Anda di halaman 1dari 13

Pancasila sebagai

Sistem Etika
Definisi Etika

 Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang


membahas bagaimana manusia bersikap
terhadap apa yang ada).
 Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral.
 Etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan
bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.
Pembagian Etika
• Etika umum yaitu yang mempertanyakan prinsip – prinsip
yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
• Etika Khusus yaitu yang membahas prinsip – prinsip itu di
dalam hubungannya dengan Berbagai aspek kehidupan
manusia. Etika khusus meliputi beberapa hal :
– Etika Individual yaitu yang membahas kewajiban
manusia terhadap dirinya sendiri
– Etika sosial yaitu yang membahas tentang kewajiban
manusia terhadap manusia lain dalam hidup
masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar
dari etika khusus.
Nilai, Norma dan Moral
• Nilai (Value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia ( nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada objek, bukan objek itu sendiri)
• Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain untuk kemudian mengambil keputusan.
• Keputusan tersebut merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna
atau ataidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik dan indah atau
tidak indah.
Menurut Max Sceler nilai – nilai yang ada tidak sama tingginya
• Nilai kenikmatan, dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan dan
tidak mengenakkan yang menyebabkan orang lain senang dan tidak senang
• Nilai kehidupan, dalam tingkatan ini terdapat nilai – nilai yang penting bagi
kegidupan manusia ( Misalnya kesehatan, kesegaran jasmani dan kesejahteraan
umum)
• Nilai kejiwaan, dalam tingkatan ini terdapat nilai – nilai kejiwaan yang sama sekali
tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan (Misalnya, keindahan,
Notonagoro membagi nilai menjadi 3 :

• Nilai Material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan material ragawi manusia
• Nilai Vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
membedakan kegiatan atau aktivitas
• Nilai Kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai rohani dibagi menjadi 3 :

– Nilai kebenaran yang bersumber dari akal yaitu ratio, budi dan cipta
manusia
– Nilai keindahan atau estetis yaitu yang bersumber pada unsur
perasaan atau esthetis dan rasa manusia
– Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada unsur kehendak atau
Will dan Karsa manusia
– Nilai religius yaitu yang merupakan nilai ketrohanian tertinggi dan
mutlak, yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.
Berkaitan dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai
dikelompokkan menjadi 3 macam :
• Nilai dasar (Onotologis ) yaitu merupakan hakekat, esensi, intisari atau
makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut (yang bersifat universal karena
menyangkut hakekat kenyataan obyektif segala sesuatu misalnya hakekat
Tuhan, hakekat manusia). Jika nilai dasar itu berkaitan dengan hakekat
Tuhan, maka nilai itu bersifat mutlak karena hakekat Tuhan adalah kuasa
prima, sehingga segala sesuatu diciptakan atau berasal dari Tuhan.
• Nilai Instrumental yaitu sebagai pedoman yang dapat diukur dan diarahkan.
Jika nilai instrumental ini berkaitan dengan tingkah laku manusia, maka hal
itu akan merupakan suatu norma moral. Namun jika nilai instrumental itu
berkaitan dengan organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan, kebijaksanaan atau strategi yang bersumber
pada nilai dasar.
• Nilai praktis yaitu yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suatu kehidupan nyata.
Pengertian Moral
 Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk,
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
 Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma
yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar
secara moral.Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral.
 Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip
yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
Pengertian Norma
 Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,
sosial, moral dan religi.
 Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya dapat
berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan
norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis

Nilai Dasar
 Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau
berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai
tersebut.
 Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari
segala sesuatu.
Contohnya : hakikat Tuhan, manusia, atau mahluk lainnya. Apabila nilai
dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak
karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama).
 Nilai dasar yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus
bersumber pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang
diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia).
 Dan jika nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuantitas, aksi,
ruang dan waktu) maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai norma yang
direalisasikan dalam kehidupan yang praksis.
 Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
Nilai instrumental
 Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar.
 Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum
memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan
konkrit.
 Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi
norma moral. Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan
suatu organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa
nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
 Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang
dasar yang merupakan penjabaran Pancasila.
Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut


dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih
nyata dengan demikian nilai praksis merupakan
pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan
nilai-nilai instrumental
Hubungan Nilai, Norma dan Moral
- Moral adalah suatu ajaran, wejangan, patokan, kumpulan peraturan
baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar manusia menjadi manusia yang baik.

- Etika adalah suatu cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran dan pandangan moral tersebut.

Korelasinya : Nilai merupakan bagian dari norma, norma merupakan


ajaran dan moral adalah aplikasi dari moral.
Pancasila sebagai Sumber Etika

• Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan
perundang-undangan merlainkan juga sumber moralitas utama dalan hubungannya
dengan legitiminasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan.
• Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab,
adalah merupakan sumber nilai – nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan.
• Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan dan penyelenggaraan
negara pada ligitiminasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan
pada legitiminasi religius melainkan mendasarkan pada legitiminasi hukum dan
demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitiminasi
moral. Inilah yang membedakan negara yang Berketuhanan yang Maha Esa
dengan teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitiminasi religius, namun secara moralitas kehiodupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama hukum serta moral dalam
kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai
paradigma dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa
dan bernegara

Anda mungkin juga menyukai