Anda di halaman 1dari 13

BIOKOMUNIKASI

BIOLOGI INFORMASI

KELOMPOK 5 :
JOSUA CHRISTIAN
SURYA HERDIANSYAH
SYASA ANBAR PRATIWI
VIRA LIANTI
Biologi komunikasi lahir dari pemikiran ilmiah
yang panjang dan dibuktikan melalui riset,
serta diskusi mendalam dengan para expert.

Secara epistemologis, biologi komunikasi harus


mampu menjelaskan tentang kebenaran
yang diperoleh dan apa saja bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan agar
kebenaran itu dapat dipercaya.
Penerapan Biologi Komunikasi

1. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Bisnis


2. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Budaya (Intra dan
Antarpersonal)
3. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Politik
4. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Pendidikan
5. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Organisasi
6. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Intelijen
7. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Sosial
8. Biologi Komunikasi dalam Praktek Psikologi Komunikasi
9. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Keluarga
10. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Kesehatan
11. Biologi Komunikasi dalam Praktek Komunikasi Berteknologi (TIK)
12. Biologi Komunikasi dalam Praktek Manajeman Komunikasi
Latar Belakang Revolusi Industri 4.0 di
Bidang Biologi

Revolusi industri yaitu perubahan cepat di


bidang ekonomi yaitu kegiatan ekonomi
agraris ke ekonomi industri yang
menggunakan mesin dalam mengolah bahan
mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi
industri telah mengubah cara kerja manusia
dari penggunaan tangan menjadi
menggunakan mesin.
Ciri – ciri Revolusi Industri

1. Perubahan haluan di dalam dunia industri, dari


tenaga manusia berubah menjadi tenaga mesin
2. Terjadinya pergeseran sistem tradisional menjadi
sistem pabrikan, sehngga hasil industri semakin
meningkat
3. Dimulainya penemuan – penemuan fenomenal di
bidang industri yang membuat dunia industri
semakin berkembang
Tahapan Revolusi Industri

Tahap 1
Dimulai pada abad ke-18. Ditandai dengan
masih dipergunakannya teknik kuno, seperti
penggunaan uap untuk menggerakkan mesin
yang berbahan bakar kayu atau batu bara.
Tahap 2
Dimulai pada akhir abad 19. Ditandai dengan
adanya otomisasi produksi massal
Tahap 3
Dimulai pada tahun 1950-an. Ditandai
dengan perkembangan sistem digital dan
teknologi informasi
Tahap 4
Dicetuskan oleh Profesor Klaus Schwab.
Menurutnya, Revolusi Industri 4.0 secara
fundamental berbeda dengan revolusi
industri edisi sebelumnya
Langkah yang diambil pemerintah dalam
menghadapi Revolusi Industri 4.0

1. Menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap pakai


di sektor industri dengan target mencapai 1 juta
orang pada 2019.
2. Pengembangan program e-smart industri kecil dan
menengah (IKM).
3. Menggalakkan penggunaan teknologi digital yang
dapat menaikkan efisiensi dan mengurangu biaya
industri sekitar 12-15%
4. Memfasilitasi pembangunan tempat inkubasi bisnis
yang dapat mendorong pengembangan start-up di
tingkat nasional.
Tantangan Revolusi Industri 4.0
dalam Bidang Biologi

1. Minyak sawit Indonesia ditolak Uni Eropa.


Uni Eropa melarang penggunana minyak sawit
biodiesel yang banyak diproduksi Indonesia
mulai tahun 2021, alasannya adalah mereka
menuding berkurangnya hutan global
disebabkan oleh peningkatan produksi dan
konsumsi komoditi pertanian, seperti kelapa
sawit. Serta adanya Pelanggaran HAM seperti
eksploitasi pekerja anak di perlebunan kelapa
sawit
2. Penolakan produk laut Indonesia
Alasannya :
a) Karena produk laut Indonesia filthy 59%
b) karena produk laut Indonesia mengandung
bakteri salmonella 27%
c) Karena produk laut Indonesia mengandung
histamine 14%
Standar Pengelolaan Produk Ekspor
menurut Revolusi Industri 4.0

1. Sertifikasi minyak sawit lestari (sustainable palm oil, SPO)


Sertifikasi SPO berperan untuk menjembatani antara negara
produsen dengan konsumen terkait pemenuhan isu
lingkungan yang disebabkan oleh kelapa sawit.

2. Sertifikasi Standar Hazard Analysis and Critical Control


Points (HACCP)
Standar HACCP menjawab tuntutan keamanan pangan dan
membantu perdagangan produk pangan yang memenuhu
kriteria keamanan pangan serta tuntutan konsumen terhadap
kesehatan dan kelestarian lingkungan.
3. Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)
CCRF merekomendasikan agar pendekatan pengelolaan
sumber daya perikanan diarahkan untuk menjadi solusi dari
berbagai permasalahan pada industri perikanan, seperti :
a) Kelebihan kapasitas penangkapan ikan
b) Ketidakseimbangan antara kepentingan berbagai pihak dalam
memanfaatkan sumber daya
c) Kerusakan habitat, kecenderungan kepunahan jenis ikan
tertentu dan turunnya keanekaragaman hayati
d) Kerusakan dan kemunduran mutu lingkungan yang
diakibatkan oleh polusi, sampah dan buangan ikan-ikan yang
tidak ekonomis padahal penting nilai biologinya.
Sekian….

TERIMA KASIH…..

Anda mungkin juga menyukai