JULI 2018
HIDROSEFALUS
Oleh :
NURUL ANNISA MUTHAHARA, S.Ked
Pembimbing :
dr. Wahyudi Maransyah. Sp.BS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
LAPORAN KASUS BEDAH SARAF
RS.PELAMONIA MAKASSAR
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : ny. E (29-79-59) Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : - Pendidikan :-
Alamat : Makassar
Tanggal masuk RS : 4 Juni 2018
Keluhan utama :
Kesadaran menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS.Pelamonia dengan keluhan kesadaran menurun sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluh nyeri kepala yang dirasakan ± 1 bulan yang lalu. Mual (+), muntah (+). Riwayat
kejang (+). Pasien juga mengeluh tidak bisa melihat pada mata kanan dan mata kiri penglihatan mulai
kabur yang dirasakan ±1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit kencing manis. Riwayat keluhan yang
sama seperti saat ini disangkal. Riwayat operasi (+) tumor otak bulan 5 tahun 2018.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak mengetahui adanya riwayat tekanan darah
tinggi dalam keluarga. Riwayat penyakit kencing manis
dalam keluarga disangkal.
Riwayat pengobatan :
Pasien berobat di poli bedah saraf.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau
makanan disangkal.
Riwayat sosial dan kebiasaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum Telinga
Keadaan Umum : Tampak sakit berat Selaput pendengaran : sulit dinilai
GCS : E4M6V3 Lubang : lapang
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Penyumbatan : -/- Serumen :+/+
Nadi : 85x/menit Perdarahan : -/- Cairan : -/-
Suhu : 36,7oC
Pernafasaan : 21 x/menit
Mulut
Kepala Bibir : darah (-), swelling (-), stomatitis (-).
Ekspresi wajah : tampak simetris
Rambut : rambut pendek Leher
Bentuk : normocephali Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Mata Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Konjungtiva : pucat (-/-) Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Sklera : ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia Thoraks
Pupil : bulat isokor diameter 2 mm/2 mm. Bentuk : simetris
Refleks cahaya Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran
langsung (normal/normal), refleks cahaya tidak pembuluh darah
langsung (normal/normal).
Palpebra : dalam batas normal.
PARU-PARU
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
GCS : E4M6V3
Gerakan Abnormal : -
Leher : sikap baik, gerak
terbatas
Tanda Rangsang Meningeal : Dalam batas normal
Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Dalam batas normal
N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan 1/~ 1/60
(visus bedside)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + +
Mandibularis + +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Sulit dinilai
Motorik Oksipitofrontalis + +
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Dalam batas
normal
Tes keseimbangan Sulit dinilai
N. IX,X ( glossoaringeus, Vagus )
Refleks Menelan +
N.XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu +
Menoleh +
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Dalam batas Normal
Sistem Motorik Tubuh
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achiles + +
Kanan Kiri
Tremor + +
Chorea - -
Fungsi Autonom
Miksi : via kateter
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Pemeriksaan Laboratorium
4 Juni 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Kesan :
Skull defect pada regio parietalis sinistra disertai lesi berbentuk tubular memanjang pada
cerebri regio parietalis sinistra yang berhubungan dengan ventrikel lateralis sinistra, sugestif
Abses cerebri
Dilatasi ventrikel lateralis bilateral disertai Lesi pada periventrikel lateralis bilateral, sugestif
edema, DD/ Ventrikulitis.
Hematoma pada ganglia basalis bilateral.
RESUME
VII. Penatalaksanaan:
Non medikamentosa
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan.
Medikamentosa
Dari Spesialis Bedah Saraf
- IVFD NaCL 0.9% 1000cc/24j
- Oksigen via NRM 10 lpm
- Inj. Amikacin 500mg/8j/iv
- Inj. Dexamethasone 1 amp/8j/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/12j/iv
- Inj. Phenytoin 1 amp/8j/iv
- Inj. Paracetamol amp/8j/iv
- Pasang kateter
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita. Gejala yang tampak berupa
gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi. Manifestasi klinis hidrosefalus pada
anak-anak dan dewasa:
Sakit kepala
Kesadaran menurun
Gelisah
Mual, muntah
Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
Gangguan perkembangan fisik dan mental
Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan
mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai
seperti: respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu
merencanakan aktivitasnya. 5
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien mengalami kesadaran
menurun, sakit kepala yang di alami sudah ± 1 bulan yang lalu, mual dan
muntah, penurunan visus pada mata kanan dan kiri, riwayat kejang.
Keluhan yang dialami oleh pasien dapat diakibatkan adanya penumpukkan
cairan serebrospinal yang menimbulkan peningkatan TIK. Tanda
peningkatan TIK yang terjadi dapat berupa muntah proyektil yang khas dan
hal ini terjadi pada pasien.
Penegakkan diagnosis hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis
yang didapatkan melalui anamnesis bisa juga dilakukan pemeriksaan fisik
berupa tanda-tanda vital untuk mengetahui apakah terdapat hipertensi atau
tidak, namun pada pasien tidak terdapat kelainan pada tanda-tanda
vitalnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada pemeriksaan mata
penglihatan pasien menurun padahal sebelumnya pasien tidak ada kelainan
refraksi. ketajaman penglihatan kanan 1/~ dan kiri 1/60 dengan lapang
pandang menurun. Hal ini dapat disebabkan karena ventrikel otak terdesak
oleh akumulasi CSS yang berlebih yang menyebabkan N.II tertekan.
Untuk lebih mendukung dalam penegakkan diagnosis
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang dapat berupa foto rontgen kepala, transluminasi,
CT-scan kepala, MRI kepala, pemeriksaan cairan
serebrospinal, ventrikulografi dan USG. Pada pemeriksaan
MRI didapat memberi gambaran dilatasi ventrikel atau
adanya lesi massa.6
Pada pemeriksaan MRI kepala pada pasien ini
ditemukan adanya Skull defect pada regio parietalis sinistra
disertai lesi berbentuk tubular memanjang pada cerebri
regio parietalis sinistra yang berhubungan dengan ventrikel
lateralis sinistra, sugestif Abses cerebri, Dilatasi ventrikel
lateralis bilateral disertai Lesi pada periventrikel lateralis
bilateral, sugestif edema, DD/ Ventrikulitis, dan Hematoma
pada ganglia basalis bilateral.
Obat-obatan seperti asetazolamide dan furosemid mempengaruhi cairan serebrospinal
dengan cara menurunkan sekresi cairan serebrospinal oleh pleksus koroideus.
Pada pasien ini diberikan pengobatan untuk mengurangi gejala tapi tidak untuk
mengurangi sekresi cairan dari plexus khoroid atau upaya meningkatkan penyerapan
cairan CSS.
Pengobatan yang diberikan:
IVFD NaCL 0.9% 1000cc/24j, Oksigen via NRM 10 lpm, Inj. Amikacin 500mg/8j/iv, Inj.
Dexamethasone 1 amp/8j/iv, Inj. Ranitidin 1 amp/12j/iv, Inj. Phenytoin 1 amp/8j/iv, Inj.
Paracetamol amp/8j/iv
Pada pasien ini dilakukan operasi EVD double
setup VP Shunt.