Anda di halaman 1dari 21

Putri Sukmarani 12100112042

Saviar Randy 12100112009


Enggar Hestu W. 12100112033

SMF BEDAH RSAI


2013
Ileus adalah suatu keadaan dimana terjadi
intestinal stasis atau intestinal
dysfunction.

Terdapat dua jenis obstruksi, yaitu:


1. Ileus paralitik (ileus adinamik)
Kegagalan neurogenik atau kehilangan
peristaltik usus, tanpa adanya obstruksi
mekanik.
2. Ileus mekanik (ileus obstruktif)
Terjadi karena adanya rintangan atas
jalannya isi usus dari proksimal ke arah
distal, maka isi usus akan terhalang dan
tertimbun di bagian proksimal dari
sumbatan tersebut, sehingga dapat terjadi
distensi atau dilatasi usus bagian tersebut.
Terdiri dari :
a. Simple obstrustion/intraluminal
• tumor (intraluminal)
• intussusception
b. Extrinsic obstruction, mislanya:
 adhesi
 inflamasi
 tumor ekstrinsik
c. Strangulasi
 incarcerasi usus
A. Lesi ekstrinsik pada dinding usus
 Adhesi (postoperative)
 Hernia (inguinal, femoral, umbilical)
 Neoplasma
 Abses intraabdominal
B. Lesi intrinsic
 Kongenital (Malrotasi, kista)
 Inflamasi (Chron’s Disease, Divertikulitis)
 Neoplasma
 Traumatik
 Intusepsi
C. Obstruksi intraluminal
 Gallstone
 EnterolithA
Large and Small Bowel Obstruction
Penyebab Patofisiologi
Small Bowel Adhesi: sekunder karena riwayat operasi
Obstruction abdomen (50% - 70 %)
(SBO) Hernia: inguinal, ventral, atau femoral
(20% - 25%)
Tumor: berhubungan dengan intususepsi
(10%)
Mesenteric ischemia (3% - 5%)
Large Bowel Colon/rectal cancer (90%)
Obstruction Volvulus (4% - 5%)
Diverticular disease (3%)
Penyebab lainnya (inflammatory bowel
disease, adhesions, hernia)
Radiologi
Laboratoriu
m

Pemeriksaa
n Fisik CT scan
Kadar elektrolit Abdominal USG
serum, meliputi BNO)
kalium,
Anamnes magnesium,
Barium enema
a fosfor, dan
ileus obstrukti kalsium
= very high
pitched bowel sounds

ileus paralitik
= no bowel
sounds
Karakteristik nyeri:
• Intermittent
• Intensitas bertambah
Distensi seiring gerakan
abdomen
Colicky peristaltik bertemu
pain
obstruksi
• Jika telah terjadi
vomiting strangulasi , nyeri ≠
colic, tetapi jadi lebih
severe & constant,
tergantung derajat
ischemia dan
Cardinal Symptoms!!!! progresivitas menuju
nekrosis & perforasi
 Sweating
 Nausea
 Hypotension
 Vomiting
 Distension
 Diarrhea/constipation
 Increase bowel sound
 Sign of: dehydration, hypovolemia, metabolic
acidosis
1.Obstruksi mekanika sederhana – usus halus atas
 Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas,
distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus, nyeri
tekan difus minimal.
2. Obstruksi mekanika sederhana – usus halus bawah
 Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah –
sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising
usus meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Obstruksi mekanika sederhana – kolon
 Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan
bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
 Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit
Crohn. Gejalanya
 kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare
A. Laboratorium
Pada tahap awal → hasil laboratorium N.
Selanjutnya ditemukan hemokonsentrasi,
leukositosis dan nilai elektrolit yang abn.
Leukositosis → adanya iskemik atau obstruksi
strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat
timbul pada dehidrasi. Gangguan elektrolit →
analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.
 B. Radiologi
 Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step
ladder” dan “air fluid level”
 pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa
adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,
sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
 Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan
adanya gas dalam dinding usus.
 Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan
adanya perforasi usus.
Obstruk
si
Akumulas Gas yang
i Cairan Sekresi tertelan Gas dari
Vascular ke overgrowth
lumen bacterial

Distensi

Menurunnya kemampuan
intestine untuk mengabsorpsi air
& elektrolit
Underlying
disease

Prokinetic
agents Treatment NGT

Fluid &
electrolyt
es
 Dasarpengobatan ileus obstruksi :
1.Koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan 2.menghilangkan peregangan dan
muntah dengan dekompresi,
3.Mengatasi peritonitis dan syok bila ada,
4.Menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal3
A. Resusitasi
 mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok.
 Pasien yg dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit → cairan intravena seperti ringer laktat.
 Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor
tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar
 pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT →
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum
bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
B. Farmakologis
 Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas →
profilaksis.
 Antiemetik →mengurangi gejala mual muntah.13
C. Operatif
 Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan
dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder.
 4 macam (cara) tindakan bedah :
(a) Koreksi sederhana (simple correction) :
tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass : Membuat saluran
usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal,
Crohn disease,
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian
proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca
stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan
membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya
pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan
sebagainya.
 Infection
 Gangrene of the bowel
 Perforation (hole) in the intestine
 Sepsis
 Syok-dehidrasi
 Abses
 Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5%
sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan.
 Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau
jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau
40%.
 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
dilakukan dengan cepat.13

Anda mungkin juga menyukai