.e 1 g .e 1
p
Atau
p
Pada medan yang sama : berlaku rumus
V E.d Atau E
V
d
V
V f . p .d
Sehingga : g .e p .d
1
p.d
2.1.2 Kegagalan menurut Streamer
2.1.2.1. Streamer pada elektroda homogen
1 2
2.2.4 Kegagalan Thermal
Jika medan diterapkan dalam zat padat pada
suhu normal, arus konduksi yang terjadi kecil
walaupun E cukup besar. Panas yang
dibangkitkan U 0 oleh arus sebagian disalurkan
keluar U1 dan sebagian digunakan untuk
menaikkan U suhu bahan, dapat dirumuskan :
2
U 0 U1 U 2
2.2.5 Kegagalan Erosi
Adalah kegagalan yang disebabkan oleh zat
isolasi padat yang tidak sempurna, misal
lubang-lubang/ rongga-rongga dalam bahan
isolasi tersebut. Lubang tersebut akan terisi
zat cair/ gas yang kekuatan gagalnya lebih
rendah dari pada zat padat.
V
a
t
Besarnya tegangan rongga V1 r .Va
d
r Permitivitas relatif zat isolasi padat
Va Tegangan yang diterapkan
t : Tebal rongga dan d adalah tebal zat
padat
Breakdown zat padat dapat digambarkan
secara keseluruhan :
2.3 Breakdown pada Zat Cair
Teori kegagalan zat cair :
a. Zat cair merupakan zat dielektrik homogen :
Kekuatan gagalnya tergantung bahan
elektroda, jarak elektroda.
Kekuatan gagalnya tidak tergantung
tekanan hidrostatis tetapi tergantung
tekanan.
b. Zat cair merupakan zat heterogen :
Kekuatan gagal tergantung pada ketidak
murnian zat cair.
2.3.1 Kegagalan Elektronik
E M .Ea
4,4 E
J J t .e dan J t A.T .e
2 KT dan
T
J t : Kerapatan arus termionik. Ea : Kuat
medan yang diterapkan
2.3.2 Kegagalan Kavitasi
Terjadi akibat gelembung-gelembung gas di
dalam zat cair.
KAO & KRASUCKI, sebab-sebab timbulnya
gelembung –gelembung gas:
Permukaan elektroda tidak rata
Adanya tabrakan elektron
Penguapan zat cair
Perubahan tekanan dan temperatur.
1 : Permitivitas zat cair, E0 : Medan listrik zat cair tanpa gelembung gas
Gelembung gas yang memanjang dari
elektroda tidak rata menuju elektroda yang
rata akan membentuk jembatan dan
mengawali terjadinya kegagalan, kekuatan
gagalnya :
1 2 . 21 2 Vb
Eb 4 2.r.E 1
1 2 r 0
2.3.3 Kegagalan Bola Cair
Bola cair terjadi dari zat cair lain dalam zat
cair sehingga terjadi kegagalan akibat ketidak
stabilan bola cair dalam medan listrik. Medan
tersebut berpengaruh pada bentuk bola cair.
1.E R2
1 . cosh
1
E2
1 1 2 .G G 2 1
1 2
R1
1
1 2
Kuat medan listrik dalam zat cair :
. 1
E 600 G .H
1.R 1 2
1
1 .
H 2 2 1 2
3
E 600 .G.H
Sehingga
1.R
Jika bola cair tidak stabil kuat medan listriknya :
Ek 487,7
R.1
2.3.4 Kegagalan Ketidakmurnian Zat
Padat dalam Zat Cair
Butiran zat padat dalam zat cair merupakan
awal terjadinya kegagalan
KOK : Gaya yang bekerja (F) pada zat padat
dalam zat cair ;
2 1
F r . 1
3
.E.gradE
2 1
Jika 2 1 : Arah F pada butiran zat padat
searah tekanan listrik F akan
mendorong butiran ke bagian terkuat medan.
Jika 2 1 : Arah F berlawanan dengan
tekanan listrik maksimum.
Jika E1 melebihi tegangan gagal
cairan maka terjadi kegagalan setempat
kemudian timbul gelembung-gelembung yang
akhirnya gagal total.
KOK-CORBY : Waktu yang diperlukan untuk
terjadi kegagalan tb
.C 2
tb 4 7 2
g .r ( Eb E0 ).N
2
: Viskositas/kekentalan
Eb : Kekuatan gagal untuk waktu yang
singkat
E0 : Kekuatan gagal untuk waktu yang lama
KT
g 2
1 r .E0
3 2
2
Untuk kekasaran ½ bola, r =3, energi
thermal,
KT 4r .E
3 2
0
Kegagalan campuran cair-padat
diakibatkan oleh proses pemburukan yang
lamban oleh rugi-rugi dielektrik :
Internal discharge : Campuran cair-padat
mempunyai kekuatan gagal berbeda-beda. Jika
tekanan listrik naik terjadi kegagalan zat yang
lebih lemah.
Electro-chemiscal discharge :
a. Dielektrik cair-padat organis, discharge
mengakibatkan pemburukan perlahan-lahan
karena : Disintegrasi dielektrik padat, aksi
kimiawi pada dielektrik, dan suhu tinggi di
daerah pelepasan.
b. Dielektrik cair-padat tak organis, discharge
mengakibatkan kerusakan bahan sehingga
terjadi kegagalan melalui retakan.
III. Pembangkitan dan Pengukuran
3.1 Tegangan Tinggi AC
a. Tegangan tinggi normal : TT yang mampu
ditahan sistem dalam waktu yang tidak
terbatas
b. Tegangan tinggi abnormal/TT lebih : TT
yang mampu ditahan sistem dalam waktu
yang singkat.
Aperiodik/eksternal/natural over voltage :
Bentuk gelombang tegangan impuls (petir).
Periodik/internal/manmade over voltage :
Bentuk gelombang tegangan sinusoidal 50
Hz (Overvoltage) misalnya switching surge
Kegagalan isolasi jika :
Kerusakan mekanik
Kekuatan dielektrik turun
Adanya tegangan lebih dan umur
UE
IH (X E X H )
'
a
XE
XE 2
'
a
UE IK ( X E X K )
UK
IH (X K X H )
'
a
XK
2
'
XK
a
Untuk kaskade n tingkat reaktansi hubung
singkat (X res)
X
n
v X E n1v X K nv
2 ' '
Hv
v 1
3.1.2 Pengukuran Tegangan Tinggi AC
a. Sela Percik Bola
Kondisi tekanan dan temperatur berbeda,
tegangan tembus U d
p
U d 0,289 .U d 0
273 t
VB bB 273 20 0,386.bB
Vs d .
d 760 273 t B 273 t B
Vs : Tegangan lompatan pada keadaan
standar
VB : Tegangan lompatan yang diukur pada
keadaan sebenarnya
bB : Tekanan udara pada waktu pengujian
(mm Hg)
tB : Suhu sekeliling pada waktu pengujian
( oC )
Fungsi pengukuran sela percik bola :
a) Sebagai pelipat tegangan
b) Sebagai pengaman cadangan
c) Sebagai penajam pulsa
d) Sebagai pengaman surja hubung
b. Kondensator Ukur
1
U I.
2 f .C h
c. Pembagi Tegangan Kapasitif
Fungsinya untuk pengukuran tegangan
puncak dan tegangan efektif
Pengukuran tegangan puncak C1 C2
U .U m
C1
d. Alat Ukur Tegangan Statis
Besarnya gaya sebanding dengan kuadrat
F Vef
tegangan efektif atau dapat dituliskan : 2
ig 2U .C ig dt T .ig
Jadi U 0
2. f .C
Penyearah penuh interval waktu dari
muatan dan U diperkecil menjadi
setengahnya sehingga 1 1
U ig
2 2. f .C
3.2.1 Rangkaian Villard
UT U C
C
UT D R
UC
AC
a. Siklus negatif :
Arus mengalir melalui D1 mengisi muatan C1 hingga tegangan di C U
1 P
b. Siklus positif :
Arus mengalir melalui D2 dan mengisi muatan C2 hingga tegangan di
C2 2U P
sehingga tegangan keluaran menjadi 2 Volt .
U p
Kaskade Greincher
C2
2U T
C1
U 6U Tmak
2U T C2
2U T
2U T C1 C2
2U T
2U T C0
UT
C0 2C1
C0 berfungsi untuk menyamakan terjadi drop
C0 Seri terhadap C1 dan membentuk tiang
penopang
C2 Sebagai tiang perata
3.2.3 Efek Polaritas
T1 R1 R2 C1 C2
R1.R2 C1.C2
T2 .
R1 R2 C1 C2
R2 C1
.
R1 R2 C1 C2
G
T1 R2 C1 C2
C1.C 2
T2 R1.
C1 C 2
U mak C1
U0 C1 C2
Vo Tegangan pemuat DC
C1 Kapasitor Impuls
C2 Kapasitor beban
R1 Tahanan redaman
R2 Tahanan pelepasan
G Saklar
n
R2 n.R2
'
R1 n.R1
'
t t
Besar tegangan impuls : U V0 . T1.T2 e T1 e T2
R1.C2 T1 T2
t
Kurva tegangan impuls :
Pengukuran tegangan impuls dilakukan
dengan sela percik bola, karena kejadian
tembus elektrik sela udara terjadi beberapa
mikro sekon setelah dicapai tegangan
tembus elektris. Sela percik bola dapat
digunakan untuk pengukuran tegangan
puncak impuls dengan waktu punggung 50 s
IV. Distribusi Tegangan pada
Isolator Gantung
Jenis isolator hantaran udara ada 2 yaitu
isolator jenis pin (duduk) dengan tegangan
kerja 66kV dan isolator jenis suspensi
(gantung) dengan tegangan kerja
menyesuaikan kebutuhan.
Pertimbangan penggunaan isolator rantai :
Setiap isolator dibuat untuk tegangan
kerja yang relatif rendah.
Jika terjadi kerusakan pada salah satu
isolator maka isolator yang lain masih dapat
digunakan.
Jika bagian tertentu jaringan transmisi
diperlukan kekuatan isolasi yang lebih tinggi
maka dapat diperoleh dengan menambah
isolator.
Fleksibilitas dari hantaran sangat baik.
Sambaran petir dapat diperkecil.
U1 U2
UN
U
U1 U 2 ... U n U N
U Tegangan pada elemen ke n dari
Un
N isolator yang ditinjau.
U Tegangan total yang dikenakan pada rantai
isolator .
N jumlah elemen suatu isolator rantai.
4.2 Pengaruh Kapasitansi Antara
Penghubung dengan Menara/Tanah Ce
ke n.
I n arus bocor pada kapasitansi di elemen
ke n.
Un
tegangan isolator n terhadap tanah.
in I n1 I n dan C d U C d U U C d U U
e n n 1 n n n 1
Ce dt dt dt
U n U n1 2U n U n1 2 .U n : tegangan jatuh sepanjang
C
dua elemen .
2
Ce
e e
2 2
C
2
2 sinh
2
4 sinh 2
2
1 Ce 1 Ce
sinh 2
sehingga sinh
2 4 C 2 2 C
Ce Dan C dapat ditentukan dari
percobaan.
Ce
Ce
Sangat kecil, maka
C C
Karena n = N U N 2 A sinh N U
(tegangan pada mata rantai terakhir).
U
A
2 sinh N
sinh n
Tegangan pada elemen yang ke n U n U
sinh N
U n U n U n1
U
sinh n sinh n 1
sinh N
sinh N 1
U N U 1
sinh N
4.3 Pengaruh Kapasitansi antara
Penghubung Isolator dengan Tegangan
Tinggi.
U sinh .k.a sinh .k 1 a
Ux Ce Ch 1
Ce Ch sinh .k sinh .k
Ce Ch Ux
a
X Ua
L C U
1 sinh .k.a sinh .k 1 a
Ua Ce Ch 1
Ce Ch sinh k sinh .k
Syarat batas :
a0 U a 0 atau U x 0
a 1 U a 1 atau Ux U
4.4 Proses Terjadinya Korona dan Faktor
yang Mempengaruhi
A
A d
B
B
Jarak A dan B adalah d yang berisi udara/gas,
A dan B mempunya medan listrik, A adalah
fluks yang ada di konduktor A dan B adalah
fluks yang ada di konduktor B. Fluks tersebut
akan menimbulkan gaya yang mempercepat
gerakannya A B d sehingga terjadi
tabrakan dengan molekul lain, akibatnya timbul
ion-ion dan elektron-elektron baru. Peristiwa ini
disebut CORONA
Corona terjadi secara bertahap :
Kawat kelihatan bercahaya, mengeluarkan
suara mendesing (hissing) dan berbau ozon O3
Warna cahaya ungu muda (violet)
Tegangan dinaikkan, bagian yang kasar/
runcing/ kotor terlihat jelas korona, cahaya
bertambah besar dan terang
Tegangan dinaikkan, timbul busur api dan
mengeluarkan panas
d km
2
'
P f 25r E g m. .E go .10
A 2 kW
km
0.392.b
273 T
V. Pemetaan Medan Listrik
Jenis-jenis medan listrik
a. Medan elektrostatis
Daerah yang masih terpengaruhi oleh
muatan listrik tetapi elektron-elektronnya
tidak bergerak.
b. Medan Elektromagnetik
Daerah yang masih terpengaruhi oleh
muatan listrik tetapi elektron-elektronnya
bergerak dari satu elektroda ke elektroda
yang lain
Garis-garis medan listrik
Garis medan listrik bermula dari muatan
(+) dan berakhir pada muatan (–)
Garis-garis digambar simetris,
meninggalkan atau masuk ke muatan
Jumlah garis yang masuk/meninggalkan
muatan sebanding dgn besar muatan
Kerapatan garis-garis pada sebuah titik
sebanding dgn besar medan listrik di titik
itu
Tidak ada garis-garis yang berpotongan
Gambar jenis – jenis medan listrik
E grad div.grad 0
Distribusi garis medan dan equipotensial
membentuk rumus matematik dan hanya
bergantung pada geometrik dan material.
_
Pergeseran listrik D analog dengan kerapatan
arus S dan konstanta dielektrik
_
1
Nilai kapasitansi dapat dituliskan : C
R