Anda di halaman 1dari 10

HUKUM BISNIS DAN

PERBANKAN
HUBUNGAN BANK DAN
NASABAH
4 ASAS HUBUNGAN BANK DAN NASABAH
Dalam pelaksanaan kemitraan antara bank dan nasabah untuk terciptanya sistem perbankan yang sehat, maka kegiatan perbankan
dilandasi dengan beberapa asas hukum, yaitu:
1. Asas demokrasi ekonomi
Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 setelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan. Bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini berarti fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Asas kepercayaan (fiduciary principle)
suatu asas yang menyatakan bahwa usaha Bank dilandasi oleh hubungan ke.percayaan antara Bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya
dengan tetapp mempertahankan kepercayaannya.
3. Asas kerahasiaan (Confidential Principle)
Asas yang mengharuskan atau mewajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah
bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
4. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)
Suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan bahwa perbankan Indoneia dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan asas
kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat (Lukman Santoso, 2011:
36-38).
 HUBUNGAN BANK DENGAN DEPOSAN
Pada saat hubungan antara bank dengan penyimpan dana, intinya bank
sebagai pihak yang berhutang (debitur) dan nasabah berstatus sebagai pihak yang
berpiutang (kreditur), sehingga bank mengeluarkan surat “pengakuan hutang”, yang
berbentuk sertifikat deposito ataupun buku tabungan
 HUBUNGAN BANK DENGAN DEBITUR
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya
dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil.
 HUBUNGAN BANK DENGAN WALKING COSTUMER
Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank (Walk in
Customer) misalnya transaksi antara importir sebagai pembeli dengan eksportir di luar
negeri dengan menggunakan fasilitas letter of credit.
 Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan Bahasa inggris yaitu standard contract. Standar kontrak
merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah
ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah.
 Mariam darus badrulzaman mengemukakan bahwa standard contract merupakan perjanjian yang telah
dibakukan, dengan ciri ciri yaitu :
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya kuat.
2. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama sama menentukan isi perjanjian.
3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu.
4. Bentuk tertentu (tertulis)
5. Dipersiapkan secara massal dan kolegtif.
Terdapat 3 kontrak baku yaitu :
1. Diatur oleh kreditur atau ekonomi kuat.
2. Dalam bentuk formulir.
3. Adanya klausula-klausula eksonerasi/pengecualian.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERBANKAN

 Perlindungan hukum yang diberikan oleh bank atas


penggunaan jasa layanan perbankan jika dilihat berdasarkan
UU 10/1998 terdiri atas:
 Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian nasabah, yang dimaksudkan agar akses untuk
memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank
menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya
transparansi dalam dunia Perbankan.
 Rahasia bank, yang dimaksudkan agar kepecayaan masyarakat
lahir apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank
tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak akan
disalahgunakan.
 Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan dan mewajibkan
setiap bank menjamin dana masyarakat yang disimpan dalam
bank bersangkutan.
 Selain itu, usaha pemerintah untuk melindungi
nasabah/konsumen secara umum juga dapat ditemukan dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004. Undang-undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak
diundangkan sehingga pendirian dan operasional LPS dimulai pada 22 September 2005.

 Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

 Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

 Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.

 Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

 Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.

 Melaksanakan penjaminan simpanan.

 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.

 Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak sistemik, melaksanakan
penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik..
 Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

 Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

 Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.

 Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

 Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank
sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.
 Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka 4.

 Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.

 Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,
guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.
 Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.

 Menjatuhkan sanksi administratif.

Anda mungkin juga menyukai