DEFINISI
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH
(dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah
arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga
dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang
yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu
diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya.
Tujuan
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan
kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Indikasi
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Pasien deangan edema pulmo
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Post pembedahan coronary arteri baypass
Resusitasi cardiac arrest
Klien dengan perubahan status respiratori
Anestesi yang terlalu lama
Tempat pengambilan darah arteri
Tempat pengambilan darah arteri
Lokasi fungsi arteri
Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan
allen’s test)
Arteri brakialis
Arteri femoralis
Arteri tibialis posterior
Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan
jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai
sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi
spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau
axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko
emboli otak.
Kontraindikasi AGD
Base exsess -2 - +2 -2 - +2 -2 - +2
Asidemia = pH < 7,35 atau [ H + ] > 44 nmol/L
Alkalemia = pH > 7,45 atau [ H + ] < 36
nmol/L
Asidosis Normal Alkalosis
pH < 7,35 >7,45
pCO2 > 45 < 35
[HCO3] < 22 > 26
Klasifikasi gangguan asam basa
primer dan terkompensasi:
Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi
dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan
pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme
kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi.
Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup
waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan
penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai
penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau
gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai
dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,
penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan
CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30.
Merupakan keadaan kritis yang memerlukan
intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi
dengan bikarbonat.
Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30
mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis metabolik telah
terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem
ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap
alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2
dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya
pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi
yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.