Anda di halaman 1dari 75

I.

Kuat Medan Listrik


Merupakan gaya per satuan muatan pada
suatu titik tertentu dalam ruang.
F q
E  atau E k 2
q r
1.1 Kuat Medan Listrik
Penentuan dimensi suatu kabel ditentukan
oleh kekuatan bahan dielektrik bahan,
sehingga kuat medan listrik.
U
E 
r2
r1 . ln
r1
1.2 Kuat Medan Listrik pada Silinder
Konsentris
1 Potensial permukaan tabung bagian
dalam, dg jari-jari r

 2 Potensial permukaan tabung


bagian luar, dg jari-jari R

Kuat medan maksimum adalah


E
Q

U

R  r 
2. . .r.l r. ln R R
r r . ln
r
II. Breakdown pada Zat
2.1 Breakdown pada Gas
2.1.1 Kegagalan menurut Townsend
I o .e .d
I 
1   e .d  1
a. Self sustaining discharge :
 .d
 .e 1
b. Non-self sustaining discharge :
 .d
 .e 1
Jika ambang kritis
 .d
 .e 1
Pada medan yang sama : Ion dan elektron
yang bergerak melalui gas akan mencapai
keseimbangan energi tergantung pada kuat
medan listrik dan tekanan gas.
E
 .d E f  . p .d

 .e  1 g   .e 1
 p
Atau
 p
Pada medan yang sama : berlaku rumus

V  E.d Atau E 
V
d
 V 
 V  f  . p .d
Sehingga : g  .e  p .d 
1
 p.d 
2.1.2 Kegagalan menurut Streamer
2.1.2.1. Streamer pada elektroda homogen

Terjadi kegagalan/ tembus lebih dulu baru


tejadi korona
2.1.2.2. Streamer pada elektroda tidak
homogen/heterogen

Terjadi korona lebih dulu baru terjadi


kegagalan/ tembus
2.2 Breakdown pada Zat Padat
2.2.1 Kegagalan Intrinsik/ Asasi :
Adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis
dan suhu bahan dengan menghilangkan
pengaruh faktor luar (tekanan, bahan
elektroda, ketidak murnian, kantong-kantong
udara.
Kegagalan elektronik adalah kegagalan yang
terjadi apabila bahan yang dinaikkan
tegangannya sehingga tekanan listriknya
mencapai nilai 10 6 Volt
cm
Atau dalam waktu 8
10 det ik
2.2.2 Kegagalan Elektromekanik
Adalah kegagalan yang disebabkan oleh
perbedaan polaritas antara elektroda yang
mengapit isolasi padat. Jika zat padat diberi
tegangan dengan polaritas berbeda maka
timbul electric stress. Tekanan mekanis terjadi
dari gaya tarik menarik antara kedua elektroda
F
tersebut.
Y  A
L
L
Jika tegangan dinaikkan lagi maka terjadi
kegagalan sehingga kekuatan listrik
maksimum V Y
Ed   0.6
do  0 .1
2.2.3 Kegagalan Streamer
Adalah kegagalan yang terjadi dari pelepasan
langsung dari banjiran (avalanche) tunggal
yang menyebabkan terjadinya muatan ruang
yang akan menjadi streamer plasma.

Jika zat padat berdekatan dengan gas atau


zat cair, kegagalan akan lebih dipengaruhi
oleh zat cair atau gas dari pada zat padat.
Kegagalan dipengaruhi oleh kekuatan listrik
lebih rendah, barulah merembet ke zat padat.
Jika tegangan V diterapkan pada zat padat
yang diapit oleh elektroda bola plat maka
medium yang berdekatan (gas atau udara)
timbul tegangan V1 sebesar :
d1
V1  .V
 1 
d1   .d 2
 2 
d1 : jarak antara elektroda bola plat dengan
zat padat
d 2 : jarak/ ketebalan zat padat.

1 : Permitivitas gas/ udara.

 2 : Permitivitas zat padat

1   2
2.2.4 Kegagalan Thermal
Jika medan diterapkan dalam zat padat pada
suhu normal, arus konduksi yang terjadi kecil
walaupun E cukup besar. Panas yang
dibangkitkan U 0 oleh arus sebagian disalurkan
keluar U1 dan sebagian digunakan untuk
menaikkan U suhu bahan, dapat dirumuskan :
2

U 0  U1  U 2
2.2.5 Kegagalan Erosi
Adalah kegagalan yang disebabkan oleh zat
isolasi padat yang tidak sempurna, misal
lubang-lubang/ rongga-rongga dalam bahan
isolasi tersebut. Lubang tersebut akan terisi
zat cair/ gas yang kekuatan gagalnya lebih
rendah dari pada zat padat.
V
a

t
Besarnya tegangan rongga V1   r .Va
d
r Permitivitas relatif zat isolasi padat
Va Tegangan yang diterapkan
t : Tebal rongga dan d adalah tebal zat
padat
Breakdown zat padat dapat digambarkan
secara keseluruhan :
2.3 Breakdown pada Zat Cair
Teori kegagalan zat cair :
a. Zat cair merupakan zat dielektrik homogen :
 Kekuatan gagalnya tergantung bahan
elektroda, jarak elektroda.
 Kekuatan gagalnya tidak tergantung
tekanan hidrostatis tetapi tergantung
tekanan.
b. Zat cair merupakan zat heterogen :
 Kekuatan gagal tergantung pada ketidak
murnian zat cair.
2.3.1 Kegagalan Elektronik

Jika diantara elektroda diterapkan kuat medan


yang kuat, maka ujung elektroda jarum
mempunyai kuat medan E maksimum.
Dengan demikian E maksimum akan
mengeluarkan elektron awal sebesar e1 ,
yang akan memulai terbentuknya banjiran
elektron.
Elektron-elektron tertentu akan memperoleh
energi dari medan yang lebih kuat sehingga
terjadi benturan-benturan yang akan
mengionisasikan elektron e1 , e2 , en , kemudian
akan timbul arus konduksi dalam zat cair :

E  M .Ea

4,4 E
J  J t .e dan J t  A.T .e
2 KT dan
T
J t : Kerapatan arus termionik. Ea : Kuat
medan yang diterapkan
2.3.2 Kegagalan Kavitasi
Terjadi akibat gelembung-gelembung gas di
dalam zat cair.
KAO & KRASUCKI, sebab-sebab timbulnya
gelembung –gelembung gas:
 Permukaan elektroda tidak rata
 Adanya tabrakan elektron
 Penguapan zat cair
 Perubahan tekanan dan temperatur.

Medan listrik dalam gelembung gas pada zat


3 .E
cair (Eb ) : E 
2  1
b
1 0

1 : Permitivitas zat cair, E0 : Medan listrik zat cair tanpa gelembung gas
Gelembung gas yang memanjang dari
elektroda tidak rata menuju elektroda yang
rata akan membentuk jembatan dan
mengawali terjadinya kegagalan, kekuatan
gagalnya :
1 2 . 21   2    Vb 
Eb   4 2.r.E  1 
1   2 r  0 
2.3.3 Kegagalan Bola Cair
Bola cair terjadi dari zat cair lain dalam zat
cair sehingga terjadi kegagalan akibat ketidak
stabilan bola cair dalam medan listrik. Medan
tersebut berpengaruh pada bentuk bola cair.
1.E   R2
1   . cosh   
1
E2  
1  1   2 .G G 2   1
 1  2
   R1
1

   1 2

Kuat medan listrik dalam zat cair :
  .  1 
E  600    G .H
 1.R  1   2 
 1
1   . 
H  2  2  1  2 
3
E  600  .G.H
   Sehingga
 1.R 
Jika bola cair tidak stabil kuat medan listriknya :

Ek  487,7
R.1
2.3.4 Kegagalan Ketidakmurnian Zat
Padat dalam Zat Cair
Butiran zat padat dalam zat cair merupakan
awal terjadinya kegagalan
KOK : Gaya yang bekerja (F) pada zat padat
dalam zat cair ;
 2  1
F  r . 1
3
.E.gradE
 2  1
 Jika  2  1 : Arah F pada butiran zat padat
searah tekanan listrik F akan
mendorong butiran ke bagian terkuat medan.
 Jika  2  1 : Arah F berlawanan dengan
tekanan listrik maksimum.
 Jika E1 melebihi tegangan gagal
cairan maka terjadi kegagalan setempat
kemudian timbul gelembung-gelembung yang
akhirnya gagal total.
KOK-CORBY : Waktu yang diperlukan untuk
terjadi kegagalan tb 

 .C 2
tb  4 7 2
g .r ( Eb  E0 ).N
2

 : Viskositas/kekentalan
Eb : Kekuatan gagal untuk waktu yang
singkat
E0 : Kekuatan gagal untuk waktu yang lama

N : Konsentrasi butiran g : Faktor kekasaran


r : Jari-jari butiran dan C : Konstanta
Untuk waktu lama energi thermal (KT),

KT 
g 2

 1 r .E0
3 2

2
Untuk kekasaran ½ bola, r =3, energi
thermal,
KT  4r .E
3 2
0
Kegagalan campuran cair-padat
diakibatkan oleh proses pemburukan yang
lamban oleh rugi-rugi dielektrik :
Internal discharge : Campuran cair-padat
mempunyai kekuatan gagal berbeda-beda. Jika
tekanan listrik naik terjadi kegagalan zat yang
lebih lemah.
 Electro-chemiscal discharge :
a. Dielektrik cair-padat organis, discharge
mengakibatkan pemburukan perlahan-lahan
karena : Disintegrasi dielektrik padat, aksi
kimiawi pada dielektrik, dan suhu tinggi di
daerah pelepasan.
b. Dielektrik cair-padat tak organis, discharge
mengakibatkan kerusakan bahan sehingga
terjadi kegagalan melalui retakan.
III. Pembangkitan dan Pengukuran
3.1 Tegangan Tinggi AC
a. Tegangan tinggi normal : TT yang mampu
ditahan sistem dalam waktu yang tidak
terbatas
b. Tegangan tinggi abnormal/TT lebih : TT
yang mampu ditahan sistem dalam waktu
yang singkat.
 Aperiodik/eksternal/natural over voltage :
Bentuk gelombang tegangan impuls (petir).
 Periodik/internal/manmade over voltage :
Bentuk gelombang tegangan sinusoidal 50
Hz (Overvoltage) misalnya switching surge
Kegagalan isolasi jika :
 Kerusakan mekanik
 Kekuatan dielektrik turun
 Adanya tegangan lebih dan umur

Sparkover : Percikan yang tidak


menyangkut permukaan bahan isolasi.
Flashover : Lompatan api yang menyangkut
permukaan bahan isolasi
3.1.1 Trafo Uji
Untuk membangkitkan TT AC perlu trafo uji,
ciri-cirinya :
 Perbandingan jumlah belitan > dari
perbandingan jumlah belitan trafo tenaga.
 Merupakan trafo berfrekuensi rendah.
 kVAnya < dari kVA trafo tenaga.
 Isolasi diperhitungkan untuk tegangan
penguji maksimum sehingga tidak over
voltage
 Salah satu ujungnya diketanahkan
 Menggunakan trafo 1 phasa.
Menentukan reaktansi

UE
 IH (X E  X H )
'

a
XE
XE  2
'

a
UE  IK ( X E  X K )

UK
 IH (X K  X H )
'

a
XK
 2
'
XK
a
Untuk kaskade n tingkat reaktansi hubung
singkat (X res)

 X  
n
 v X E n1v   X K nv 
2 ' '
Hv
v 1
3.1.2 Pengukuran Tegangan Tinggi AC
a. Sela Percik Bola
Kondisi tekanan dan temperatur berbeda,
tegangan tembus U d

p
U d  0,289 .U d 0
273  t
VB bB 273  20 0,386.bB
Vs  d . 
d 760 273  t B 273  t B
Vs : Tegangan lompatan pada keadaan
standar
VB : Tegangan lompatan yang diukur pada
keadaan sebenarnya
bB : Tekanan udara pada waktu pengujian
(mm Hg)
tB : Suhu sekeliling pada waktu pengujian
( oC )
Fungsi pengukuran sela percik bola :
a) Sebagai pelipat tegangan
b) Sebagai pengaman cadangan
c) Sebagai penajam pulsa
d) Sebagai pengaman surja hubung
b. Kondensator Ukur
1
U  I.
2 f .C h
c. Pembagi Tegangan Kapasitif
Fungsinya untuk pengukuran tegangan
puncak dan tegangan efektif
Pengukuran tegangan puncak C1  C2
U .U m
C1
d. Alat Ukur Tegangan Statis
Besarnya gaya sebanding dengan kuadrat
F  Vef 
tegangan efektif atau dapat dituliskan : 2

3.2 Tegangan Tinggi DC


Penyearah setengah gelombang
ig
D R
UT C
AC
Tegangan tanpa C Tegangan dengan C
U mak  UTmak U mak  UTmak
U mak U DC  U mak  U
U DC 

1
U rms  U mak
2
Pada diode, semakin rata tegangan semakin
pendek t ,U  2UD D T
Pada dioda U Dmak  UTmak
T
Karena tD 
2
Faktor ripple t D  T  1 U  U DC
f
Perubahan pelepasan muatan pada C :
T

ig 2U .C   ig dt  T .ig
Jadi U  0
2. f .C
Penyearah penuh interval waktu dari
muatan dan U diperkecil menjadi
setengahnya sehingga 1  1 
U  ig  
2  2. f .C 
3.2.1 Rangkaian Villard

UT  U C
C
UT D R
UC
AC

3.2.2 Rangkaian Greincher


C1 D2
D1 C2 2U p R
Up
AC

a. Siklus negatif :
Arus mengalir melalui D1 mengisi muatan C1 hingga tegangan di C  U
1 P
b. Siklus positif :
Arus mengalir melalui D2 dan mengisi muatan C2 hingga tegangan di

C2  2U P
sehingga tegangan keluaran menjadi 2 Volt .
U p
Kaskade Greincher

C2
2U T

C1

U  6U Tmak
2U T C2
2U T

2U T C1 C2
2U T

2U T C0

UT
C0  2C1
C0 berfungsi untuk menyamakan terjadi drop
C0 Seri terhadap C1 dan membentuk tiang
penopang
C2 Sebagai tiang perata
3.2.3 Efek Polaritas

Kuat medan E yang dekat dengan A akan


lebih besar sehingga elektron bebas yang
bergerak mendekati A akan lebih cepat.
Di K elektron bebas bergerak lambat saat
terjadi ionisasi tumbukan E di daerah
makin besar.
Terjadi korona baru tembus.
Adanya sinar ultra violet dari matahari
elektron bebas akan lepas dari K A
sehingga ion + menimbun di K.
Akibat ionisasi tumbukan dari elektron
bebas terhadap molekul udara netral di
sekitarnya maka a  timbul beda potensial
makin kecil.Terjadi tembus baru korona.
3.3 Tegangan Tinggi Impuls
Peralatan listrik tidak hanya mampu
dibebani tegangan kerja namun harus
mempunyai ketahanan terhadap pembebanan
tegangan lebih impuls.

3.3.1 Bentuk Tegangan Impuls


 Bentuk Gelombang Naik dalam waktu
singkat dengan penurunan yang lambat.
 Persamaan : V=V0(e-at – e-bt)
 Bentuk Gelombang :
Muka Gelombang : Bagian dari gelombang
yang dimulai dari titik nol (nominal) sampai
titik puncak.
(menurut IEC ditentukan dari titik nominal perpotongan antara sumbu waktu
dengan garis lurus yang menghubungkan 30% dan 90% dari tegangan
puncak).
• Ekor Gelombang : Bagian dari puncak
gelombang sampai turun 50% dari titik
puncak.
• Bentuk Gelombang dinyatakan sebagai :
(Tf x Tt) s. [IEC: (1.2 x 50) s ].

Dalam praktek harga yang harus


ditentukan adalah panjangnya:
 Muka Gelombang
 Ekor Gelombang
Maka yang harus dicari adalah harga :
1 dan 2
 L dan R
 L dan C
 R dan C

3.3.2 Pembangkitan Tegangan Impuls


Rangkaian dasar pembangkitan tegangan
impuls petir dan surja hubung adalah sama,
hanya berbeda besar elemen-elemennya.
Rangkaian dasar yang digunakan adalah
rangkaian dasar (a) dan rangkaian dasar
(b).
3.3.3 Rangkaian dasar (a) dan (b)

Rangkaian dasar (a)

T1  R1  R2 C1  C2 
R1.R2 C1.C2
T2  .
R1  R2 C1  C2
R2 C1
 .
R1  R2 C1  C2
G

T1  R2 C1  C2 
C1.C 2
T2  R1.
C1  C 2
U mak C1
 
U0 C1  C2
Vo Tegangan pemuat DC
C1 Kapasitor Impuls
C2 Kapasitor beban
R1 Tahanan redaman
R2 Tahanan pelepasan
G Saklar

Waktu muka Ts  K 2 .T2


Waktu ekor
Tr  K1.T1
K1 , K 2  Faktor skala
Ts 1 .2 1 .2 1.2
s s s
Tr 5 50 200
K1 1.44 0.73 0.70
K2 1.49 2.96 3.15

3.3.4 Rangkaian Pengganda Mark


Rangkaian pengganda Mark merupakan
rangkaian dasar (b) yang disusun secara
bertingkat, sehingga dapat menghasilkan
tegangan impuls yang sangat tinggi.
V1  n.U1 1
'
C1  .C1
'

n
R2  n.R2
'
R1  n.R1
'
 t t

Besar tegangan impuls : U  V0 . T1.T2  e T1  e T2 
R1.C2 T1  T2  
t

Kurva tegangan impuls :
Pengukuran tegangan impuls dilakukan
dengan sela percik bola, karena kejadian
tembus elektrik sela udara terjadi beberapa
mikro sekon setelah dicapai tegangan
tembus elektris. Sela percik bola dapat
digunakan untuk pengukuran tegangan
puncak impuls dengan waktu punggung 50 s
IV. Distribusi Tegangan pada
Isolator Gantung
Jenis isolator hantaran udara ada 2 yaitu
isolator jenis pin (duduk) dengan tegangan
kerja  66kV dan isolator jenis suspensi
(gantung) dengan tegangan kerja
menyesuaikan kebutuhan.
Pertimbangan penggunaan isolator rantai :
 Setiap isolator dibuat untuk tegangan
kerja yang relatif rendah.
 Jika terjadi kerusakan pada salah satu
isolator maka isolator yang lain masih dapat
digunakan.
 Jika bagian tertentu jaringan transmisi
diperlukan kekuatan isolasi yang lebih tinggi
maka dapat diperoleh dengan menambah
isolator.
 Fleksibilitas dari hantaran sangat baik.
 Sambaran petir dapat diperkecil.

4.1 Pengaruh Kapasitansi Antara


Penghubung Tiap Isolator (C)
Ce danCh diabaikan sama keadaannya jika
isolator rantai tersebut dikenakan tegangan
DC. Dengan tegangan DC tegangan sepanjang
isolator rantai didistribusikan secara merata.
C C C C

U1 U2
UN
U

U1  U 2  ...  U n  U N
U Tegangan pada elemen ke n dari
Un 
N isolator yang ditinjau.
U Tegangan total yang dikenakan pada rantai
isolator .
N jumlah elemen suatu isolator rantai.
4.2 Pengaruh Kapasitansi Antara
Penghubung dengan Menara/Tanah Ce

I : arus bocor pada C


i : arus bocor antara elektroda dan menara
Ce biasanya jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan C namun tidak dapat diabaikan.
in arus bocor pada kapasitansi C di elemen e

ke n.
I n arus bocor pada kapasitansi di elemen
ke n.
Un
tegangan isolator n terhadap tanah.
in  I n1  I n dan C d U  C d U  U   C d U  U 
e n n 1 n n n 1
Ce dt dt dt
U n  U n1  2U n  U n1  2 .U n : tegangan jatuh sepanjang
C
dua elemen .
   2
Ce 

 e e
2 2 

C  
  2
  2 sinh 
 2 
 4 sinh 2 
2
 1 Ce  1 Ce
sinh 2
 sehingga sinh 
2 4 C 2 2 C
Ce Dan C dapat ditentukan dari
percobaan.
Ce
Ce
Sangat kecil, maka  
C C

Untuk U N  A.en  B.en n=0 A=-B


Sehingga  
U N  A en  e n  2 A sinh n  U

Karena n = N U N  2 A sinh N  U
(tegangan pada mata rantai terakhir).
U
A
2 sinh N
sinh n
Tegangan pada elemen yang ke n U n  U
sinh N
U n  U n  U n1

U
sinh n  sinh  n  1
sinh N

 sinh   N  1 
U N  U 1 
 sinh N 
4.3 Pengaruh Kapasitansi antara
Penghubung Isolator dengan Tegangan
Tinggi.
U  sinh .k.a  sinh .k 1  a  
Ux  Ce  Ch 1  
Ce  Ch  sinh .k  sinh .k 

Ce  Ch Ux
a 
X  Ua 
L C U
1  sinh .k.a  sinh .k 1  a  
Ua  Ce  Ch 1  
Ce  Ch  sinh k  sinh .k 

Syarat batas :
a0 U a  0 atau U x  0
a 1 U a  1 atau Ux U
4.4 Proses Terjadinya Korona dan Faktor
yang Mempengaruhi
A
A d
B
B
Jarak A dan B adalah d yang berisi udara/gas,
A dan B mempunya medan listrik,  A adalah
fluks yang ada di konduktor A dan  B adalah
fluks yang ada di konduktor B. Fluks tersebut
akan menimbulkan gaya yang mempercepat
gerakannya  A  B  d  sehingga terjadi
tabrakan dengan molekul lain, akibatnya timbul
ion-ion dan elektron-elektron baru. Peristiwa ini
disebut CORONA
Corona terjadi secara bertahap :
 Kawat kelihatan bercahaya, mengeluarkan
suara mendesing (hissing) dan berbau ozon O3
 Warna cahaya ungu muda (violet)
 Tegangan dinaikkan, bagian yang kasar/
runcing/ kotor terlihat jelas korona, cahaya
bertambah besar dan terang
 Tegangan dinaikkan, timbul busur api dan
mengeluarkan panas

Keadaan lembab (hujan) korona menghasilkan


asam nitrogen sehingga kawat menjadi
berkarat
Untuk tegangan DC :
 Kawat (+) korona tampak dalam bentuk
cahaya yang seragam pada permukaan
kawat.
 Kawat (-) korona tampak pada tempat
tertentu.

Faktor yang mempengaruhi korona :


1) Penampang kawat
2) Konfigurasinya
3) Macam kawat
4) Keadaan permukaan
5) Keadaan cuaca
6) Kelembaban udara
7) Tekanan dan temperatur
8) Medan listrik bumi
Point 6) - 8) kurang berpengaruh jika
dibandingkan dengan hujan.

4.5 Pengaruh Corona Terhadap


Tegangan Lebih
Kehilangan daya corona (corona loss).
a. PEEK :
Pk 
244
 f  25 V  Vd  .10
r 2 5 kW

 d km

Untuk satu kawat


b. SATO :


2
 '

P   f  25r E g  m. .E go .10
A  2 kW

km
0.392.b

273  T
V. Pemetaan Medan Listrik
Jenis-jenis medan listrik
a. Medan elektrostatis
Daerah yang masih terpengaruhi oleh
muatan listrik tetapi elektron-elektronnya
tidak bergerak.
b. Medan Elektromagnetik
Daerah yang masih terpengaruhi oleh
muatan listrik tetapi elektron-elektronnya
bergerak dari satu elektroda ke elektroda
yang lain
Garis-garis medan listrik
 Garis medan listrik bermula dari muatan
(+) dan berakhir pada muatan (–)
 Garis-garis digambar simetris,
meninggalkan atau masuk ke muatan
 Jumlah garis yang masuk/meninggalkan
muatan sebanding dgn besar muatan
 Kerapatan garis-garis pada sebuah titik
sebanding dgn besar medan listrik di titik
itu
 Tidak ada garis-garis yang berpotongan
Gambar jenis – jenis medan listrik

a. Tarik menarik b. Tarik menarik c. Tolak menolak


5.1 Pemetaan secara grafis
 Jalannya garis medan listrik ditentukan
oleh arah kuat medan listrik E. pada setiap
titik tempat garis ini berjalan tegak lurus
pada permukaan elektroda, dengan asumsi
tidak ada muatan permukaan pada bidang
batas dua dielektrik bahan isolasi.
 Sedangkan komponen tangensial dari
kuat medan listrik pada bidang batas akan
tetap.
5.2 Pemetaan Secara Elektrostatis
 Medan Elektrostatis :
_ _ _ _ Q
D   .E  D .d A  Q C 
U
 Medan Arus Listrik :
_ _ _ _ 1 I

E  E  S .d A  1 R U

E   grad div.grad  0
Distribusi garis medan dan equipotensial
membentuk rumus matematik dan hanya
bergantung pada geometrik dan material.
_
Pergeseran listrik D analog dengan kerapatan
arus S dan konstanta dielektrik 
_

1 
Nilai kapasitansi dapat dituliskan : C  
R 

5.3 Pemetaan Secara Kertas Konduktif


Medan dua dimensi dapat diukur dengan
sederhana dan teliti menggunakan kertas
konduktif, dimana konstanta dielektrik
sebanding dengan jumlah lapisan kertas
konduktif.
Kertas konduktif mempunyai tahanan permuka
an 10 kΩ.
Permukaan elektroda disimulasikan dengan
kertas aluminium foil atau cat perak konduktif
dengan foli logam, paku atau jarum yang
dihubungkan satu sama lain yang
dipasangkan pada selembar papan.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi,
Pradnya Paramita, 1978
2. A. Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi
Suplemen, Yudhistira, 1982
3. Kuffel, E dan Abdullah, M, High Voltage
Engineering, Pergamon Press, 1970
4. Loeb, L.B, Basic Processes of Gaseous
Electronic, University of California Press,
1955
5. Loeb, L.B, Electronic Coronas, University of
California Press, 1975

Anda mungkin juga menyukai