Anda di halaman 1dari 75

BAB 6

KESETIMBANGAN KIMIA
Daftar Isi

A Hukum Termodinamika I
B Hukum Termodinamika II
C Hukum Termodinamika III
D Konsep Kesetimbangan
E Tetapan Kesetimbangan (K)
F Pendugaan Arah Reaksi
G Hubungan Go dengan K
H Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia
I Kesetimbangan Pengionan
Pendahuluan

Termodinamika kimia
 membahas perubahan energi
 yang menyertai suatu proses atau perubahan fisik atau kimia suatu zat,
 untuk meramalkan apakah suatu proses dapat berlangsung atau tidak

Hukum Termodinamika I: Hukum kekekalan energi


Energi tidak dapat diciptakan/dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk atau beralih sistem
dalam bentuk kerja atau kalor.

Hukum Termodinamika II: Arah perubahan


Suatu proses berjalan spontan jika semesta bergerak ke arah ketidakteraturan.

Hukum Termodinamika III:


Keteraturan struktur tertinggi dimiliki oleh kristal sempurna yang murni pada suhu 0 K.
A. Hukum Termodinamika I

Ek = energi kinetik = ½mv2


Etotal = Ek + Ep = tetap
Ep = energi potensial = mgh
(hukum kekekalan energi)
Satuan energi: J = N m = kg m2 det-2

Ep = 10 unit Energi
Ek = 0 unit potensial

Ep = 4 unit Energi
Ek = 6 unit kinetik

 BACK
A. 1. Kerja dan Kalor

(1) Kerja: energi yang dihasilkan ketika suatu gaya F bekerja pada jarak tertentu s.
Kerja tekanan-volume berhubungan dengan pemuaian/penekanan gas:

w = –Fdh = –PAdh = –PdV

A = luas permukaan wadah


dh = hakhir – hawal

(2) Kalor: energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan suhu.

Asas Black: kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke yang dingin
A. 1. Kerja dan Kalor

(1) Kapasitas kalor (C): kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat 1 oC.
(a) 1 g zat  kapasitas kalor spesifik atau kalor jenis (c)
(b) 1 mol zat  kapasitas kalor molar (cm)

(2) 1 kalori: kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 g air dari 14,5 ke 15,5 oC.
Kesetaraan kalor mekanik: 1 kal = 4,184 J atau 1 kkal = 4,184 kJ
Contoh 6.1:

Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 735 g air dari 21,0 ke 98,0 oC?
Jawab:

m = massa zat
q = m c t c = kalor jenis (untuk air, c = 1 kal g-1 oC-1 = 4,184 J g-1 oC-1)
t = perubahan suhu = takhir – tawal

q = (735 g) (1 kal g-1 oC-1) (98,0 – 21,0) oC = 5,7  104 kal


Contoh 6.2:

Sebanyak 150,0 g timbel (Pb) pada suhu air mendidih (100 oC) dicelupkan ke dalam 50,0 g
air bersuhu 22,0 oC dalam gelas piala yang terisolasi (hanya terjadi pertukaran kalor antara
Pb dan air). Jika suhu akhir campuran 28,8 oC, hitunglah kalor jenis Pb.
Jawab:
Air menyerap kalor yang dilepas oleh Pb.
Asas Black: qair + qPb = 0

qair = mair cair t = (50,0 g) (1 kal g-1 oC-1) (28,8 – 22,0) oC = 340 kal

qPb = - qair = mPb cPb t


 qair  340 kal
cPb   = 3,2  10-2 kal g-1 oC-1
mPb Δt (150,0 g)(28,8  100) C
o
A. 2. Sistem dan Lingkungan

(1) Sistem: sejumlah materi (2) Lingkungan: massa


atau daerah dalam ruang yang atau daerah yang berada di
dijadikan objek studi. luar sistem.

(3) Batas: bidang nyata/maya


antara sistem dan lingkungan.
(a) batas tetap (fixed boundary)
(b) batas berubah (movable boundary)
A. 2. Sistem dan Lingkungan

Perpindahan
Sistem Contoh
Massa Kalor Kerja
Terbuka    Gelas piala, tabung reaksi
Tertutup –   Pembakar Bunsen
Terisolasi – – – Kalorimeter bom
Adiabatik  –  Termos

Sistem terbuka Sistem tertutup Sistem terisolasi


A. 2. Sistem dan Lingkungan

Proses pemanasan kentang


dalam oven. Apakah sistem,
lingkungan, dan batasnya?
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan

Jenis besaran Nilainya Contoh


Intensif Tidak bergantung pada jumlah , P, T, , , c, cm
sistem
Ekstensif Bergantung pada jumlah sistem m, V, U, H, S, G, C

Fungsi keadaan: sifat sistem yang hanya ditentukan oleh


U, H, S, G keadaan (awal dan akhir) sistem dan tidak ditentukan oleh
cara mencapai keadaan tersebut.
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan

Jenis energi Variabel intensif Variabel ekstensif Kerja


Mekanik Tekanan (P) Volume (V) P dV
Termal Suhu (T) Entropi (S) T dS
Kimia Potensial kimia () Mol (n)  dn
Listrik Tegangan (E) Muatan (Q) E dQ
Gravitasi Medan gravitasi (mg) Tinggi (h) mg dh
A. 4. Perubahan Energi Dalam (U)

U = perubahan energi dalam


q = kalor  (+): sistem menyerap kalor
U = q + w (–): sistem melepas kalor
(Hukum Termodinamika I)
w = kerja  (+): sistem dikenai kerja
(–): sistem melakukan kerja

Contoh 6.3:
Pengembangan gas menyebabkan 5000 J energi diserap oleh sistem, sedangkan sistem
melakukan kerja sebesar 6750 J terhadap lingkungan. Berapa U sistem?

Jawab: U = q + w = (+ 5000 J) + (– 6750 J) = – 1750 J


A. 4. Perubahan Energi Dalam (U)

U diukur dalam kalorimeter bom, sistem dengan


volume yang tetap:
w = –PV = 0

U = qv = kalor reaksi pada volume tetap

Sebagian besar kalor yang dilepaskan selama reaksi menaikkan suhu air di dalam bom,
sisanya akan menaikkan suhu bom, pengaduk, dan bagian lain dari kalorimeter:

qv + qair + qbom = 0 dengan qair = mair cair t


qbom = Cbom t
Contoh 6.4:

Sebanyak 0,505 g naftalena (C10H8) dibakar sempurna di dalam kalorimeter bom yang berisi
1215 g air. Akibat reaksi, suhu air naik dari 25,62 ke 29,06 °C. Jika kapasitas kalor bom 826 J
°C-1, berapakah U reaksi dinyatakan dalam kkal mol-1.

Jawab:
qair = mair cair t = (1215 g)(4,184 J g-1 oC-1)(29,06 – 25,62) oC = 1,75  104 J
qbom = Cbom t = (826 J oC-1)(29,06 – 25,62) oC = 2,84  103 J
qv + qair + qbom = 0
U = qv = – (qair + qbom) = – (1,75  104 + 2,84  103) = – 2,03  104 J
(untuk 0,505 g naftalena)

qv bernilai negatif karena reaksinya eksoterm (melepas kalor)


Contoh 6.4:

 2,03  10 4 J
Untuk setiap g C10H8: U = = – 4,03  104 J g-1
0,505 g
 4,03  10 4 J 1 kJ 1 kkal 128 g
Jika dinyatakan dalam kkal mol-1: U =  3  
g 10 J 4,184 kJ mol
= – 1,23  103 kkal mol-1
A. 5. Perubahan Entalpi (H)

Jika reaksi dilakukan di udara terbuka atau dalam kalorimeter dari busa styrofoam, sistem
dengan tekanan yang tetap:

U = q + w = qp – pV H = qp = kalor reaksi pada tekanan tetap

H = U + pV (perubahan entalpi)

Persamaan gas ideal: pV = nRT  Pada suhu tetap: pV = ngRT, maka:

ng =  koef gas produk –  koef gas reaktan


H = U + ngRT R = tetapan gas ideal = 8,314  10-3 kJ mol-1 K-1
T = suhu mutlak (K)
Contoh 6.5:

Bila perubahan energi dalam dalam pembakaran sempurna 1 mol naftalena:


C10H8(s) + 12 O2(g)  10 CO2(g) + 4 H2O(l)
ialah – 5,15  103 kJ, hitunglah perubahan entalpi pembakarannya pada 298 K.

Jawab:
H = U + ngRT
= (–5,15  103 kJ) + (10–12) mol (8,314  10-3 kJ mol-1 K-1)(298 K)
= – 5,155  103 kJ
Contoh 6.6:

Sebanyak 1,50 g amonium nitrat (NH4NO3) ditambahkan ke dalam 35,0 g air dalam sebuah
mangkok busa kemudian diaduk sampai seluruhnya larut. Suhu larutan turun dari 22,7
menjadi 19,4 oC. Berapakah kalor pelarutan NH4NO3 dalam air dinyatakan dalam kJ mol-1?

Jawab:

qair = mair cair t = (35,0 g)(4,184 J g-1 oC-1)(19,4 – 22,7) oC = – 4,83  102 J
qNH4NO3 + qair = 0 (kalorimeter dianggap tidak berubah suhunya)

H = qNH4NO3 = – qair = + 4,83  102 J (untuk 1,50 g NH4NO3)

qp bernilai positif karena reaksinya endoterm (menyerap kalor)


Contoh 6.6:

4,83  102 J
Untuk setiap g NH4NO3: H = = 3,22  102 J g-1
1,50 g
3,22  10 2 J 1 kJ 80 g
Jika dinyatakan dalam kJ mol-1: H =  3 
g 10 J mol
= + 25,8 kJ mol-1
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan H

(a) H merupakan besaran ekstensif


CO(g) + ½O2(g) → CO2(g) H = – 283,0 kJ mol-1
2 CO(g) + O2(g) → 2 CO2(g) H = – 566,0 kJ mol-1
½ CO(g) + ¼ O2(g) → CO2(g) H = – 141,5 kJ mol-1

(b) H akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik


CO(g) + ½O2(g) → CO2(g) H = – 283,0 kJ/mol-1
CO2(g) → CO(g) + ½O2(g) ΔH = + 283,0 kJ/mol-1

(c) Hukum penjumlahan kalor dari Hess


Jika 2 atau lebih persamaan kimia dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan kimia
lainnya, perubahan entalpi masing-masing juga harus dijumlahkan.
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan H

C(s) + O2(g)

ΔH = –110,5 kJ

CO(g) + ½O2(g)
ΔH = –393,5 kJ

ΔH = +283,0 kJ

CO2(g)

C(s,gr) + O2(g) → CO2(g) ΔH1 = –393,5 kJ


CO2(g) → CO(g) + ½O2(g) ΔH2 = +283,0 kJ
C(s,gr) + ½O2(g) → CO(g) ΔH = ΔH1 + ΔH2 = –110,5 kJ
A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (Hof)

Konvensi keadaan standar dari suatu zat:


(a) Padatan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm
(b) Cairan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm
(c) Gas : gas ideal pada tekanan parsial 1 atm
(d) Zat terlarut : larutan ideal pada konsentrasi 1 M

Perbedaan entalpi antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur
pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan Hof.

Contoh: (a) 2 C(gr) + 3 H2(g)  C2H6(g) Hof C2H6(g) = –84,7 kJ mol-1


(b) C(gr) + O2(g)  CO2(g) Hof CO2(g) = –393,5 kJ mol-1
(c) H2(g) + ½ O2(g)  H2O(l) Hof H2O(l) = –285,8 kJ mol-1
Contoh 6.7:

Dengan menggunakan data Hof pada slaid sebelumnya, hitunglah perubahan entalpi
untuk reaksi pembakaran sempurna 1 mol etana, C2H6(g).

Jawab:
–(a): C2H6(g)  2 C(gr) + 3 H2(g) – Hof C2H6(g) = +84,7 kJ mol-1
2(b): 2 C(gr) + 2 O2(g)  2 CO2(g) 2 Hof CO2(g) = 2(–393,5) kJ mol-1
3(c): 3 H2(g) + 3/2 O2(g)  3 H2O(l) 3 Hof H2O(l) = 3(–285,8) kJ mol-1

C2H6(g) + 7/2 O2(g)  2 CO2(g) + 3 H2O(l) Horeaksi = –1559,7 kJ mol-1


(reaksi pembakaran sempurna etana) (negatif  reaksi eksoterm)
A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (Hof)

Perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran etana pada contoh 6.7 dihitung dengan
menggunakan persamaan
Horeaksi = [2  Hof CO2(g) + 3  Hof H2O(l)] – Hof C2H6(g)

Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi bentuk umum berikut:

Horeaksi = [(koef  Hof) produk] – [(koef  Hof) reaktan]

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada nilai Hof untuk O2(g), karena Hof unsur bebas atau
gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0.
Contoh 6.8:

Reaksi pembakaran siklopropana yang biasa digunakan sebagai anestesi ialah sebagai
berikut:
(CH2)3(g) + 9/2 O2(g)  3 CO2(g) + 3 H2O(l) Horks = –2091,4 kJ mol-1
Gunakan nilai Horks ini untuk menghitung entalpi pembentukan standar siklopropana, jika
diketahui Hof CO2(g) = –393,5 kJ mol-1 dan Hof H2O(l) = –285,8 kJ mol-1.

Jawab: Horeaksi = [(koef  Hof) produk] – [(koef  Hof) reaktan]


= (3  Hof CO2(g) + 3  Hof H2O(l)) – [Hof (CH2)3]
–2091,4 kJ mol-1 = [3  (–393,5 kJ mol-1) + (3  (–285,8 kJ mol-1)] – [Hof (CH2)3]
Hof (CH2)3 = + 53,5 kJ mol-1
B. Hukum Termodinamika II
Hukum Termodinamika I tidak memberikan penjelasan mengenai arah dari dapat/atau
tidaknya suatu proses berlangsung. Fenomena ini disebut derajat kespontanan.
Keadaan awal Proses Keadaan akhir
Parfum menyebar

25oC Es meleleh 25oC

Contoh proses
yang spontan:
Penguapan air

75 o 25 o
Kalor 50 o 50 o
Ag Ag Ag Ag

 BACK
B. 1. Perubahan Entropi (S)

Pada tahun 1850, Rudolf Clausius menyebutkan besaran entropi (S) sebagai ukuran
derajat ketidakteraturan.

Apabila sejumlah kalor, dQrev, dipindahkan secara reversibel (perubahan yang sangat
lambat jalannya) ke dalam sistem terisolasi pada suhu T, entropi yang timbul akibat proses
pada sistem tersebut didefinisikan sebagai:

dQrev
dS 
T
Suatu proses spontan dalam sistem terisolasi memiliki perubahan entropi total yang bernilai
positif:
Stotal = Ssistem + Slingkungan > O

Stotal = Ssis + Sling > O


B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (G)

Nilai Slingkungan secara praktik sulit dihitung, karena interaksi antara sistem dan lingkungan
harus diketahui secara pasti. Untuk itu, dikemukakan suatu besaran termodinamika baru
yang disebut energi bebas:

Energi bebas Helmholtz : A = U – TS


Energi bebas Gibbs : G = H – TS

Untuk proses pada suhu dan tekanan konstan digunakan energi bebas Gibbs, yang
perubahannya ditunjukkan oleh persamaan

G = H – T S

G < 0  Proses spontan


B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (G)

Ada dua unit energi yang menentukan tanda G, yakni H dan TS.

Kasus H S G Hasil Contoh reaksi


1. - + - Spontan di semua T 2H2O(g)  2H2(g) + O2(g)
2. - - - Spontan pada T 
H2O(l)  H2O(s)
+ Tak spontan pada T 
3. + + + Tak spontan pada T 
2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g)
- Spontan pada T 
4. + - + Tak spontan pada semua T 3O2(g)  2O3(g)
Contoh 6.9:

Apakah reaksi disosiasi AB(g)  A(g) + B(g), cenderung berjalan spontan pada suhu tinggi
atau suhu rendah?

Jawab:
Reaksi melibatkan pemutusan ikatan  energi harus diserap oleh sistem  H > 0 Dua
mol gas dihasilkan dari 1 mol gas  ketidakteraturan meningkat  S > 0
Karena G = H – TS, reaksi berjalan spontan (G < 0) pada suhu tinggi.
B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (Gof)

Perubahan energi bebas yang dihasilkan bila pereaksi dan produk berada pada keadaan
standar (lihat subbab A. 7)  perubahan energi bebas standar (G°).

Seperti H, G merupakan fungsi keadaan, maka

(a) G merupakan besaran ekstensif


(b) G akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik

(c) G untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai


G dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut.
B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (Gof)

Perbedaan energi bebas antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-
unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan Gof.

Goreaksi = [(koef  Gof) produk] – [(koef  Gof) reaktan]

(Gof unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0)
Contoh 6.10:

Entalpi pembentukan molar standar perak oksida pada 298 K ialah –30,59 kJ/mol.
Perubahan energi bebas molar standar, Go, untuk disosiasi perak oksida pada suhu
yang sama diberikan berikut ini:
2Ag2O(s)  4Ag(s) + O2(g) Go = +22,43 kJ mol-1
Berapakah nilai So untuk reaksi tersebut?

Jawab: Horeaksi = [(koef  Hof) produk] – [(koef  Hof) reaktan]


= (4  Hof Ag(s) + Hof O2(g)) – (2  Hof Ag2O)
= (4  0 + 0) – [2 (–30,59 kJ mol-1)]
= +61,18 kJ mol-1
H  G 61,18  22,43
G = H – T S  S    130,0 J mol K 1
T 298
Contoh 6.11:

Berapakah nilai Go pada 298 K untuk reaksi C(s) + CO2(g)  2 CO(g)
jika diketahui Gof CO(g) = –137,28 kJ mol-1 dan Gof CO2(g) = –394,38 kJ mol-1? Apakah
pembentukan CO berlangsung spontan pada 298 K?
Jawab: Goreaksi = [(koef  Gof) produk] – [(koef  Gof) reaktan]
= (2  Gof CO(g)) – (Hpf C(s) + Hof CO2)
= 2  (–137,28 kJ mol-1) – [0 + (–394,38 kJ mol-1)]
= +119,62 kJ mol-1

Jadi, pembentukan CO berlangsung tidak spontan pada 298 K, karena G > 0.


B. 4. Energi Bebas dan Kesetimbangan

G = 0  keadaan setimbang

Proses memiliki kecenderungan yang sama untuk bergerak ke arah produk/ reaktan.

H H 
G = H – T S = 0  S  atau S tr  tr

T Ttr
(untuk kesetimbangan transisi fase)

Contoh: Peleburan es: H2O(s, 1 atm)  H2O(l, 1 atm) Hofus = 6,02 kJ mol-1
(pada 273,15 K)
H fus

6,02  10 3 J mol1
S fus

  = 22,0 J mol-1 K-1
Tf 273,15 K
Contoh 6.12:

Berapakah entropi penguapan molar standar air pada 100 oC jika diketahui entalpi
penguapan molar standar pada suhu tersebut 40,7 kJ mol-1?

Jawab: H vap

40,7  10 3 J mol1
S vap

  = 109 J mol-1 K-1
Tb 373,15 K

Contoh 6.13:
Hitung perubahan entropi jika 3,00 mol benzena menguap pada titik didih normalnya, yaitu
80,1°C. Entropi penguapan molar benzena pada suhu ini adalah 30,8 kJ mol-1.

Jawab: H vap

30,8  10 3 J mol1
S 
  = 87,2 J mol-1 K-1
353,25 K
vap
Tb
Untuk 3,00 mol benzena: Sovap = (87,2 J mol-1 K-1)(3,00 mol) = 262 J K-1
C. Hukum III Termodinamika

“Entropi kristal sempurna yang murni pada suhu NOL mutlak (0 K) adalah NOL”

Dengan kata lain, pada suhu 0 K kristal paling teratur.

 BACK
D. Konsep Kesetimbangan

Kesetimbangan:
Laju reaksi sama ke dua arah  [reaktan] & [produk] secara neto tidak berubah.

(a) Kesetimbangan fisika: melibatkan 1 zat dalam 2 fase yang berbeda


Contoh: H2O(l)  H2O(g)

(b) Kesetimbangan kimia: melibatkan zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk
Contoh: N2O4(g) (tak berwarna)  2NO2(g) (cokelat gelap)

 BACK
D. Konsep Kesetimbangan

(a) Kesetimbangan homogen: hanya melibatkan 1 fase


Contoh: C2H4(g) + H2(g)  C2H6(g)

Dikenal reaksi fase gas, fase cair, atau fase padat bergantung pada fase yang terlibat
dalam kesetimbangan. Contoh di atas merupakan reaksi fase gas.

(b) Kesetimbangan heterogen: melibatkan >1 fase zat


Contoh: 2 Hg(l) + Cl2(g)  Hg2Cl2(s)
Fase cair (l, liquid) dianggap satu fase dengan larutan berair (aq, aqueous).
E. Tetapan Kesetimbangan (K)

N2O4(g)  2NO2(g)

[ ] awal [ ] kesetimbangan Nisbah [ ] saat kesetimbangan


[NO2] [N2O4] [NO2] [N2O4] [NO2]/[N2O4] [NO2]2/[N2O4]
0,000 0,670 0,0547 0,643 0,0851 4,65  10-3
0,050 0,446 0,0457 0,448 0,1020 4,66  10-3
0,030 0,500 0,0475 0,491 0,0967 4,60  10-3

[NO 2 ] 2
Nisbah yang nilainya relatif konstan disebut tetapan kesetimbangan (K).
[N2 O 4 ]

 BACK
E. Tetapan Kesetimbangan (K)

(aC ) c (a D ) d
Secara umum, untuk reaksi a A + b B  c C + d D: K
(a A ) a (a B ) b
a = aktivitas, yang nilainya dapat diperkirakan sebagai berikut:
(a) Untuk padatan (s) dan cairan (l), a =1
(b) Untuk gas (g) (anggaplah gas ideal): a = tekanan, P (dalam atm)
(c) Untuk komponen di dalam larutan (anggaplah ideal bila keadaan standar 1 M): a =
konsentrasi molarnya

Dikenal 2 macam nilai K, yaitu KC dan KP:


(a) Rumus KC hanya memasukkan molaritas dari fase g dan aq.
(b) Rumus KP hanya mengikutsertakan tekanan parsial dari fase g.
E. Tetapan Kesetimbangan (K)

Contoh:
[NO 2 ] 4 [H2 O] 6
(1) 4 NH3(g) + 7 O2(g)  4 NO2(g) + 6 H2O(g) KC 
[NH 3 ] 4 [O 2 ] 7
( pNO 2 ) 4 ( pH 2 O) 6
KP 
( pNH 3 ) 4 ( pO 2 ) 7
[CH 3 COOCH 3 ][H2 O]
(2) CH3OH(l) + CH3COOH(l)  CH3COOCH3(l) + H2O(l) KC 
[CH 3 OH][CH 3 COOH]
(3) CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g) K C  [CO 2 ] K P  p(CO 2 )
[NaCl]
(4) BaCl2(aq) + Na2SO4(aq)  BaSO4(s) + NaCl(aq) KC 
[BaCl 2 ][Na 2 SO 4 ]

Tidak ada KP untuk reaksi (2) dan (4), karena tidak ada zat yang berfase gas.
Contoh 6.14:

Tuliskan rumus Kc dan KP untuk reaksi-reaksi berikut:


(a) 2 ZnS(s) + 3 O2(g)  2 ZnO(s) + 2 SO2(g)
(b) 2 HCrO4(aq)  Cr2O72(aq) + H2O(l)
Apakah reaksi-reaksi di atas termasuk kesetimbangan homogen atau heterogen?

Jawab:

(a)
[SO 2 ] 2 p(SO 2 ) 2
KC  KP  Kesetimbangan heterogen
[O 2 ] 3 p(O 2 ) 3
2-
(b)
[Cr2 O 7 ]
KC  - 2
Tidak ada KP Kesetimbangan homogen
[HCrO 4 ]
Contoh 6.15:

(a) Pada suhu tertentu, untuk reaksi N2O4(g)  2NO2(g) pada saat kesetimbangan terdapat
0,1 mol N2O4 dan 0,06 mol NO2 dalam volume 2 L. Hitunglah nilai Kc.
Jawab: [NO 2 ] 2 (0,06 mol/2 L) 2
Kc    1,8  10 2
[N2 O 4 ] (0,1 mol/2 L)
(b) Pada suhu yang sama, ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 0,8 mol N2O4.
Hitunglah konsentrasi zat-zat dalam reaksi pada kesetimbangan yang baru.
Jawab:
N2O4(g)  2 NO2(g)
Mula-mula 0,8 mol
Reaksi –x +2x
Setimbang 0,8 – x 2x
Contoh 6.15:

(2 x mol/2 L) 2
Kc 
(0,8 - x) mol/2 L
2x 2
1,8  10 2   x2 + 0,009x – 0,0072 = 0
(0,8 - x)
x = 0,0809 mol
Jadi, pada saat kesetimbangan tercapai
[NO2] = 2x mol/2L = 0.0809 M
[N2O4] = (0,8 – x) mol/2 L = 0,7191 mol/2 L = 0,3595 M
E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai K

(1) Jenis reaksi

K >> 1  reaksi lebih banyak ke arah produk (kesetimbangan berada di kanan).


Contoh: 2 H2(g) + O2(g)  2 H2O(g) KC = 9,1  1080

K << 1  reaksi lebih banyak ke arah reaktan (kesetimbangan terletak di kiri).

Contoh: N2O4(g)  2 NO2(g) KC = 4,63  10-3


E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai K

(2) Suhu
Reaksi endoterm  kenaikan suhu meningkatkan nilai K.

Contoh: CH4(g) + H2O(g)  CO(g) + 3 H2O(g) K = 1,78  10-3 (800 °C)


K = 4,68  10-2 (1000 °C)
K = 5,67 (1500 °C)

Reaksi eksoterm  kenaikan suhu justru menurunkan nilai K.


Contoh: H2(g) + I2(g)  2 HI(g) K = 49,5 (440 °C)
K = 54,3 (430 °C)
E. 2. Hubungan-hubungan yang Melibatkan K

(a) K dipangkatkan n jika reaksi dikalikan n.


(b) K akan menjadi kebalikannya bila arah reaksi berbalik
(c) K untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan mengalikan nilai-nilai K dari
setiap tahapan dalam reaksi tersebut.

Contoh:
[SO 3 ] 2
(a) 2 SO2(g) + O2(g)  2 SO3(g) K1   7  10 25

[SO 2 ] 2 [O 2 ]

[SO 3 ] 4
4 SO2(g) + 2 O2(g)  4 SO3(g) K2    
2 51
K 4,9 10
[SO 2 ] 4 [O 2 ] 2
1

[SO 3 ]
SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) K3  1
 K 1  8 ,36  10 12

[SO 2 ][O 2 ] 2
E. 2. Hubungan-hubungan yang Melibatkan K

(b) N2O4(g)  2 NO2(g) [NO 2 ] 2


K1   4,63  10 3
[N2 O 4 ]

[N2 O 4 ] 1
2 NO2(g)  N2O4(g) K2  2
  416
[NO 2 ] K1
[N2 O] 2
(c) 2 N2(g) + O2(g)  2 N2O(g) K1 
[N2 ] 2 [O 2 ]
[NO 2 ] 4
2 N2O(g) + 3 O2(g)  4 NO2(g) K2 
[N2 O] 2 [O 2 ] 3

2 N2(g) + 4 O2(g)  4 NO2(g)


[NO 2 ] 4 [N2 O] 2 [NO 2 ] 4
K 2 4
 
[N2 ] [O 2 ] [N2 ] [O 2 ] [N2 O] 2 [O 2 ] 3
2

 K1  K 2
Contoh 6.16:

Hitunglah nilai K untuk reaksi H2O(g) + CO(g)  CO2(g) + H2(g) pada suhu 25 °C bila pada
suhu tersebut diketahui
(a) 2 CO(g) + O2(g)  2 CO2(g) K1 = 3,3  1091
(b) 2 H2(g) + O2(g)  2 H2O(g) K2 = 9,1  1080

Jawab:
Reaksi (a) dibagi 2 : CO(g) + ½ O2(g)  CO2(g) K3 = K1
1
Reaksi (b) dibalik & dibagi 2: H2O(g)  H2(g) + ½ O2(g) K4 =
K2
K1
H2O(g) + CO(g)  CO2(g) + H2(g) K= K3  K 4 
K2
K = 1,9  105
E. 3. Hubungan KP dengan KC

Untuk reaksi fase gas: a A(g) + b B(g)  c C(g) + d D(g)

[C] c [D] d ( pC) c ( pD) d


KC  a b dan K P 
[A] [B] ( pA) a ( pB) b

Menurut hukum gas ideal: pV = nRT  p = (n/V)RT = [ ] RT


Karena itu,

( pC) c ( pD) d [C] c (RT) c [D] d (RT) d [C] c [D] d ( c  d ) ( a b )


KP    (RT)
( pA) a ( pB) b [A]a (RT) a [B]b (RT) b [A]a [B]b
ng
K P  K C (RT) dengan ng =  koef gas produk –  koef gas reaktan
Contoh 6.17:

Hitunglah Kp untuk reaksi berikut:


N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g) KC = 1,2 pada 375 oC

Jawab: Kp = Kc (RT)n = 1,2  {0,0821  (375+273)}2–(1+3) = 4,24  10-4

Perhatikan nilai R yang digunakan, dan suhu dinyatakan dalam K.

Contoh 6.18:
Di antara 2 reaksi di bawah ini, manakah yang memiliki nilai Kp = KC?
(a) H2(g) + I2(g)  2 HI(g) KC = 54,3 pada 430 oC
(b) N2O4(g)  2 NO2(g) KC = 4,63  10-3 pada 25 oC

Jawab: Agar nilai KP = KC, jumlah koefisien gas pada sisi kiri dan kanan harus sama (ng
= 0), dan syarat ini hanya dipenuhi oleh reaksi (a).
Contoh 6.19:

Reaksi PCl5(g)  PCl3(g) + Cl2(g) mempunyai Kp = 1,05 pada 250 °C.


(a) Hitunglah tekanan parsial Cl2 bila pada suhu tersebut tekanan parsial PCl5 dan PCl3
saat kesetimbangan ialah 0,875 dan 0,463 atm.
(b) Hitunglah nilai Kc reaksi itu pada 250 °C.

Jawab:
(a) PPCl3 PCl 2 K p PPCl5 (1,05)(0,8 75)
Kp   PCl 2   = 1,98 atm
PPCl5 PPCl3 (0,463)
(b) KP 1,05
Δng
K P  KC ( RT )  KC  ng
 = 0,024
( RT ) [0,0821(25 0  273)] (11)-1
F. Pendugaan Arah Reaksi

Pada Contoh 6.15, arah reaksi mudah diduga karena G


mula-mula, hanya terdapat reaktan. Apabila juga
terdapat produk, arah reaksi dapat diduga dengan
menghitung kuosien hasil reaksi (Q). Q<K
ΔG < 0

Rumus Q = K, tetapi nilainya belum tentu sama:


Q = K  reaksi dalam keadaan setimbang Q>K
ΔG > 0

Q < K  produk < reaktan; reaksi bergeser ke


kanan (ke arah produk) Kesetimbangan
ΔG = 0
Q > K  produk > reaktan; reaksi bergeser ke Reaktan Produk
kiri (ke arah reaktan) murni murni

 BACK
Contoh 6.20:

Reaksi H2(g) + I2(g)  2 HI(g) mempunyai nilai K = 49,5 pada suhu 440 °C. Jika pada suhu
tersebut ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 5 mol H2, 2 mol I2, dan 4 mol HI.
Tentukan (a) arah reaksi
(b) konsentrasi masing-masing zat saat kesetimbangan tercapai

Jawab: 2
 4 mol 
(a)
[HI] 2  2 L 
Q  
= 1,6
[H 2 ][I 2 ]  5 mol  2 mol 
 2 L  2 L 
  
Q < K  reaksi berlangsung ke kanan

(b) Karena reaksi berlangsung ke kanan, H2 dan I2 berkurang, HI bertambah.


Contoh 6.20:
H2(g) + I2(g)  2 HI(g)
Mula-mula 5 mol 2 mol 4 mol
Reaksi –x –x +2x
Setimbang (5 – x) (2 – x) (4 + 2x)
2
 (4  2 x) mol 
[HI] 2  2 L 
KC      49,5
[H 2 ][I 2 ]  (5 - x) mol  (2 - x) mol 
 2 L  2 L 
  
(4 + 2x)2 = 49,5 (5 – x)(2 – x)
16 + 8x + 4x2 = 495 – 346,5x – 49,5x2
45,5x2 – 362,5x + 479 = 0
x1 = 1,672 mol
Contoh 6.20:

x2 = 6,29 mol (tidak mungkin, melebihi mol H2 dan mol I2 mula-mula)

Jadi, konsentrasi setiap senyawa pada kesetimbangan:


[HI] = (4 + 2x) mol/2 L = (4 + 3,344) mol/2 L = 3,672 M

[H2] = (5 – x) mol/2 L = (5 – 1,672) mol/2 L = 1,664 M

[I2] = (2 – x) mol/2 L = (2 – 1,672) mol/2 L = 0,164 M


G. Hubungan Go dengan K
Penguapan air tidak berlangsung spontan pada 25 oC dalam keadaan standar:
H2O(l, 1 atm)  H2O(g, 1 atm) Govap = 8,58 kJ mol-1
(pada 298,15 K)
Apa yang terjadi jika kita ubah tekanan sistem sehingga kondisi tidak standar lagi?

Kondensasi Keadaan Penguapan


spontan setimbang spontan
 BACK
G. Hubungan Go dengan K

Untuk keadaan tak standar berlaku hubungan berikut: G = Go + RT ln Q

Pada keadaan setimbang: G = 0 dan Q = K, maka Go = – RT ln K

Contoh 6.21:
Suatu campuran dari 0,5 mol N2O(g) dan 0,5 mol O2(g) dimasukkan ke dalam wadah
bervolume 4 L pada suhu 250 oC dan dibiarkan mencapai kesetimbangan:
2 N2O(g) + 3 O2(g)  4 NO2(g)
Setelah tercapai kesetimbangan, jumlah N2O menjadi 0,45 mol.
Hitunglah nilai KC, KP, dan perubahan energi bebas Gibbs-nya.
Contoh 6.21:

Jawab: 2 N2O(g) + 3 O2(g)  4 NO2(g)


Mula-mula 0,5 mol 0,5 mol
Reaksi – 0,05 –3/20,05 +4/20,05
Setimbang 0,45 0,425 0,1
4
 0,1 mol 
4  4 L 
KC 
[NO 2 ]
    2,57  10 2

[N 2 O]2 [O 2 ]3  0,45 mol  2  0,425 mol  3


 4 L   4 L 
   
Δng
K P  K C ( RT )  2,57 10 2 [0,0821(25 0  273)] 4-(2 3)  5,99 10 4
Go = – RT ln KC = – (8,314  10-3 kJ mol-1 K-1)(250 + 273) ln (2,57  10-2)
= –15,9 kJ mol-1
H. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia

 Dalam contoh-contoh sebelum ini, telah kita bahas bagaimana suatu sistem yang tak
setimbang menuju kesetimbangan.

 Sistem yang telah setimbang juga dapat diganggu oleh perubahan kondisi sistem.

 Terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah reaktan atau produk, bergantung pada


perubahan yang dilakukan, sampai tercapai kesetimbangan yang baru (prinsip Le
Chatelier).

 Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesetimbangan ini meliputi konsentrasi, tekanan,


volume, suhu, dan katalis.

Catatan: Di Kimia TPB, pengaruh faktor-faktor ini hanya dibahas secara kualitatif. Contoh-
contoh perhitungan di diktat sekadar untuk memperkaya ilmu Anda.

 BACK
H. 1. Perubahan Konsentrasi

[Produk] , [Reaktan]   Q > K  Kesetimbangan bergeser ke kiri


[Produk] , [Reaktan]   Q < K  Kesetimbangan bergeser ke kanan

Contoh:
Besi(III) tiosianat [Fe(SCN)3] larut dalam air membentuk larutan berwarna merah:

FeSCN2+  Fe3+ + SCN


merah kuning tak
muda berwarna

+ NaSCN atau Fe(NO3)3  warna merah larutan semakin pekat


+ H2C2O4 (yang mengikat kuat Fe3+)  warna merah larutan memudar
H. 1. Perubahan Konsentrasi

(a) Larutan Fe(SCN)3: campuran warna merah FeSCN2+ dan warna kuning Fe3+
(b) Setelah penambahan NaSCN: kesetimbangan bergeser ke kiri
(c) Setelah penambahan Fe(NO3)3: kesetimbangan juga bergeser ke kiri
(d) Setelah penambahan H2C2O4: kesetimbangan bergeser ke kanan; warna kuning berasal dari ion
Fe(C2O4)33
H. 2. Perubahan Volume dan Tekanan

Hanya berpengaruh terhadap fase gas; tidak memengaruhi fase cair dan padat.

V , P   Q < K  Kesetimbangan bergeser ke  koef gas terbesar


V , P   Q > K  Kesetimbangan bergeser ke  koef gas terkecil

Contoh: N2O4(g)  2 NO2(g)


Volume wadah diperbesar  [N2O4] maupun [NO2] mengalami pengenceran.
(tekanan diperkecil)

[NO 2 ] 2
Q  penurunan pembilang > penyebut karena [NO2] dipangkatkan 2  Q
[N2 O 4 ]
< K  kesetimbangan bergeser ke kanan
Contoh 6.22:

Ke arah manakah reaksi di bawah ini bergeser bila pada suhu yang tetap, tekanan
diperbesar (volume diperkecil)?
(a) CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) (c) H2(g) + CO2(g) → H2O(g) + CO(g)
(b) PCl5(g) → PCl3(g) + Cl2(g) (d) N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(g)

Jawab:
Bila tekanan ditingkatkan, kesetimbangan akan bergeser ke sisi dengan  koefisien gas
paling kecil:
(a) ke kiri (c) tidak bergeser
(b) ke kiri (d) ke kanan
H. 3. Perubahan Suhu

Tidak seperti perubahan konsentrasi, volume, atau tekanan, perubahan suhu tidak hanya
menggeser kesetimbangan, tetapi juga mengubah nilai K.

T   Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm


T   Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm

Contoh 1: N2O4(g)  2 NO2(g) Ho = 58,0 kJ atau


Setiap bola berisi
N2O4(g)  2 NO2(g) – 58,0 kJ campuran gas NO2 dan
N2 O 4
Reaksi pembentukan NO2 dari N2O4 endoterm; reaksi
sebaliknya eksoterm. Pemanasan akan memperbesar [NO2]
(warna makin cokelat), pendinginan akan memperbesar
[N2O4] (warna cokelat memudar). Dalam air es Dalam air panas
H. 3. Perubahan Suhu

Contoh 2: CoCl42 + 6 H2O  Co(H2O)62+ + 4 Cl


biru merah muda

Reaksi pembentukan CoCl42 endoterm:


larutan berwarna biru jika dipanaskan dan
merah muda jika didinginkan.
Contoh 6.23:

Perhatikan kesetimbangan berikut:


N2F4(g)  2 NF2(g) Ho = 38,5 kJ
Prediksikan arah pergeseran kesetimbangan jika
(a) Campuran dipanaskan pada volume konstan
(b) Gas NF2 diambil dari campuran pada suhu konstan
(c) Tekanan diturunkan pada suhu konstan
(d) Gas lembam seperti He ditambahkan ke dalam campuran pada volume dan suhu
konstan
Contoh 6.23:

Jawab:

(a) Reaksi pembentukan NF2 endoterm (Ho > 0), maka pemanasan akan menyukai-nya
(reaksi bergeser ke kanan).

(b) Pengambilan gas NF2 menurunkan konsentrasi produk, maka Q < K dan jumlah produk
harus ditambah agar Q = K (reaksi bergeser ke kanan).

(c) Penurunan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke arah koefisien gas yang lebih
besar, yaitu ke arah pembentukan NF2 (reaksi bergeser ke kanan).

(d) Penambahan gas lembam tidak akan menggeser kesetimbangan, karena reaksi akan
dipercepat sama besar ke dua arah.
I. Kesetimbangan Pengionan

jumlah mol zat yang mengion


Derajat pengionan () =
jumlah mol zat total.
(a) Elektrolit kual :  = 1 (mengion seluruhnya)
MgCl2  Mg2+ + 2 Cl
(b) Elektrolit lemah : 0 <  < 1
CH3COOH  CH3COO + H+
(c) Nonelektrolit :  = 0 (sama sekali tidak mengion)
C12H22O11 (sukrosa)

 BACK
I. 1. Efek Ion Senama (Common Ion Effect)

Dalam campuran suatu elektrolit lemah dengan garam yang mengandung ion yang sama
seperti pada elektrolit tersebut (disebut ion senama), kesetimbangan pengionan elektrolit
akan digeser ke kiri ( menurun), karena garam terionkan dengan lebih sempurna
daripada elektrolit.

Contoh: Dalam campuran bufer CH3COOH-NaCH3COO, ion asetat dari garam Na-asetat
menjadi ion senama yang menghambat pengionan asam asetat.
NaCH3COO → Na+ + CH3COO
Konsentrasi ion asetat dalam
kesetimbangan meningkat
CH3COOH  H+ + CH3COO
Kesetimbangan pengionan
asam asetat bergeser ke kiri
I. 2. Hukum Pengenceran Ostwald

Nilai  dari suatu larutan elektrolit lemah akan meningkat jika diencerkan.

CH3COOH  CH3COO + H+
Mula-mula C
Reaksi –C +C +C
Setimbang C(1–) C C

[CH 3 COO  ][H ] (C )(C ) C 2


K    C 2 jika  << 1
[CH 3 COOH] C (1   ) (1   )

Karena K konstan, jika larutan diencerkan (C ), derajat pengionan () harus .
Hukum pengenceran Ostwald akan Anda jumpai kembali pada Bab 8.
That’s all folks,
be prepared for UTS

Created by: BAR – RAW

Anda mungkin juga menyukai