Anda di halaman 1dari 28

AIRWAY MANAGEMENT

GEMITA PRAMENTARI ADE BRATA


GIA106053

PEMBIMBING
dr.Sulistiowati, Sp.An
BAB I
PENDAHULUAN

 Respirasi ialah pertukaran gas-gas antara


organisme hidup dan lingkungan sekitarnya
 Unsur vital dalam menyediakan fungsi respirasi
adalah jalan nafas.
 Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup
pemeliharaan selang endotrakea atau
trakeostomi.
 Mayoritas kematian dapat dicegah setelah trauma
terjadi sebagai akibat dari obstruksi jalan napas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI


Sistem respirasi berfungsi membawa oksigen
dari udara luar masuk ke dalam darah dan
membuang karbondioksida dari dalam tubuh.
ANATOMI ORGAN PERNAFASAN
 STRUKTUR DAN FUNGSI DARI JALAN NAFAS BAGIAN
ATAS
1. Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakea

 STRUKTUR SALURAN PERNAFASAN BAWAH


1. Bronkus dan Bronkiolus
2. Alveolus
ANATOMI JALAN NAFAS
 Hubungan jalan napas dan dunia luar melalui dua
jalan, yaitu:
1. Hidung, menuju nasofaring
2. Mulut, menuju orofaring
 Persarafan jalan napas :
- N. Trigeminus (V), mempersarafi mukosa hidung,
palatum (V-1), daerah maksila (V-2), lidah dan
daerah mandibula (V-3).
- N. Fasialis (VII), mempersarafi palatum.
- N. Glosofaringeus (IX), mempersarafi lidah, faring,
palatum molle dan tonsil.
- N. Vagus (X), mempersarafi daerah sekitar epiglottis
dan pita suara.
OBSTRUKSI JALAN NAFAS

 Obstruksi jalan nafas atas dapat total atau


parsial.
 Obstuksi total ditandai oleh hilangnya gerakan
atau suara nafas berbeda dengan tidak
efektifnya usaha pernafasan retraksi lebih
jelas, sianosis lebih cepat timbul.
 Tanda-tanda obstruksi total Jalan Nafas1
1. Stridor ( Nafas berbunyi ), terdengar seperti ngorok, bunyi
kumur-kumur atau melengking.
2. Retraksi otot dada ke dalam di daerah supraklavikular,
supra sternal, sela iga dan epigastrium selama inspirasi.
3. Nafas paradoksal ( pada saat inspirasi dinding dada
mencekung / datar bukanya menggembung/ membesar).
4. Balon cadangan pada mesin anastesi kembang kempis nya
lemah
5. Nafas makin berat dan sulit ( kerja otot nafas tambah
meningkat)
6. sianosis merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi
jalan nafas yang lebih berat.
 Sebab obstruksi yang paling sering
1. Lidah jatuh ke hipofaring

2. Lendir jalan nafas, muntahan, perdarahan,


benda asing, gigi palsu terlepas.
3. Spasme laring
MANAJEMEN JALAN NAFAS

Pemeriksaan Jalan Napas :


 L = Look/Lihat gerakan nafas atau
pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
 L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

 F = Feel/Rasakan adanya aliran udara


pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong
CHIN LIFT MANEUVER
Tindakan (TINDAKAN MENGANGKAT
DAGU)
DILAKUKAN DENGAN
MAKSUD MENGANGKAT
OTOT PANGKAL LIDAH KE
DEPAN. CARANYA :
GUNAKAN JARI TENGAH
DAN TELUNJUK UNTUK
MEMEGANG TULANG DAGU
PASIEN KEMUDIAN ANGKAT
tangan kanan melakukan Chin lift (dagu
diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt.
Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
JAW THRUST MANEUVER
(TINDAKAN MENGANGKAT SUDUT
RAHANG BAWAH)
CARANYA : DORONG SUDUT
RAHANG KIRI DAN KANAN KE
ARAH DEPAN SEHINGGA
BARISAN GIGI BAWAH BERADA
DI DEPAN BARISAN GIGI ATAS
 Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
 Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah
pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada
pasien dugaan fraktur servikal.
 Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi
pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang
dan lidahpun terangkat ke depan
 Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya
suara nafas tambahan) :
 Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan
pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw
thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal.
 Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di
daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
 Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi
PENGELOLAAN JALAN NAPAS (AIRWAY
MANAGEMENT) DENGAN ALAT

 Dalam pengelolaan jalan napas kita harus


mengatur posisi kepala dan leher pasien agar
jalan napasnya terbuka.
1. Jalan Napas Faring
 Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka
dapat dipasang jalan napas hidung-faring lewat
hidung (NPA, naso-pharingeal airway)
berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya
dibuat dari bahan karet lateks lembut
2. Sungkup muka • Sungkup muka (face mask)
mengantar udara/gas
anestesi dari alat resusitasi
atau system anestesi kejalan
napas pasien.
• Ukuran 03 untuk bayi baru
lahir; 02,01,dan 1 untuk
anak kecil; 2, 3 untuk anak
besar; dan 4,5 untuk dewasa
3. Sungkup Laring
Sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway)
ialah alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri dari pipa besar berlubang dengan
ujung menyerupai sendok yang pinggirnya
dapat dikembang kempiskan seperti balon
pada pipa trakea.
MACAM-MACAM UKURAN LMA SESUAI DENGAN
USIA DAN BERAT BADAN (KG)

Ukuran Usia Berat Badan (Kg)

Neonatus <3
1.0
1.3 Bayi 3-10
2.0
Anak kecil 10-20
2.3
Anak 20-30
3.0
4.0 Dewasa kecil 30-40
5.0
Dewasa normal 40-60

Dewasa besar >60


3. Pipa Trakea
 Pipa trakea (endotracheal tube) mengantar gas
anestetik langsung kedalam trakea dan biasanya
dibuat dari bahan standar polivinil klorida.
 Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam
millimeter.
 Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut
(orotracheal tube) atau melalui hidung
(nasotracheal tube).
4. Laringoskopi dan Intubasi
 Fungsi laring adalah mencegah benda asing
masuk paru.
 Laringoskop adalah alat yang digunakan untuk
melihat laring secara langsung supaya kita
dapat memasukkan pipa trakea dengan baik
dan benar.
Secara garis besar dikenal dua
macam laringoskop:
Bilah, daun (blade) lurus
(Macintosh) untuk bayi anak
dewasa.
Bilah lengkung (Miller,
Margill) untuk anak besar-
dewasa.
INTUBASI TRAKHEA
Intubasi trakea merupakan tindakan memasukan
pipa trakea kedalam trakea melalui rima glottis,
sehingga ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita suara
Pemasangan pipa
endotrakea ditujukan
untuk menjaga jalan
napas tetap lapang dan
untuk mencegah
aspirasi cairan lambung

Gambar.3 pemasangan pipa endotrakea


 Indikasi intubasi trakea sangat bervariasi dan
umumnya digolongkan sebagai berikut:1
 Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.
Kelainan anatomi, benda khusus, bedah posisi khusus,
pembersihan sekret jalan napas, dan lain-lainnya.
 Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi.
Misalnya, saat resusitasi, memungkinkan penggunaan
relaksan dengan efisien, ventilasi jangka panjang.
 Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.
Kesulitan intubasi antara lain adalah:
 Leher pendek berotot

 Mandibula menonjol

 Maksila/gigi depan menonjol

 Uvula tidak terlihat (Mallampati 3 atau 4)


EKSTUBASI

 Ekstubasi trachea dapat dilakukan saat pasien


teranestesi dalam atau menjelang sadar penuh
 Ekstubasi dalam, tepatnya ekstubasi
teranestesi dilakukan sesudah efek pelumpuh
otot hilang sempurna dan pasien dapat
mempertahankan kecepatan dan dalamnya
pernapasan.
BAB III
KESIMPULAN

 Sistem respirasi berfungsi membawa oksigen dari udara


luar masuk ke dalam darah dan membuang
karbondioksida dari dalam tubuh.
 Respirasi ialah pertukaran gas-gas antara organisme
hidup dan lingkungan sekitarnya.
 Pengelolaan atau manajemen jalan napas adalah
tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan
napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal
dengan membebaskan jalan napas untuk menjamin
jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
 Dalam pengelolaan jalan napas kita harus mengatur
posisi kepala dan leher pasien agar jalan napasnya
terbuka, hal ini dapat dicapai baik dengan
menggunakan manuver tripel jalan napas yang terdiri
dari : Head Tilt, Chin Lift, dan Jaw Thrust maneuver.
 Bila tripel maneuver jalan napas ini tidak dapat
membantu maka dapat dipasang alat jalan napas faring
(NPA, naso-pharingeal airway; atau OPA, oro-pharyngeal
airway), pemasangan alat jalan napas sungkup laring
(laryngeal mask airway/ LMA), atau intubasi dengan
pemasangan pipa endotrakea (endotracheal tube/ETT).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai