Anda di halaman 1dari 66

Selamat Datang

Penyegaran dan Diskusi


Pelaksanaan Kemitraan
Bidan-Dukun
Kebiasaan?
Kemitraan B-D ???

1. Pelatihan Dukun Bayi ???


a. Dukun dilatih untuk tetap menolong persalinan
(persalinan normal)

Pelatihan Dukun dalam persalinan yang bersih


TIDAK MENCEGAH infeksi paska persalinan

E. Goodburn, M. Chowdhury, R. Gazi, T. Marshall, W. Graham.


Health Policy & Planning; 15(4): 394-399 Oxford University Press 2000.
Kemitraan B-D ???

2. Dukun tetap menolong persalinan


didampingi bidan ???
a. Banyak persalinan yang ditolong dukun tidak
didampingi bidan tetapi dklaim tetap sebagai persalinan.

Pelatihan Dukun dalam persalinan yang bersih


TIDAK MENCEGAH infeksi paska persalinan

E. Goodburn, M. Chowdhury, R. Gazi, T. Marshall, W. Graham.


Health Policy & Planning; 15(4): 394-399 Oxford University Press 2000.
Kemitraan B-D ???

3. Bidan bermitra dengan Dukun untuk


menolong persalinan (di beberapa daerah)

a. Dukun tetap menolong persalinan didampingi bidan.

b. Peranan dukun tidak bergeser dari perannya semula


sebelum bermitra.
c. Jumlah kematian ibu tidak turun.
Kemitraan Bidan dan Dukun
Kemitraan Bidan Dukun dilaksanakan,
karena 5 alasan

1. Dukungan Kemenkes RI

2. Dukungan Pemerintah Daerah

3. Cerita sukses di negara lain

4. Disain Program Direktorat Kes. Ibu / MPS

5. Referensi Ilmiah
Penolong persalinan tradisional (DUKUN)
http://depts.washington.edu/pspgh/lecsem/pdfs/presentations/empowering.pdfhttp://
www.safemotherhood.org/resources/pdf/aa-13_power

Pathway to Survival

• Dukun terdapat di mana-mana


• Dukun dapat memberikan dukungan perawatan
yang secara budaya diterima oleh masyarakat dan
merupakan jembatan pertama ke sistem
pelayanan kesehatan.
Penolong Persalinan Tradisional (DUKUN)

Ray AM, Salihu HM. The impact of maternal mortality interventions using
traditional birth attendants and village midwives.
Journal of Obstetrics and Gynecology. 2004;24(1):5–11.

Program memberikan dampak yang besar dengan


memanfaatkan Dukun dan Bidan di Desa dalam
kegiatan multi-sektoral.
Studies in Health Services Organisation and Policy, 17, 2001
Pelatihan dukun, berapapun, hanya memberikan efek
yang kecil dalam upaya penurunan kematian ibu di
negara berkembang. Karena itu disarankan agar
menerapkan strategi : mengganti peranan dukun
dengan menempatkan bidan profesional
Success Stories

Pelatihan tenaga non-profesional untuk mengenali


masalah dan menuntun ibu hamil ke ke sektor
kesehatan formal amat efektif dalam menurunkan
kematian ibu seperti yang terjadi di China,
Malaysia dan Brazil.
• Knowledge & skill •“Holistic” approach
• Well equipped • Trusted

• Culturally accepted
•Young
by community
• Poor experience • Exist everywhere
Kesepakatan
Kemitraan Bidan dan Dukun
Konsensus / Perjanjian:
• Dukun dan Bidan bersama-sama
menolong persalinan
• Dukun hanya menyediakan
pertolongan spiritual dimana tugas
klinis ditangani oleh bidan
•Dukun dan Bidan saling memanggil
satu sama lain jika dipanggil oleh
keluarga atau ibu bersalin
Tujuan Kemitraan

Memindahkan peran Dukun yang selama


ini menolong proses persalinan, menjadi
hanya merawat selama dan sesudah proses.
Bukan menyingkirkan DUKUN.
Dukun Bayi yang telah terlatih kemitraan ikut berpartisipasi dalam
pawai karnaval
Latar Belakang

Tingginya Persepsi
Rendahnya Tingginya
jumlah biaya
cakupan persalinan
pelayanan kematian melahirka
oleh
kesehatan dan n yang
tenaga non
Ibu dan Anak
kesakitan mahal di
kesehatan
bidan
LANGKAH-LANGKAH KEMITRAAN
BIDAN DAN DUKUN

• Sosialisasi kepada lintas sektor


tingkat Kecamatan dan Desa
• Sosialisasi dan Kesepakatan tingkat
Desa
• Pelaksanaan pertolongan persalinan
oleh bidan dan dukun
• Pertemuan rutin bidan dan dukun
• Pemantauan dan Evaluasi
Filosofi Kemitraan bidan dan dukun

 Kerjasama antara bidan dan dukun yang


saling menguntungkan
 Menempatkan posisi yang setara dan
sejajar dengan dukun
 Mengalihfungsikan dukun dari penolong
persalinan menjadi pendamping persalinan
 Reward bagi dukun yang merujuk setiap
ibu
 Bina Suasana “humanistik”
 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan
 MOU kemitraan
Dampak
Kemitraan Bidan
dan dukun dalam
peningkatan
cakupan program
Kesehatan Ibu
KESEPAKATAN KEMITRAAN BIDAN-DUKUN - KADER

1. Setiap pertolongan persalinan harus oleh bidan dan di


dampingi oleh dukun
2. Kader akan mempersiapkan Ibu Hamil, suami beserta
keluarga untuk persiapan persalinan dan memanggil bidan.
3. Jika keluarga yang akan bersalin tidak memiliki alat
transportasi, warga, aparat desa dan kader siap membantu
dalam pengadaan sarana transportasi.
4. Bidan desa akan senantiasa memberikan penyuluhan tentang :
 Tanda-tanda bahaya pada Ibu Hamil, Ibu Bersalin dan
Nifas
 Persiapan Persalinan Atau Melahirkan
 Tanda-tanda persalinan
5. Setiap tips (Uang) yang diberikan oleh bidan desa ke paraji
disesuaikan dengan kemampuan biaya yang diberikan ke bidan
desa dari Ibu atau keluarga yang melahirkan.
Kemitraan Bidan dan Dukun
PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka


Kematian Bayi (AKB) TINGGI
Program Safe Motherhood mulai tahun 1990,
salah satu terobosannya adalah
menempatkan bidan di setiap desa dan
melatih kemitraan dengan dukun
Upaya Making Pregnancy Safer ( MPS) dengan 3
pesan kunci yaitu :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal
ditangani mendapat pelayanan adekuat
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses
terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi
Di Indonesia masih banyak pertolongan
persalinan dilakukan dukun bayi yang masih
menggunakan cara-cara tradisional sehingga
dapat merugikan dan membahayakan
keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
Sehingga perlu dicari suatu kegiatan yang dapat
membuat kerjasama yang saling menguntungkan
antara bidan dengan dukun, dengan harapan
pertolongan persalinan akan berpindah dari
dukun bayi ke bidan.
Kematian bayi dan ibu diharapkan dapat
diturunkan dengan mengurangi resiko yang
mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong
oleh tenaga kesehatan yang kompoten dengan
menggunakan pola Kemitraan Bidan dan
Dukun.
Dalam pola kemitraan bidan dengan dukun
berbagai elemen masyarakat yang ada
dilibatkan sebagai unsur yang dapat
memberikan dukungan dalam kesuksesan
pelayanan kegiatan ini.
TUJUAN
• Umum
Meningkatnya akses ibu dan bayi terhadap pelayanan
kebidanan berkualitas
• Khusus
- Meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan
antenatal, nifas, dan bayi oleh dukun ke tenaga
kesehatan yang kompeten
- Meningkatkan alih peran dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra Bidan dalam merawat Ibu
Nifas dan Bayinya
-Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan
SASARAN

• Pengelola dan Penanggung Jawab Program


KIA/KB, Promkes dan Perencanaan di
Provinsi, Kab/ Kota, dan Puskesmas
• Lintas sektor terkait disetiap jenjang
administrasi
• Bidan koordinator dan bidan puskesmas/
pustu
DASAR HUKUM
• Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
• Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
• Undang-undang No 32 tentang Tahun 2004 Pemerintah
Daerah
• Keputusan Menteri Kesehatan No 900 Tahun 2002 tentang
Registrasi dan Praktek Bidan
• Keputusan Menteri Kesehatan No 1457 Tahun 2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten /
Kota
• Kepmenkes 369/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar
profesi Bidan
• Kepmenkes 938/ Menkes/SKV/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan.
Pengertian dan Kebijakan
• Pengertian
Kemitraan bidan dan dukun adalah suatu bentuk pola
kerjasama bidan dengan dukun yang saling
menguntungkan dengan prinsip keterbukaan,
kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan
bidan sebagai penolong persalinan menjadi mitra
dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara
bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/
elemen masyarakat yang ada.
• Kebijakan
- Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi
baru lahir oleh tenaga kesehatan melalui
kemitraan bidan dengan dukun bayi
- Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir
memperoleh pelayanan dan pertolongan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dalam
pertolongan persalinan.
- Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam
suatu bentuk kerjasama yang menguntungkan
antara bidan dengan dukun dalam bentuk
kemitraan.
Ruang Lingkup Kemitraan
• Input
meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya
operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan serta
dukun, serta metode pelaksanaan kegiatan
• Proses
- Aspek teknis kesehatan
Aspek proses pengelola dan pelayanan Program KIA
(perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian/evaluasi program kesehatan ibu dan anak
masuk KB) dan Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
mencakup kegiatan yang dilakukan bidan sesuai dengan
standar asuhan kebidanan.
- Aspek Non teknis
o Menggerakkan dan memberdayakan ibu,
keluarga dan masyarakat
o Memberdayakan tradisi setempat yang
positif berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak
o Menghilangkan kebiasaan buruk yang
dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir
• Output
- Meningkatnya dukungan berbagai pihak terkait
- Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang
bermitra
- Meningkatnya rujukan oleh dukun
- Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan
- Meningkatnya deteksi resiko tinggi / komplikasi
oleh masyarakat.
Peran Bidan dengan Dukun dalam
Pelaksanaan Kemitraan (periode kehamilan)
Bidan Dukun
• Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal
: • Memotivasi ibu
- Keadaan Umum hamil untuk
- Menentukan taksiran partus periksa ke bidan
- Menentukan keadaan janin dalam • Mengantar ibu
kandungan hamil yang tidak
mau periksa ke
- Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
bidan
• Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam
• Membantu bidan
hal :
pada saat
- Pemberian imunisasi TT pemerikaan ibu
- Pemberian tablet Fe hamil
- Pemberian pengobatan/ tindakan apabila
ada komplikasi
Peran Bidan dengan Dukun dalam
Pelaksanaan Kemitraan (periode kehamilan)
Bidan Dukun
• Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal
- Keadaan Umum • Memotivasi ibu
- Menentukan taksiran partus hamil untuk
periksa ke bidan
- Menentukan keadaan janin dalam
kandungan • Mengantar ibu
hamil yang tidak
- Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
mau periksa ke
• Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam bidan
hal :
• Membantu bidan
- Pemberian imunisasi TT pada saat
- Pemberian tablet Fe pemerikaan ibu
- Pemberian pengobatan/ tindakan apabila hamil
ada komplikasi
Peran Bidan dengan Dukun dalam
Pelaksanaan Kemitraan (periode kehamilan)
Bidan Dukun
• Melakukan penyuluhan dan konseling pada • Melakukan penyuluhan
ibu hamil dan keluarga mengenai : pada ibu hamil dan
-Tanda-tanda persalinan keluarga tentang :
• Tanda-tanda persalinan
-Tanda-tanda kehamilan
• Tanda-tanda kehamilan
- Kebersihan pribadi dan lingkungan • Kebersihan pribadi dan
-Gizi lingkungan
-Perencanaan persalinan ( Bersalin di bidan, • Gizi
menyiapkan transportasi, menggalang dalam • Perencanaan persalinan
(Bersalin di bidan,
pembiayaan dana, menyiapkan calon donor
menyiapkan transportasi,
darah) menggalang dalam
-KB setelah melahirkan menggunakan Alat pembiayaan dana,
Bantu Pengambilan Keputusan (APBK) menyiapkan calon donor
darah)
Peran Bidan dengan Dukun dalam
Pelaksanaan Kemitraan (periode kehamilan)
Bidan Dukun
• Melakukan kunjungan rumah untuk : • Memotivasi ibu hamil dan
-Penyuluhan / Konseling pada keluarga keluarga tentang :
tentang perencanaan persalinan • KB setelah melahirkan
• Melihat kondisi Rumah persiapan persalinan• Persalinan di bidan pada
waktu menjelang taksiran
• Motivasi persalinan di Bidan pada waktu partus
menjelang partus • Melakukan ritual
• Melakukan rujukan apabila diperlukan keagamaan/ tradisional
yang sehat sesuai tradisi
• Melakukan pencatatan seperti : setempat bila keluarga
• Kartu Ibu meminta
• Kohort Ibu • Melakukan motivasi pada
waktu rujukan diperlukan
• Buku KIA • Melaporkan ke bidan
• Melakukan laporan : apabila ada ibu hamil baru
Peran Bidan dengan Dukun dalam Pelaksanaan Kemitraan
(periode persalinan)
BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan 1. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan
aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, 2. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat
termasuk pencegahan infeksi transport untuk pergi ke bidan/ memanggil
2. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan bidan
partogram 3. Menyiapkan sarana dan prasarana persalinan
3. Melakukan asuhan persalinan aman seperti :
4. Melaksanakan inisiasi menyusui dini dan - Air bersih
pemberian ASI segera kurang dari 1 jam - Kain bersih
5. Injeksi Vit K1 dan salep mata antibiotic pada 1. Mendampingi ibu pada saat persalinan
bayi baru lahir 2. Membantu bidan pada saat proses persalinan
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir 3. Melakukan ritual keagamaan/ tradisional yang
7. Melakukan tindakan PPGDN apabila sehat sesuai tradisi setempat
mengalami komplikasi 4. Membantu bidan dalam perawatan bayi baru
8. Melakukan rujukan bila diperlukan lahir
9. Melakukan pencatan persalinan pada : 5. Membantu ibu dalam inisiasi menyusu dini
- Kartu Ibu / Partograf kurang dari 1 jam
- Kohort Ibu dan Bayi 6. Memotivasi rujukan bila diperlukan
- Register Persalinan 7. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat
1. Melakukan pelaporan : dan alat setelah persalinan
- Cakupan persalinan
Peran Bidan dengan Dukun dalam Pelaksanaan Kemitraan
(periode nifas)
BIDAN DUKUN
1. Melakukan kunjungan neonatal dan sekaligus 1. Melakukan kunjungan rumah dan
pelayanan nifas (KN1, KN2, dan KN3)
memberikan penyuluhan tentang :
- Perawatan ibu nifas
- Perawatan Neonatal - Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu
- Pemberian Imunisasi HB 1 nifas
- Pemberian Vit A ibu nifas 2 kali - Tanda-tanda bayi sakit
- Perawatan payudara
1. Melakukan penyuluhan / konseling pada ibu dan - Kebersihan pribadi dan lingkungan
keluarga mengenai : - Kesehatan dan gizi
- Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas - ASI Eksklusif
- Tanda-tanda bayi sakit
- Perawatan tali pusat
- Kebersihan pribadi dan lingkungan
- Kesehatan dan gizi - Perawatan payudara
- ASI Eksklusif 1. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-
- Perawatan tali pusat KB setelah melahirkan
- KB setelah melahirkan
1. Melakukan rujukan apabila diperlukan 2. Melakukan ritual keagamaan/tradisional
2. Melakukan pencatatan pada : yang sehat sesuai tradisi setempat
- Kohort bayi 3. Memotivasi rujukan bila diperlukan
- Buku KIA
4. Melaporkan ke bidan apabila ada calon
1. Melakukan laporan :
- Cakupan KN akseptor KB baru
Terima kasih
Kelompok Pendukung Ibu
Definisi

Kelompok Pendukung ibu : sarana


berbagi pengalaman, perasaan, dan
informasi diantara para ibu, untuk
menciptakan suasana saling mendukung
dalam menerapkan perilaku-perilaku yang
bermanfaat untuk kesehatan diri dan
keluarganya.
 Khusus diselenggarakan untuk para ibu yang
terkait dengan perawatan dan gizi selama
kehamilan
 Mendukung ibu yang ingin mempraktekkan
pemberian makan bayi dan anak secara optimal
mulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif 6 bulan, dan meneruskan pemberian
ASI hingga dua tahun atau lebih dengan
makanan pendamping yang bergizi
Peserta KP Ibu
 diutamakan ibu hamil serta ibu-ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan/orang-orang yang memiliki minat
yang sama.
 Suami atau anggota keluarga yang lain dari seorang
ibu hamil/menyusui,
 seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah
berkeinginan untuk menyusui bayi suatu saat,
 tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan berbagi
informasi dengan para ibu hamil/menyusui dapat
dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan KP Ibu
Pentingnya KPI
 Ibu, mereka sangat membutuhkan dukungan
dan dorongan dari pihak lain, terkait perannya
sebagai seorang ibu.
 Seorang ibu membutuhkan keterampilan dan
dukungan berupa kepercayaan.
 Biasanya para ibu akan belajar dari
pengalaman orang tuanya, namun tidak
semua kondisi memungkinkan semua ibu bisa
berhubungan secara langsung dengan frekuensi
yang sering dengan orang tua mereka.
 Para ibu ini bisa mendapatkan dukungan dari
orang-orang yang sebaya dengannya, dalam
artian dari orang-orang yang sedang mengalami
situasi yang sama.
 Seorang ibu juga membutuhkan penghargaan,
dan pengakuan terhadap perasaannya.
 Suasana saling mendukung lebih mudah
terbangun dalam kelompok sebaya, dimana
anggotanya mempunyai pengalaman dan situasi
lingkungan yang sama.
Ruang Lingkup KPI
 Ruang lingkup KP Ibu terus berkembang,
baik dari segi cakupan geografis maupun
topik-topik diskusinya.
 KP-Ibu sebagai model untuk penanggulangan
penurunan praktek pemberian ASI di
masyarakat juga membantu meningkatkan
kepercayaan diri dan kapasitas motivator
mengenai pengetahuan laktasi serta
keterampilan memfasilitasi diskusi KP-Ibu.
 Dari segi topik diskusi, KP Ibu mencakup
praktek-praktek kesehatan dan gizi ibu selama
hamil dan pasca kelahiran, bayi baru lahir dan
anak di bawah usia 2 tahun serta penanganan
anak sakit di tingkat rumah tangga.
 Dengan ketrampilan yang dimiliki oleh
motivator menjadikan motivator sebagai link/
penghubung ke fasilitas kesehatan setempat,
dan juga sebagai source person/tempat
bertanya bagi ibu-ibu lainnya di wilayah
setempat
Fungsi KPI
 Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk
memberikan makanan yang terbaik buat bayi.
 Mengawali dengan benar adalah cara agar praktek
pemberian makan bayi dan anak dapat memberikan hasil
yang optimal.
 Menyusui seharusnya merupakan pengalaman yang
menyenangkan untuk ibu dan bayi, tapi bagi sebagian
ibu, menyusui merupakan bencana.
 Mulai dari terbatasnya pengetahuan dan informasi
tentang menyusui, problematika payudara, kepercayaan
dan adat istiadat di masyarakat, ibu stress, pemasaran
susu formula yang membuat kegiatan menyusui menjadi
sulit, bahkan tidak mungkin untuk sebagian ibu dan bayi.
 Dukungan lebih lanjut diperlukan untuk
membantu seorang ibu mengatasi keraguan
dalam hal menyusui.
 Menciptakan suasana positif adalah hal pertama
yang bisa dilakukan oleh orang-orang disekitar
ibu untuk mensukseskan menyusui, tentu
harapan seorang ibu adalah mereka bisa
menyusui bayi mereka lebih lama.
 Kelompok Pendukung Ibu ini bisa berfungsi
dengan maksimal yang bisa meningkatkan
dukungan sosial dan meningkatkan kepercayaan
diri si ibu.
Pembentukan KPI
• Pertemuan awal dengan mitra untuk
merencanakan kegiatan
Tahap pra kondisi diperlukan untuk mendapatkan
komitmen, mengakrabkan diri, membangun
kepercayaan dari pemangku kepentingan.
Kegiatan tersebut berupa observasi dan
pengenalan diri dengan lingkungan, masyarakat,
RT/RW dan Kelurahan serta institusi atau mitra
di wilayah setempat.
• Pelatihan Pembina KP Ibu di tingkat Dinas
Kesehatan Kab. Jayapura
Tahap ini diperlukan untuk mencetak calon pembina
KP Ibu yang akan memfasilitasi pembentukan,
pendampingan, monitoring dan evaluasi dan perluasan
KP Ibu. Pelatihan Pembina KP Ibu sebaiknya dilakukan
sebagai awal proses, setelah terbentuknya tim KP Ibu
di setiap wilayah.
Calon Pembina KP Ibu adalah seseorang yang
berkomitmen dan bertugas sehari-harinya sebagai
orang yang banyak melakukan pendampingan ke
masyarakat, seperti petugas kesehatan dari Puskesmas
dan PKK.
• Sosialisasi KP Ibu
Bertujuan antara lain informasi mengenai pentingnya
Kesehatan Ibu dan Anak, mensosialisasikan apa itu
KP Ibu dan bagaimana proses impelentasinya,
memberitahukan adanya pemilihan motivator di
tingkat RW dan menggalang dukungan dari pihak-
pihak yang berpengaruh di masyarakat. Kegiatan
sosialisasi umumnya dilakukan di Kelurahan dengan
fasilitator dari pihak Puskesmas.
• Penjaringan minat motivator
Penjaringan Minat Motivator atau biasanya
disebut juga sebagai Seleksi Motivator adalah
tahapan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi para ibu yang sedang hamil
dan menyusui yang akan dijadikan calon
motivator yang mempunyai peran memandu
pertemuan kelompok pendukung ibu dan
memfasilitasi kegiatan saling berkunjung
diantara peserta KP Ibu.
Ada pun kriteria motivator KP Ibu antara lain :
• Berasal dan berdomisili di wilayah yang sama dengan wilayah
sasaran aktivitasnya.
• Berusia sebaya dengan kebanyakan ibu hamil dan menyusui di
wilayah tersebut.
• Sedang menyusui, atau memiliki pengalaman menyusui, atau
belum pernah menyusui namun mendukung praktek menyusui.
• Berminat/bersedia menjadi Motivator atas kehendaknya sendiri.
• Bersedia melaksanakan peran-peran sebagai Motivator KP-Ibu
secara sukarela (tanpa mengharapkan imbalan material).
• Mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya (termasuk
suami).
• Bersedia meluangkan waktu untuk melaksanakan peran-perannya.
• Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
untuk menjalankan peran-perannya.
 Pembagian tugas yang jelas antara kader dan
motivator sangat diperlukan untuk kelancaran
kegiatan KP Ibu.
 Motivator berperan memandu diskusi pertemuan
KP-Ibu dan mendampingi ibu yang baru saja
melahirkan melalui kunjungan rumah, dan membuat
catatan pertemuan.
 Kader berperan memobilisasi peserta KP Ibu dan
berkoordinasi dengan pemangku kepentingan
setempat seperti Lurah, Ketua RW, Ketua RT,
Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai