Anda di halaman 1dari 19

Assalamu’alaikum Wr.

Wb
Kelompok 5

Toni Vivi Syahrul

Indri Mirna Hehe


Definisi….
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan
kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara
imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya non imunogenik.
Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan
yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya.

Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas


tersebut disebut alergen.
Respon imun yang muncul dalam
reaksi alergi melalui dua tahap, yaitu
tahap sensitisasi alergen dan tahap
elisitasi.

MEKANISME ALERGI

Melibatkan Imonuglobulin E (IgE) yang


membentuk respon imun tubuh.
Etiologi Alergi
A. Faktor Internal

1. Imaturitas usus secara fungsional


maupun fungsi imunologis
2. Genetik
3. Imaturitas mukosa dinding
saluran cerna

B. Faktor Eksternal

1. Faktor Pencetus : faktor fisik


(dingin, panas, hujan), faktor psikis
(sedih, stress) atau beban latihan
(lari, olah raga) dan makanan.

2. Faktor Resiko: Riwayat keluarga,


Alergi makanan masa lalu, Alergi
lain, usia, asma
Patofisiologi Alergi Pada paparan kedua

antigen akan
Alergen memicu aktifnya sel T
mengenali alergen

sel mast kemudian


melepaskan histamin merangsang sel B
melekatnya antibody
dan beredar dalam untuk mengaktifkan
(Ig E) pada sel mast
darah (menyebabkan antibodi (Ig E)
gatal)
KLASIFIKASI ALERGI
1. Hipersensitifitas tipe I
 Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung
atau anafilaktik.
 Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan
bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal.
 Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen,
namun terkadang juga dapat mengalami keterlambatan awal hingga
10-12 jam.
 Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).
Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah mastosit atau basofil.
2. Hipersensitifitas tipe II merupakan hipersensitifitas yang
disebabkan oleh antibodi (IgG) dan (IgE) untuk melawan
antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.

Beberapa tipe dari hipersensitivitas tipe II adalah:


a. Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di
antara sel epidermal),
b. Anemia hemolitik autoimun
c. Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran
permukaan glomerulus sehingga menyebabkan kerusakan
ginjal).
3. Hipersensitifitas tipe III merupakan hipersensitivitas
kompleks imun, ditandai dengan timbulnya inflamasi
atau peradangan.

4. Hipersensitifitas tipe IV diperantarai oleh sel atau


tipe lambat (delayed-type). Reaksi ini terjadi karena
aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi: apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan terdapat gejala
adanya urtikaria,angioderma,pruritus dan pembengkakan pada bibir
2. Palpasi: ada nyeri tekan pada kemerahan
3. Perkusi: mengetahui apakah diperut terdapat udara atau cairan
4. Auskultasi: mendengarkan suara napas, bunyi jantung, bunyi usus
(karena pada oarng yang menderita alergi bunyi usunya cencerung
lebih meningkat)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji kulit
2. Darah tepi
3. IgE total dan spesifik
4. Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
5. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
6. Biopsi usus
7. Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi
usus.
8. Double blind food challenge untuk diagnosa pasti.
DIAGNOSTIK
1. Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau
mual muntah, misalnya : stenosis pilorik,
Hirschsprung, defisiensi enzim, galaktosemia,
keganasan dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic
disease dan sebagainya.
2. Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif
3. Reaksi psikologi
TERAPI
1. Menghindari allergen
2.Terapi farmakologis
- Adrenergik
- Antihistamin

- Kromolin Sodium
- Kortikosteroid
- Imunoterapi
- Profilaksis

Anda mungkin juga menyukai