kardiovaskuler Kerusakan pusat


01 Langsung dapat menyebabkan
04 pengendalian pernapasan
nekrosis otot jantung dan memicu
distrimia

02 Defisit saraf dan kejang

Hilangnya kesadaran,
03 kebingungan dan gangguan 06
ingatan
MASALAH PADA PARU
• Kegagalan pernafasan pada korban luka bakar
sering ditandai dengan hipoksemia dengan evolusi
untuk cedera paru akut atau sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS)
• Dalam review lebih dari 1.000 pasien, subyek yang
berisiko untuk cedera inhalasi diselidiki oleh
bronkoskopi, scan paru-paru Xenon, atau keduanya.
• Diagnosis pneumonia dibuat sekitar 10 hari untuk
pasien dengan cedera inhalasi. Tingkat kematian
yang dilaporkan meningkat dari 20% dengan
cedera inhalasi saja hingga 60% ketika cedera
inhalasi dan pneumonia hadir.
HASIL
• Data yang relevan diambil dari penerimaan luka bakar
selama interval waktu mulai 2006 hingga 2015 didapatkan :
1. Dalam semua kategori usia, pasien laki-laki lebih banyak
perempuan
2. usia dari 1-15 tahun terdiri dari 30% dari total sampel
sementara pasien 60 tahun atau lebih tua mewakili 14%
dari kasus luka bakar yang dilaporkan
3. Lebih dari 75% dari semua luka bakar adalah <10% TBSA
4. kasus-kasus ini memiliki tingkat kematian hanya 0,6%
5. Bekas luka yang melepuh adalah paling banyak terjadi
pada anak-anak di bawah usia 5 tahun sementara luka
api / api mendominasi di kategori umur yang tersisa.
HASIL
• Kejadian luka bakar :
1. Tujuh puluh tiga persen luka bakar dengan tempat
kejadian diketahui dilaporkan terjadi di rumah.
2. Hampir 95% kasus dengan kondisi cedera yang
diketahui diidentifikasi sebagai kecelakaan, dengan
hampir 14% luka bakar dilaporkan berhubungan
dengan pekerjaan.
3. 2% kasus merupakan kasus penganiyayaan
4. 1% kasus karena diri sendiri
HASIL
• Selama periode 10 tahun dari 2006 hingga 2015 :
1. rata-rata lama tinggal untuk perempuan menurun dari
9,3 hari menjadi 7,9 hari
2. pria turun kurang signifikan, dari 9,1 hingga 8,8 hari
3. Tingkat mortalitas untuk wanita turun dari 4,1% menjadi
2,9%
4. Tingkat mortalitas pria yaitu 3,9% menjadi 3%.
5. Kematian akibat luka bakar meningkat seiring
bertambahnya usia, meningkatnya ukuran luka bakar,
dan adanya cedera inhalasi
HASIL
• Pneumonia adalah komplikasi yang paling sering
dilaporkan dan terjadi pada 5,4% pasien yang
mengalami kebakaran / luka bakar.
• Frekuensi pneumonia dan kegagalan pernafasan jauh
lebih besar pada pasien yang diobati 4 hari atau lebih
dengan ventilasi mekanik
• Seiring bertambahnya usia, tingkat kepatuhan
meningkat (dengan pengecualian bayi yang memiliki
tingkat yang lebih tinggi daripada anak-anak lain)
• Secara keseluruhan, biaya untuk pasien yang
meninggal tiga kali lebih besar daripada pasien yang
selamat;
HASIL
• Penanda untuk cedera ginjal telah diteliti sebagai
sarana untuk memberikan pengenalan sebelumnya
gagal ginjal akut
• Cystatin C, lipocalin gelatinase terkait-neutrofil plasma
(NGAL), dan NGAL urin dievaluasi pada pasien yang
menunjukkan cedera ginjal akut dalam lima hari setelah
luka bakar.
• Mortalitas tinggi di kedua pasien cedera ginjal akut
awal (77%) dan pasien dengan presentasi akhir cedera
ginjal akut (58%)
HASIL
Menggunakan database dari negara bagian California,
lima pusat luka bakar yang diverifikasi oleh ABA dan
American College of Surgeons dibandingkan dengan 12
pusat luka bakar yang tidak diverifikasi, didapatkan :
• lebih banyak pasien dengan luka bakar besar, luka
bakar yang memerlukan rekonstruksi kompleks, dan lebih
banyak pasien yang membutuhkan dukungan
perawatan kritis termasuk ventilasi mekanis
• Pusat luka bakar terverifikasi juga melakukan lebih sedikit
operasi daripada pusat yang tidak diverifikasi.
• Lebih banyak pasien dari pusat yang diverifikasi dapat
kembali ke rumah sementara perawatan rehabilitasi
tambahan diperlukan pada pasien dari pusat yang
tidak diverifikasi.
HASIL
• Mortalitas, bagaimanapun, adalah 3% di pusat luka
bakar yang tidak diverifikasi dan 4% di pusat luka bakar
terverifikasi,
KESIMPULAN
• Saat ini, monitoring tanda-tanda vital dan output urin
adalah "gold standard" untuk penilaian perfusi.
• Dalam definisi lama pasien yang menderita luka bakar dari
sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) dan sepsis harus
didefinisikan ulang berdasarkan karakteristik fisiologis dari
luka bakar.
• pasien luka bakar berisiko terkena infeksi
• Cedera inhalasi yang membutuhkan bantuan pernapasan
harus diberikan sesuai dengan prinsip ventilasi mekanik
pelindung paru yang digunakan pada pasien lain dengan
ARDS.
• Bronkoskopi merupakan "gold standard" untuk diagnosis
cedera inhalasi.
KESIMPULAN
• Ukuran luka bakar, ada atau tidaknya cedera inhalasi, dan
usia ekstrem telah banyak dilaporkan berpengaruh dalam
memprediksi kematian akibat luka bakar
• cedera listrik menimbulkan tantangan multisistem fisiologis
dan tidak sesuai sistem penilaian khas berdasarkan
kelainan yang diamati pada permukaan kulit
• cedera listrik menimbulkan tantangan multisistem fisiologis
dan tidak sesuai sistem penilaian khas berdasarkan
kelainan yang diamati pada permukaan kul
Thank you
“Ilmu tidak didapatkan dengan jasad yang santai”
Yahya bin Abi Katsir rahimahullah

Anda mungkin juga menyukai