Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS CERITA

RAKYAT (HIKAYAT)

Disusun oleh Kelompok 2


Agnessia Nurshinta Michelle Lim
Angela Felicia M. Naufal
Ramadhan
Lamanda Putri
M. Rafif Al-Hakim
Maziya Shabirah

X MIPA H
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 78) Jakarta
Jalan Bhakti IV/1 Komp. Pajak Kemanggisan
Jakarta Barat

2018
Hikayat Bunga
Kemuning

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik.
Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana, tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya.
Krena itu, ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal ketika
melahirkan anaknya yang bungsu sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-
putri raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau
belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi di antara mereka.
Kesepuluh putri itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri Sulung bernama Putri
Jambon. Adik-adiknya dinamai Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye,
Putri Merah Merona, dan Putri Kuning,Baju yang mereka pakai pun berwarna sama dengan
nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh.
Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Putri Kuning sedikit berbeda, ia tak
terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun.
Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya. “Aku
hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” tanya raja. “Aku ingin
perhiasan yang mahal,” kata Putri Jambon. “Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Putri
Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Lain halnya
dengan Putri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. “Ayah, aku hanya ingin
ayah kembali dengan selamat,” katanya. Kakakkakaknya tertawa dan mencemoohkannya.
“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan
kubawakan hadiah indah buatmu,” kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi
Selama sang raja pergi, para putri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak
inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti
permintaan para putri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Putri
Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu,
Putri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering
dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi.
Semula inang pengasuh melarangnya, namun Putri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.
Kakak-kakak Putri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. “Lihat
tampaknya kita punya pelayan baru,” kata seorang di antaranya. “Hai pelayan! Masih ada kotoran
nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali
acak-acakan. Putri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi
berulang-ulang sampai Putri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para
pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.“Kalian ini sungguh
keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya
mengganggu saja!” kata Putri Kuning dengan marah. “Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau
saja!” ajak Putri Nila. Mereka meninggalkan Putri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi
setiap hari, sampai ayah mereka pulang.
Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan putrinya masih bermain di danau,
sementara Putri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja
menjadi sangat sedih. “Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-
apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja.
Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu
tak pernah ditemukannya. “Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi
benar dengan bajuku yang berwarna kuning,” kata Putri Kuning dengan lemah lembut.
“Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi.
Ketika Putri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut
mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Putri Kuning, apalagi
menanyakan hadiahnya
Keesokan hari, Putri Hijau melihat Putri Kuning memakai kalung barunya. “Wahai
adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah
Putri Hijau!” katanya dengan perasaan iri. “Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,”
sahut Putri Kuning. Mendengarnya, Putri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari
saudarasaudaranya dan menghasut mereka. “Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya
dari saku ayah. Kita harus mengajarinya berbuat baik!” kata Putri Hijau. Mereka lalu sepakat
untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Putri Kuning muncul. Kakak-kakaknya
menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan
Putri Kuning meninggal.
Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi.
Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan
temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-
hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat
sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh
untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya
untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman
istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran
melihatnya. "Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau
bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini
mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning!" kata raja dengan
senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga
kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk
membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak.
Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.
I. Gagasan Pokok / Isi Hikayat
• Paragraf 1 :
Dahulu kala hiduplah seorang raja yang memiliki 10 orang putri cantik namun berkepribadian
manja dan nakal
• Paragraf 2 :
Kesepuluh putri dinamai dengan nama-nama warna. Putri Kuning yang merupakan anak
bungsu tidak manja dan nakal seperti kakak – kakaknya
• Paragraf 3 :
Raja hendak pergi jauh lalu kesembilan anaknya meminta hadiah mahal kecuali Putri Kuning
yang hanya mengharapkan keselamatan ayahnya
I. Gagasan Pokok / Isi Hikayat

• Paragraf 4 :
Selama raja pergi para putri semakin nakal dan malas kecuali putri kuning yang justru
membantu pekerjaan istana.
• Paragraf 5 :
Putri kuning di ejek sebagai pembantu oleh kakak kakaknya setiap hari.
• Paragraf 6:
Ketika ayahnya pulang, putri kuning mendapat hadiah yang paling indah berupa kalung batu
hijau.
I. Gagasan Pokok / Isi Hikayat

• Paragraf 7 :
Putri hijau menghasut kakak-kakaknya untuk merampas kalung hijau milik putri kuning
sampai membuat putri kuning meninggal
• Paragraf 8 :
Raja mencari putri kuning yang tidak pernah bisa ditemukan, kemudian merasa bersalah dan
mengirimkan kesembilan putrinya untuk bersekolah di negeri yang jauh.
• Paragraf 9 :
Dari atas makam putri kuning, tumbuh bunga yang sangat mirip putri kuning, sehingga
dinamai bunga kemuning.
II. Sinopsis
Dahulu kala hiduplah seorang raja yang memiliki 10 orang putri cantik namun 9 dari
mereka berkepribadian manja dan nakal. Kesepuluh putri tersebut dinamai dengan nama -
nama warna. Berbeda dengan kakak-kakaknya putri kuning yang merupakan anak bungsu
tidak manja dan nakal. Suatu ketika sang raja hendak pergi jauh kemudian semua putrinya
meminta hadiah mahal terkecuali putri kuning yang hanya mengharapkan keselamatan
ayahnya. Selama raja pergi para putri semakin nakal dan malas namun putri kuning justru
membantu pekerjaan istana, karena hal tersebut putri kuning di ejek sebagai pembantu oleh
kakak kakaknya. Ketika hari dimana ayahnya pulang, putri kuning mendapat hadiah yang
paling indah berupa kalung batu hijau. Merasa iri, putri hijau menghasut kakak-kakaknya
untuk merampas kalung hijau tersebut yang kemudian menyebabkan putri kuning meninggal.
Kakak putri kuning langsung mengubur jasad putri kuning di taman istana. Raja mencari putri
kuning yang tidak pernah bisa ditemukan, kemudian ia merasa bersalah sebagai seorang
ayah. Akhirnya ia mengirimkan kesembilan putrinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Tak
disangka, dari atas makam putri kuning, tumbuh bunga yang sangat mirip putri kuning,
sehingga dinamai bunga kemuning.
III. Unsur Intrinsik

1. Tema
Kerajaan dan kasih sayang tulus seorang anak kepada ayahnya.

2. Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju, karena dalam cerita ini tidak diceritakan tentang masa lalu seorang
tokoh, dan tidak ada kata-kata yang menunjukkan kejadian yang terjadi di masa sebelumnya.
3. Latar
• Latar Tempat
Kerajaan
Bukti : Hikayat ini menceritakan kehidupan di sebuah kerajaan.
Taman
Bukti : Putri Kemuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu.
Danau
Bukti : Kesembilan putri bermain di danau.
Teras Istana
Bukti : Putri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana.

• Latar Waktu : Pada zaman dahulu kala.

• Latar Suasana : Sedih, mengharukan


Raja sangat sedih karena tidak ada yang berhasil menemukan putri kesayangannya setelah berbulan-
bulan, berminggu-minggu, dan berhari-hari.
Putri Kuning hanya meminta ayahnya untuk kembali dengan selamat ketika ditanyai apa yang
diinginkannya sebelum ayahnya pergi.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam teks hikayat ini adalah sudut pandang orang ketiga karena banyak/sering
menggunakan kata ia, mereka, dan nama tokoh,
- Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal.
Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun.
- Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau.
5. Penokohan
Protagonis
- Raja : bijaksana, penyayang,baik hati.
Dijelaskan oleh penulis, terdapat pada kalimat
Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang
bijaksana.
- Putri Kuning : rajin, bertanggung jawab,baik hati, penyayang
Karena di dalam teks, putri kuning masih ingin membersihkan taman, sayang pada ayahnya
- Inang pengasuh: sabar, tekun.
Biarpun di buat pusing oleh putri yang lain, inang pengasuh tetap tekun dan sabar dalam menjalankan tugasnya
Antagonis
- Puteri Jambon,Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona: manja nakal,
tidak tau diri
Mereka dijelaskan oleh penulis bawa memiliki watak yang banyak mau, manja, dan tidak tau diri
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu.
Dalam teks Hikayat Bunga Kemuning gaya Bahasa yang digunakan adalah komunikatif. Kenapa komunikatif?
Karena hikayat ini menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti yaitu Bahasa yang sering kitagunakan dalam
kehidupan sehari-hari.

7. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai- nilai
luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Amanat yang terdapat pada teks Hikayat Bunga Kemuning ini
adalah
a. Berlaku baiklah kepada sesama saudara kita
b. Berfikirlah terlebih dahulu ketika kita akan bertindak
III. Unsur Ekstrinsik
• Nilai agama – Berbuat baik walaupun di balas ke jahatan
• Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman
apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya
putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama
ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan,
bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat
kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri
Kuning masih memberikan kebaikan.

• Nilai Pendidikan – Tidak Ada


III. Unsur Ekstrinsik
• Nilai Sosial – Menjadi lebih baik
• Ketika ayahnya mengirim putri-putri sisanya selain Putri Kuning ke negeri yg jauh untuk dididik di sana

• Nilai Budaya – Pemberian nama putri


• Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-
adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona
dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka.

• Nilai moral – Kasih sayang terhadap orang tua


• Saat ayahnya menanyakan "oleh-oleh apa yang akan diba wakan ayahnya untuk Putri Kuning" Putri Kuning
jawab "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat" itu melambangkan bahwa Putri Kuning
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap ayah kandungnya, lain malah tidak memikirkan ayahnya dan
hanya memikirkan hadiahnya
IV. Karakteristik

• Kemustahilan
• “Beberapa minggu setelah para putri raja belajar budi pekerti di negeri seberang, tumbuhlah sebuah
tanaman diatas kubur Putri Kuning. Raja keheranan melihat tanaman itu, batangnya bagaikan jubah Putri
Kuning, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, sementara bunganya putih kekuningan dan berbau
sangat harum. Tanaman itu mengingatkannya pada Putri Kuning.”
• Kemustahilan yang ada adalah diatas makam tumbuh tanaman menyerupai Putri Kuning.

• Kesaktian
• Tidak ada unsur atau hal-hal yang berkaitan dengan kesaktian pada hikayat Bunga Kemuning.
IV. Karakteristik
• Anonim
• Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat adalah anonim. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas
siapa pengarang dari cerita tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, masyarakat
sempat percaya bahwa cerita tersebut benar-benar nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.
• Pada hikayat Bunga Kemuning, tidak dicantumkan nama pengarangnya.

• Istanasentris
• Hikayat sering kali bertema dan berlatar kerajaan. Dalam Hikayat Bunga Kemuning, hal tersebut dibuktikan
dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja, yaitu Raja dan ke-10 putri raja.
• “Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki 10 orang putri yang cantik-cantik.”
• Selain itu, latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang
membentuk kerajaan. Sehingga makin mendukung sifat istana sentris hikayat ini.
V. Kebahasaan
1. Kata arkais & makna
• Tidak ditemukan kata arkais dalam teks ini
2. Majas
• Majas metafora: Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau,
bunganya putih kekuningan dan sangat wangi!
• Majas ironi: “Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku
adalah Putri Hijau!”
3. Konjungsi
• Puteri Sulung bernama Putri Jambon. Adik-adiknya dinamai Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu,
Putri Oranye, Putri Merah Merona, Putri Kuning, dan 2 putri lainnya.
• Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat
manja dan nakal.
• "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah
indah buatmu," kata sang raja.
• Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas.
• Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka.
• Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering
dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi.
• Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya
• Karena sibuk menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman
istana.
VII. Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen
Pada suatu kerajaan hiduplah seseorang raja dan kesepuluh putrinya yang sangat
cantik. Kesepuluh putrinya itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri sulung bernama
Jambon, dan adik-adiknya bernama Jingga, Nila, Hijau, Ungu, Kelabu, Biru, Oranye, Merah
merona dan yang bungsu bernama Putri Kuning. Karena istri raja sudah meninggal semenjak
melahirkan si Putri Kuning, kesembilan putri-putrinya pun menjadi nakal dan sangat manja
tidak seperti Putri Kuning yang ramah dan baik hati.
Pada suatu hari sang Raja hendak pergi jauh, Raja pun mengumpulkan kesepuluh
putrinya untuk bertanya apa yang mereka mau ketika ayahnya sudah pulang nanti.
Kesembilan putrinya meminta hadiah yang mahal-mahal, sedangkan Putri Kuning hanya
meminta agar ayahnya pulang dengan selamat. Kesembilan putrinya pun mencemoohkan
Putri Kuning atas permintaan yang ia berikan.
Selama kepergian Raja, kesembilan putrinya itu semakin bersikap manja dan nakal.
Para pelayan kerajaan bahkan kerepotan melayani permintaan putri-putri itu. Hanya Putri
Kuning yang malah membantu mengerjakan tugas kerajaan.
VII. Mengubah Hikayat Menjadi
Cerpen

Sepulang dari kepergiannya, sang Raja pun memberi sebuah kalung batu hijau kepada Putri Kuning,
namun hal itu membuat kesembilan putrinya cemburu terhadap Putri Kuning, hingga di suatu hari, kesembilan
putrinya berusaha merampas kalung milik Putri Kuning memukul kepala Putri Kuning hingga ia
meninggal.Tanpa sepengetahuan orang di istana, kesembilan putrinya menguburkan Putri Kuning di taman
istana. Mengetahui Putri Kuning yang hilang tanpa jejak, sang Raja pun memerintahkan semua orang untuk
mencarinya, namun tak membuahkan hasil.
Hingga suatu hari tumbuhlah sebuah tanaman diatas kuburan Putri Kuning. Tanaman itu sangat
nampak seperti Putri Kuning. Sang Raja merasa sangat senang dengan adanya tanaman itu, dan menamainya
Bunga Kemuning.

Anda mungkin juga menyukai