Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEJADIAN ASMA BRONKHIAL DI
POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU
LASINRANG KABUPATEN PINRANG
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang
ditandai inflamasi dan spasme akut otot polos
bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi
mukus yang berlebihan dan menumpuk,
penyumbatan aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus
Pada asma terjadi alergi terhadap antigen yang diinhalasi
(misalnya, serbuk sari).
Antigen ini menimbulkan peradangan pada mukosa bronkus
sehingga menyebabkan pelepasan histamin dan leukotrien
(disebut slow reacting substances inanafilaksis [SRSA])
Dibawah pengaruh mediator ini terjadi peningkatan
kontraksi otot bronkus dan sekresi mukus, serta
permeabilitas pembuluh darah (edema mukosa). Selain
karena antigen yang dihirup, mikroorganisme yang ada di
mukosa dapat juga berperan sebagai antigen (asma alergik-
infeksiosa) (Silbernagl,Lang,2007:76).
Umumnya pemicu yang mengakibatkan
brokokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti,
perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap
rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi
dan olahraga yang berlebihan (Vitahealth,2006:36).
Angka kematian akibat asma di dunia mencapai 255
ribu orang pada 2005.
Wilayah Asia Pasifik merupakan wilayah yang
memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia, yaitu
Cina dengan case fatality rate (CFR) 36,7 dari 100 ribu
penderita asma meninggal dunia.
• Di dunia penyakit asma bronchial termasuk 5 besar
penyebab kematian yaitu mencapai 17,4 persen
• Hasil penelitian International Study on Asthma
and Alergies in Childhood (2005) menunjukkan, di
Indonesia prevalensi gejala penyakit asma brochial
melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4
persen
• Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung
meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan
meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang.
• Data rekam medik RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar tercatat jumlah penderita asma bronkhial
tahun 2007 mencapai 200 penderita
• Menurut laporan kunjungan pasien di poli penyakit
paru Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, tercatat
jumlah penderita asma bronkhial pada bulan januari,
Februari dan Maret tahun 2009 sebanyak 368 orang
• Data rekam medik RSUL Kabupaten Pinrang, jumlah
kunjungan rawat jalan penderita asma bronkhial pada
tahun 2007 sebanyak 47 orang, tahun 2008 sebanyak 275
orang, dan periode Januari – September 2009 sebanyak 336
pasien
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut: ”Faktor-faktor apa
yang mempengaruhi kejadian asma bronkhial di
Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang”.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian Asma Bronkhial di Rumah Sakit Umum
Lasinrang Pinrang
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan faktor alergen dengan
kejadian asma bronkhial di Rumah Sakit Umum
Lasinrang Pinrang
2. Untuk mengetahui hubungan faktor obat-obatan dengan
kejadian asma bronkhial di Rumah Sakit Umum
Lasinrang Pinrang
3. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan
kerja dengan kejadian asma bronkhial di Rumah
Sakit Umum Lasinrang Pinrang
KERANGKA KONSEP
Alergen

Obat-obatan

Lingkungan Kerja

Asma Bronkial

Tekanan Jiwa

Infeksi Saluran Napas

Olahraga

Keterangan : = Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Variabel Independent
= Variabel Dependent
HIPOTESIS
Ada hubungan faktor alergen dengan kejadian asma
bronkhial di RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang

Ada hubungan faktor obat-obatan dengan kejadian


asma bronkhial di RSU Lasinrang Kabupaten
Pinrang

Ada hubungan faktor lingkungan kerja dengan


kejadian asma bronkhial di RSU Lasinrang
Kabupaten Pinrang
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
deskriptif untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian asma bronkhial di poliklinik
penyakit dalam Rumah Sakit Umum Lasinrang
Kabupaten Pinrang.
POPULASI
Semua pasien rawat jalan yang datang berobat di
poliklinik penyakit dalam RSU Lasinrang
Kabupaten Pinrang yang terdiagnosa asma
bronkhial.
SAMPEL
Pasien yang datang berobat di poliklinik penyakit
dalam RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang, yang
terdiagnosa asma bronkhial
KRITERIA SAMPEL
Kriteria inklusi
• Pasien bersedia diteliti dan menandatangani surat
persetujuan penelitian
• Pasien yang datang di poliklinik penyakit dalam RSU
Lasinrang Pinrang yang terdiagnosa asma bronkhial
• Pasien dengan pendidikan minimal SD, bisa membaca dan
menulis
• Pasien dewasa berumur > 17 tahun

Kriteria Eksklusi
• Pasien yang tidak bersedia diteliti
• Pasien yang tidak kooperatif
ALUR PENELITIAN
Penentuan popolasi

Penentuan sampel

Sampling

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisa data

Laporan awal

Seminar hasil

Pembuatan laporan akhir


DEFENISI OPERASIONAL
1. Dikatakan faktor alergen jika didapatkan penderita
asma bronkial terpapar salah satu atau lebih faktor
pencetus serangan asma bronkial, debu rumah, serbuk
sari bunga, spora jamur, serpihan kulit kucing, bulu
binatang dan beberapa makanan laut, termasuk di
dalamnya polusi udara dari kendaraan bermotor,
udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran serta bau
yang tajam
Kriteria objektif
a. Ya, jika penderita menunjukkan reaksi
hiperresponsivitas terhadap alergen berupa
batuk, sesak napas berat “mengik”.

b. Tidak, jika penderita tidak menunjukkan reaksi


hiperresponsivitas terhadap alergen berupa
batuk, sesak napas berat “mengik”
2. Dikatakan faktor obat-obatan jika penderita asma
bronkial mengatakan sensitif terhadap obat-obat
tertentu seperti penicillin, kodein, beta blocker

Kriteria objektif
a. Ya, jika penderita menunjukkan reaksi
hiperrsensitivitas setelah mengkonsumsi obat-
obatan berupa batuk, sesak napas berat “mengik”

b. Tidak, jika penderita tidak menunjukkan reaksi


hipersensitivitas setelah mengkonsumsi obat-obatan
berupa batuk, sesak napas berat “mengik”.
Dikatakan faktor lingkungan kerja jika penderita asma
bronkial bekerja di tempat yang bising melewati
ambang batas pendengaran, berdebu, terdapat bau
yang tajam serta adanya pembuangan CO2

Kriteria objektif :
a. Ya, jika penderita menunjukkan reaksi
hiperrsensitivitas, berupa batuk, sesak napas berat
“mengik”.setelah terpajan alergen di lingkungan
kerja
b. Tidak, jika penderita tidak menunjukkan reaksi
hipersensitivitas berupa batuk, sesak napas berat “mengik”.
setelah terpajan alergen di lingkungan kerja.
PENGUMPULAN DATA DAN
ANALISA DATA
Data primer
• Data primer diperoleh dengan wawancara langsung
kepada pasien dan menggunakan kuesioner

Data sekunder
• Data sekunder diperoleh melalui data rekam medik
RSU Lasinrang Kabupaten Pinrang
Analisa Data
1. Seleksi
Seleksi merupakan pemilihan untuk
mengidentifikasi data menurut kategori.

2. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan
yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian,
kesalahan pengisian dan kontensi dari setiap jawaban

3. Koding
Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi
kode pada jawaban dari responden tersebut..
4. Tabulasi data
Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding
dilanjutkan dengan mengelompokkan data ke dalam
suatu tabel menurut sifat – sifat yang dimiliki sesuai
dengan tujuan penelitian
5. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual
selanjutnya data diolah dengan bantuan komputerisasi
menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan
untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan
penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi
beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan
uji chi-square (X2) dengan kemaknaan 0,05
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai