Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 7

• SRI MARDIANI
• TARY NOVELLA
• LIZA ERFINA
• DINA NURMA
• AYU LESTARI
• TEDDY SEPTIAN
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang
cepat (syok hemoragik).

Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi


secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung karena hilangnya
cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan,
atau keringat berlebihan). (sherwood, ) Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan
sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan
volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik; sedangkan deficit volume darah lebih dari 45 persen umumnya
fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan
(internal atau eksternal) atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau
usus yang mengembang kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga menyokong masalah
ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bisa juga timbul pada pasien
luka bakar yang luas (johna.boswick,1998:44).
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
1. hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:kehilangan darah atau syok
hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks,
ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau
fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
· Tahap I :
- terjadi bila kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
- terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan
tekanan darah masih dapat dipertahankan

· Tahap II :
- terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
- tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu,
diaforetik, gelisah, pucat.

· Tahap III
- apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 25%
- terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2,
perfusi jaringan secara cepat
- terjadi iskemik pada organ
- terjadi ekstravasasi cairan
Penurunan curah jantung disebabkan oleh penurunan volume preload
walaupun terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler, vasokonstriksi
dan takikardia. Tekanan darah masih dapat dipertahankan walaupun volume
darah berurang 20-25%. Pada permulaannnya keadaan ventrikuler filling
presure, CVP dan PAOP rendah, akan tetapi dalam keadaan yang ekstrim dapat
terjadi bradikardia.
Pada keadaan hipovelemik yang berat juga terjadi iskemi miokard,
bahkan dapat terjadi infark. Penurunan volume intra vaskuler ini menyebabkna
penurunan volume intra ventrikuler kiri pada akhir diastole. Yang akibatnya
juga menyebabkan berkurangny kontraktilitas jantung dan juga menyebabkan
menurunnya curah jantung. Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya
mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi
oleh katekolamin sehingga perfusi semakin memburuk. Akan tetapi, bila
kehilangan volume darah lebih dari 30% mulai terjadi shock. Dan bila terjadi
syok maka suplai O2 ke sel menurun sehingga menyebabkan gangguan perfusi
jaringan yang akhirnya bis amenimbulkan gangguan metabolism seluler.
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Tanda dan gejalanya:

• Sistim pernafasan : nafas cepat dan dangkal


• Sistim sirkulasi : ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun bila kehilangan darah mencapai 30%.
• Sistim saraf pusat : keadaan mental atau kesadaran penderita bervariasi
tergantung derajat syok, dimulai dari gelisah, bingung sampai keadaan tidak
sadar.
• Sistim pencernaan : mual, muntah
• Sistim ginjal : produksi urin menurun (Normalnya 1/2-1 cc/kgBB/jam)
• Sistim kulit/otot : turgor menurun, mata cowong, mukosa lidah
kering.Individu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan
denyut jantung yang normal atau melambat, tetapi akan hangat dan kering
apabila kulitnya diraba.
• Rontgen
• Pemeriksaan saluran penecernaan dengan
endoskopi atau kolonoskopi
• EKG
• Pemeriksaan Laboratorium-Hematologi
• Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah
untuk menilai fungsi ginjal dan menilai
kerusakan pada otot jantung
• Menempatkan posisi pasien yaitu kaki lebih tinggi
• Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau
respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda
vital, produksi urin dan tingkat kesadaran.
• Melakukan ABCDE.

1. Airway dan breathing adalah prioritas pertama. menjamin airway yang paten
dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Memberikan tambahan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.

2. Sirkulasi – kontrol perdarahan termasuk dalam prioritas adalah


mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena
yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar biasanya
dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan.
Melakukan PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk
mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah,
namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat.
3. disability – pemeriksaan neurologi dilakukan pemeriksaan
neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata
dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat
dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan
meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak
yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum
penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.

4. Exposure – pemeriksaan lengkap setelah mengurus prioritas-


prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan
diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari mencari
cidera. Bila menelanjangi penderita, sangat penting mencegah hipotermia.


• Memeriksa Dilasi lambung – dikompresi.
Pada penderita yang tidak sadar Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut
melalui hidung atau mulut dan memasangnya pada penyedot untuk
mengeluarkan isi lambung. Namun, walaupun penempatan pipa
sudah baik, masih mungkin terjadi aspirasi.

• Pemasangan kateter urin


Katerisasi kandung kemih memudahkan penilaian urin
akan adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan
memantau produksi urine. Darah pada uretra atau prostad pada
letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan keteter uretra
sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh.
•Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran
darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.

•Sindrom distress pernafasan dewasa akibat


destruksi pertemuan alveolus kapiler karena
hipoksia.

•DIC ( koagulasi intravaskular diseminata) akibat


hopoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga
terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

Anda mungkin juga menyukai