dr.Meylani Untario
Fungsi:
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme
atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
(debris sel) untuk perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
2. Stres
Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon seperti neuro-endokrin,
glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa berdampak buruk pada produksi antibodi.
3. Usia
Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak system imun belum matang
di usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasa dan akan menurun kembali saat
usia lanjut.
4. Hormon
Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah
memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai
adanya beberapa hormone yang muncul.Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang
mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat).
5. Olahraga berlebihan
membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh. Pembakaran yang berlebihan menghasilkan radikal bebas
yang menyerang sel sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.
6. Tidur
kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan sitokin. Sitokin dikenal
sebagai sinyal molekul imunologi. Perubahan dalam jaringan sitokin
menyebabkan imunitas seluler menurun, sehingga sistem kekebalan tubuh
pun melemah.
7. Suhu
membantu mengurangi infeksi dari mikroba, karena ada beberapa mikroba
yang tidak menginfeksi manusia karena tidak dapat hidup baik pada suhu
37°C.
8. Faktor nutrisi
berpengaruh dalam perbaikan sel-sel rusak dan pertumbuhan sel. Tingginya
kadar kolesterol dapat memperlambat proses sel pembunuh alami atau
makrofag dalam menghancurkan bakteri yang menular.
9. Penyalahgunaan Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang berlebihan/tidak teratur menyebabkan resisten
bakteri. Penyalahgunaan antibiotik juga menyebabkan matinya flora normal,
padahal flora normal dapat memproduksi berbagai bahan antimicrobial seperti
bakteriosin dan asam, sehingga dapat mencegah masuknya bakteri yang dapat
menjadi allergen.
Organ sistem imun berada di seluruh bagian tubuh organ limfoid
Plak Payeri
adalah kumpulan limfoid besar yg ditemukan dlm mukosa usus halus.
NODUS LIMFE
berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang pembuluh
limfe.
Tdpt pd lipatan aksila, lipatan paha, leher, di abdomen (mesenterium) & thoraks.
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus.
Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus.
Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag.
Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa.
Nodus mempnyai sisi konveks (tmpt masuk cairan limfe/pemb limfe aferen) & sisi
konkaf (hilum). Hilum mrpkn tmpt aliran arteri masuk, tmpt aliran vena keluar & tmpt
keluarnya cairan limfe/pemb limfe eferen.
• Jaringan ikat kapsul mengelilingi setiap nodus, membentuk trabekula yg
masuk ke bagian dalam.
• Setiap nodus mengandung : korteks luar, korteks dalam & medula.
• Korteks :
Korteks luar : pd. permukaan korteks luar tdpt sinus subkapsularis yg
dibentuk o. sel retikular, serat retikular, makrophag. Sinus
subkapsularis berhub dengan sinus medularis melalui sinus intermedia.
Pd korteks luar banyak tdpt sel limfosit B, & nodulus limfatikus.
Korteks dalam (parakortikal) : Tdpt nodulus & mengandung limfosit T.
• Medula : t.a. korda medularis (yaitu su cab. perluasan dari korteks), dan
korda medularis ini dipisahkan o/ sinus medularis. Sinus ini mengandung
limfosit B & sel plasma, cairan limfe, & tersusun atas sel retikular, serat
retikular & makrophag.
SIRKULASI
Aliran cairan limfe dibawa o. pemb. limfe aferen, masuk melalui sisi konveks
nodus limfatikus sinus subkapsular nodus pd korteks luar nodus pd
korteks dlm (parakortikal) sinus medula dikumpulkan o. pemb limfe eferen
hilus
LIMPA
PULPA MERAH
• T.a. jaringan retikular membtk korda limpa (korda Billroth). Selain
sel & serat retikular jg tdpt makrophag, limfosit, sel plasma & sel2
darah (eritrosit, trombosit, granulosit).
• Sinusoid yg berjalan memanjang tersusun o. sel endotel &
diselubungi jar. ikat retikular.
SISTEM IMUN
• Pertahanan lapis pertama:
Pertahanan fisik (physical barrier)
• Ada 2 sistem kekebalan tubuh:
1. Sistem kekebalan
nonspesifik (didapat)
(innate immune system)
2. Sistem kekebalan spesifik
(dipelajari/adaptif)
(learned/adaptive
immune system)
Respon Imun non spesifik disebut juga komponen nonadaptif
atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang
tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai
macam antigen.
Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai
macam elemen non spesifik, bukan pertahanan khusus untuk antigen
tertentu.
2. Membran Mukosa
Saluran pernafasan yang menyekresi lendir akan memerangkap bakteri. Sebagian
lendir yang mengandung bakteri dan masuk ke saluran pernafasan, secara refleks akan
dikeluarkan oleh tubuh melalui bersin dan batuk
3. Sekresi Alami
Sekresi alami dari tubuh banyak mengandung bakterisida. Liur dan air mata
mengandung lisozim. Asam di lambung dapat membunuh bakteri yang masuk lewat
makanan. ASI (Air Susu Ibu) mengandung laktoperoksidase.
5. Flora normal
Lisozim pada air mata
Sitokin
Sitokinin adalah molekul protein yang dihasilkan oleh sel T dan
berfungsi sebagai pembawa pesan antarsel yang membentuk
sistem kekebalan. Sitokinin juga bekerja sama dengan sistem
saraf pusat dan sistem jaringan lain dalam tubuh. Suatu sel
dapat merespon pesan dari sitokin jika memiliki reseptor yang
sesuai
Jika pertahanan lapis pertama dan kedua tidak dapat membendung serangan bakteri
atau mikroba patogen, maka kehadiran patogen tersebut akan memacu pertahan lapis
ketiga untuk aktif. Pertahanan itu melibatkan respon spesifik oleh sistem imun
terhadap infeksi khusus sehingga memperoleh kekebalan (imunitas) biasanya dapat
bertahan lama, bahkan seumur hidup.
Mencakup:
(1) kekebalan humoral produksi antibodi oleh limfosit B
(sel plasma)
(2) kekebalan selular produksi limfosit T yg teraktivasi
Harus dapat membedakan sel asing yg harus dirusak dari
sel-diri antigen (molekul besar, kompleks, & unik yg
memicu respons imun spesifik jika masuk ke dalam tubuh)
Sistem Kekebalan Humoral
• Antigen (Ag) merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yg
memproduksi antibodi (Ab).
• Ab disekresi ke darah atau limf lokasi sel plasma yg teraktivasi; semua Ab
akan mencapai darah gamma globulin = imunoglobulin (Ig)
Setelah menemukan antigen yang cocok, sel T bereplikasi dengan cepat dan
membentuk memori melalui Major histocompatibility complex (MHC): kode
human leucocyte-associated antigen (HLA) yg terikat pd permukaan sel
antigen.
Sel T bekerja sama dalam sistem imun. Imunitas yang melibatkan sel T dan
fagosit disebut imunitas tingkat sel. Sel T tidak membentuk antibodi.
Imunitas aktif diperoleh dengan dua cara, yaitu secara alami dan buatan.
– Imunitas Aktif Alami
Jika seseorang terpapar satu penyakit dan sistem imun
memproduksi antibiodi serta limfosit khusus. Imunitas dapat
bersifat seumur hidup atau sementara.
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan
melalui mulut seperti vaksin polio.
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada
juga yang hanya dianjurkan.
Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana yang diwajibkan oleh WHO yaitu BCG,
DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.
Imunisasi BCG
imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis
(TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular yang dilakukan sekali pada bayi sekali
pada bayi usia 0-11 bulan
Imunisasi DPT
imunisasi dengan memberikan vaksin mengandung racun kuman yang telah dihilangkan
racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti(toxoid) untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri,pertusis,dan tetanus,yang diberikan 3 kali pada bayi
usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
Imunisasi polio
Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis
yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki, yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu
Imunisasi campak
imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak karena penyakit ini sangat menular, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan
Imunisasi hepatitis B
imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B
yaitu penyakit yang dapat merusak hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu.