Pendahuluan Fungsi utama sistem respirasi adalah menjamin pertukaran O2 dan CO2. Bila terjadi kegagalan pernapasan maka oksigen yang sampai ke jaringan akan mengalami defisiensi akibatnya sel akan terganggu proses metabolismenya. Gagal nafas adalah suatu sindrom dimana sistem respirasi gagal untuk melakukan pertukaran gas yaitu oksigenasi dan pengeluaran karbondioksida. Gagal nafas dapat diakibatkan oleh kelainan pada paru, jantung, dinding dada, otot pernafasan dan mekanisme pengendalian sentral ventilasi di medula oblongata. Definisi gagal nafas Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran antara atmosfer dan sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal Pada gagal nafas, terjadi kegegalan sistem pulmoner untuk memenuhi kebutuhan eliminasi CO2 dan oksigenasi darah.
Gagal napas terjadi bila:
1). PO2 arterial (PaO2) < 60 mmHg, atau 2). PCO2 arterial (PaCO2) > 45 mmHg , kecuali apabila peningkatan PCO2 disebabkan oleh kompensasi dari alkalosis metabolik. Gagal Nafas
Hiperkanpnia Hipoksemia Etiologi
Penyebab gagal napas dapat
digolongkan sesuai kelainan primernya dan komponen sistem pernapasan. Gagal nafas dapat diakibatkan kelainan pada paru, jantung, dinding dada, otot pernapasan, atau mekanisme pengendalian sentral ventilasi dimedulla oblongata Secara umum terdapat 4 dasar mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem respirasi, yaitu : 1. Hipoventilasi. 2. Right to left shunting of blood. 3. Gangguan difusi. 4. Ventilation/perfusion mismatch, V/Q mismatch.
Dari keempat mekanisme di atas, kelainan
extrapulmoner menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan intrapulmoner dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut. Gagal Napas Hipoksia Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (ventilation perfusion mismatching = V/Q mismatching).
Merupakan penyebab hipoksemia tersering, terjadi
ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, beberapa area diparu mendapat ventilasi yang kurang dibandingkan banyaknya aliran darah yang menuju ke area-area tersebut. Disisi lain, beberapa area paru yang lain mendapat ventilasi berlebih dibandingkan aliran darah regional yang relative sedikit. Keterbatasan difusi O2 merupakan penyabab hipoksemia yang jarang. Dasar mekanisme ini sering tidak dimengerti. Dalam keadaan normal, terdapat waktu yang lebih dari cukup bagi darah vena yang melintasi kedua paru untuk mendapatkan keseimbangan gas dengan alveolus. Walaupun jarang, dapat terjadi darah kapiler paru mengalir terlalu cepat sehingga tidak cukup waktu bagi PO2 alveolus. Keterbatasan difusi akan menyebabkan hipoksemia bila PAO2 sangat rendah sehingga difusi oksigen melalui membrane alveolar-kapiler melambat atau jika waktu transit darah kapiler paru sangat pendek Gagal Napas Hiperkapnia
Gagal nafas tipe hiperkapnia adalah
kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO2 pada umunya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2 (Peningkatan PaCO2 atau hiperkapnea) disertai dengan penurunan pH yang abnormal Gejala Gagal Napas Penurunan frekuensi pernafasan (bradipneu) atau meningkat (takipneu). Adanya retraksi dinding dada. Sesak nafas/ dyspneu. Sianosis (kebiruan), diakibatkan rendahnya kadar oksigen dalam darah. Penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan dinding asimetris. Retraksi dinding dada. Suara nafas menurun atau hilang atau didapatkan suara tambahan seperti stridor, rhonki, atau wheezing. Tatalaksana Gagal Nafas Pemberian terapi O2 Alat Oksigen Arus Kateter Nasal 1-6 L/menit Rendah Konsentrasi : 24-44% Kanula Nasal 1-6 L/menit Konsentrasi : 24-44% Simple Mask 6-8 L/menit Konsentrasi : 40-60% Mask + Rebreathing 6-8 L/menit Konsetrasi : 60-80% Alat Oksigen Arus AMBU BAG 10 L/menit Tinggi Konsentrasi : 100% Bag Mask + Jackson Rees 10 L/menit Konsentrasi : 100% Terapi farmakologi Bronkodilator. Mempengaruhi langsung pada kontraksi otot polos bronkus. Merupakan terapi utama untuk pnyakit paru obstruktif atau pada penyakit dengan peningkatan resistensi jalan napas seperti edema paru, ARDS, atau pneumonia. Agonis B adrenergik / simpatomimetik. Memilik efek agonis terhadap reseptor beta adrenergik pada otot polos bronkus sehingga menimbulkan efek bronkodilatasi. Antikolinergik Respon bronkodilator terhadap obat antikolinergik tergantung pada derajat tonus parasimpatis intrisik. Obat- obatan ini kurang berperan pada asma, dimana obstruksi jalan nafas berkaitan dengan inflamasi, dibandingkan dengan bronkitis kronik dimana tonus parasimpatis lebih berperan. Teofilin Mekanisme kerja melalui inhibisi kerja fosfodieterase pada AMP siklik, translokasi kalsium, antagonis adenosin, dan stimulasi reseptor beta-adrenergik, dan aktifitas anti- inflamasi. Efek samping meliputi takikardia, mual, dan muntah. Komplikasi terparah antara lain aritmia jantung, hipokalemia, perubahan status mental, dan kejang. Komplikasi dan Prognosis Gagal Nafas.
Gagal nafas merupakan suatu kondisi kegawatan
yang dapat mengancam jiwa. Komplikasi gagal nafas dapat mempengaruhi organ-organ vital terutama otak dan jaringan karena tidak adekuatnya oksigenasi. Oleh karena itu penanganan yang cepat dan tepat pada kegawatan nafas sangat diperlukan. TERIMA KASIH