Anda di halaman 1dari 18

Putusan Arbitrase

 Para pihak dalam suatu


perjanjian berhak memohon
pendapat yang mengikat dari
lembaga arbitrase atas
hubungan hukum tertentu dari
suatu perjanjian
 Perdapat yang mengikat tidak
dapat dilakukan perlawanan
melalui upaya hukum
Putusan arbitrase harus
memuat
1. Kepala putusan
2. Nama lengkap dan alamat para pihak
3. Uraian singkat sengketa
4. Pendirian para pihak
5. Nama dan alamat arbiter
6. Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau
mejelis arbitrase atas keseluruhan sengketa
7. Pendapat tiap-tiap arbiter jika terdapat perbedaan
pendapat dalam majelis arbitrase
8. Amar putusan
9. Tempat dan tanggal putusan
10. Tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase
 Tidak ditandatanganinya putusan
arbitrase oleh seorang arbiter
dengan alasan sakit atau meninggal
dunia tidak mempengaruhi kekuatan
berlakunya putusan
 Alasan tidak adanya tanda tangan
harus dicantumkan dalam putusan
 Dalam putusan ditetapkan jangka
waktu putusan tersebut harus
dilaksanakan
 Putusan harus diucapkan maks. 30
hari sejak pemeriksaan ditutup
Proses Putusan Arbitrase

1----2---3----4----5---6----6a----6b
30 hari 14 hari 30 hari

6--------7--------8------9-------10
30 hari 30 hari 30 hari
Keterangan Diagram
1. Pemeriksaan mulai dilakukan
2. Pemeriksaan selesai
3. Putusan diucapkan
4. Putusan diterima oleh para pihak
5. Koreksi, pengurangan dan penambahan putusan
6. Pendaftaran putusan di PN
6a. Pendaftaran permohonan eksekusi
6b. Perintah pelaksanaan putusan
7. Permohonan pembatalan putusan arbitrase k PN
8. Putusan PN a/ permohonan pembatalan putusan
arbitrase
9. Berkas pengajuan banding a/ permohonan
pembatalan arbitrase diterima oleh MA
10. Putusan MA terhadap banding (final dan
mengikat)
Koreksi, Penambahan atau
pengurangan putusan
 Koreksi adalah suatu hak para
pihakuntuk mengajukan
pembetulan-pembetulan
terhadap putusan arbitrase
 Koreksi terhadap putusan :
 Hanya dapat dilakukan 14 hari
setelah putusan diterima
 Hanya dilakukan atas kekeliruan
administratif putusan arbitrase
Upaya penambahan atau pengurangan
terhadap putusan arbitrase dapat diajukan
dengan alasan – alasan sebagai berikut :

1. Di luar tuntutan
2. Tidak mencakup tuntutan
3. Ketentuan yang bertentangan
Pembatalan
 Adalah suatu upaya hukum yang diberikan
kepada para pihak yang bersengketa u/ meminta
kpd PN agar suatu putusan arbitrase dibatalkan,
baik terhadap sebagaian/seluruh isi putusan
 Pembatal putusan hanya dilakukan dengan
alasan-alasan berikut :
a. Surat atau dokumen yg diajukan dlm
pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui
atau dinyatakan palsu
b. Setelah putusan diambil, ditemukan dokumen
yang bersifat menentukan, yang disembunyikan
oleh pihak lawan
c. Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan
oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan
sengketa
Konsekuensi hukum
pembatalan putusan arbitrase
1. Batalnya seluruh atau sebagaian
isi putusan
2. Ketua Pengadilan Negeri dapat
memutuskan bahwa perkara
tersebut diperiksa kembali oleh :
a) Arbiter yang sama, atau
b) Arbiter yang lain, ataupun
c) Tidak mungkin lagi diselesaikan
melalui arbitrase
Sistem pengambilan putusan
arbitrase
1. Sistem musyawarah
2. Sistem mayoritas
3. Sistem perwasitan
4. Sistem kombinasi antara
mayoritas dengan perwasitan
Apakah putusan dapat melebihi
apa yang diminta oleh para pihak?
 Dalam sistem KUHPdt, hakim yang
memutus perkara tidak boleh
memutus melebihi dari yang
dimintakan untuk diputus oleh para
pihak (berlaku juga bagi arbitrase)
 Apabila ternyata keputusan arbitrase
melebihi dari yang dimintakan oleh
para pihak, mrpkan alasan bagi
salah satu atau kedua belah pihak
untuk meninta pengurangan putusan
Apakah putusan dapat berlandaskan kepada
keadilan dan kepatutan semata-mata ( et
aequo et bono ) ?

 Arbiter tidak dapat memutus


semata –mata berdasarkan
keadilan dan kepatutan
Pelaksanaan Putusan
Arbitrase
 Pelaksanaan (eksekusi) putusan
arbitrase nasional dapat dilakukan
baik secara sukarela atau secara
paksa
 Eksekusi putusan arbitrase secara
sukarela dimaksudkan sebagai
pelaksanaan putusan yang tidak
memerlukan campur tangan dari
ketua PN, melainkan para pihak
yang berkewajiban melaksanakan
sendiri putusan
 Eksekusi secara paksa dimaksudkan jika pihak
yang berkewajiban melaksankan kewajiban
beradasarkan isi putusan arbitrase tidak mau
melaksanakan kewajibannya, maka diperlukan
campur tangan PN
 Agar putusan bisa dieksekusi harus ada “akta
pendaftaran” yaitu pencatatan dan penanda
tanganan pada bagian akhir atau di pinggir dari
putusan arbitrase asli atau salinan otentik yang
ditandatangani bersama-sama oleh panitera PN
dan arbiter
 Tidak didaftarkan kepada panitera PN berakibat
putusan tidak dapat dilaksanakan
 Semua biaya yang berhubungan dengan
pembuatan akta pendaftaran dibebankan kepada
para pihak
Pelaksanaan putusan
arbitrase internasional
 Yang berwenang menangani masalah pengakuan
dan pelaksanaan putusan arbitrase Internasional
adalah PN JakPus
 Putusan arbitrase Internasional hanya diakui
serta dapat dilaksanakan di wilayah hukum RI,
apabila memenuhi syarat-syarat sbb :
a. Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh
arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara
yang dengan negara Indonesia terikat pada
perjanjian, baik secara bilateral maupun
multilateral, mengenai pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase Internasional
b. Putusan arbitrase internasional tersebut termasuk
dalam ruang lingkup perdagangan
 Putusan arbitrase Internasional tidak
bertentangan dengan ketertiban umum
 Putusan arbitrase Internasional dapat
dilaksanakan di Indonesia setelah
memperoleh eksekutor dari pusat
 Putusan arbitrase Internasional yang
menyangkut negara RI sebagai salah satu
pihak dalam sengketa , hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh
eksekutor dari MA RI yang selanjutnya
dilimpahkan kepada PN JakPus
 Terhadap putusan Ketua PN
JakPus dalam melaksanakan
putusan arbitrase internasional
tidak dapat diajukan banding
atau kasasi

Anda mungkin juga menyukai