Anda di halaman 1dari 86

FARMAKOLOGI

Kasus Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Program Studi: D–IV Kebidanan


Semester: VII
Universitas Ubudiyah Indonesia (UUI)

Oleh: DIDI NURHADI ILLIAN, M.Si., Apt.

1 03/12/2018
Garis-garis Besar Program Pengajaran
 Deskripsi Singkat: Mata kuliah ini mempelajari tentang obat-
obatan yang digunakan dalam kasus kegawat daruratan kebidanan
maternal dan neonatal
 Tujuan Instruksional Umum: Tujuan mata kuliah ini bertujuan
untuk menjadikan mahasiswa mengerti tentang obat-obatan yang
diberikan kepada ibu dan anak dalam kasus kegawatdaruratan
kebidanan.

2
…lanjutan (GBPP)
Tujuan Instruksional
No. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
Khusus
1. Konsep Dasar
Farmakologi
2. Mekanisme Kerja/Aksi
Peserta didik mampu Konsep Dasar
1–3 Obat
memahami farmakologi Farmakologi
3. Interaksi Obat
4. Dosis Obat
5. Penggunaan Obat

Peserta didik mampu


Penggunaan obat dalam
memahami
4–5 kasus kegawatdaruratan
kegawatdaruratan
maternal pada kehamilan
maternal dan neonatal

Peserta didik mampu


Penggunaan obat dalam
memahami
6–7 kasus kegawatdaruratan
kegawatdaruratan
maternal pada persalinan
maternal pada persalinan

8 UTS
3
Pustaka Acuan Pokok
 Goodman and Gilman. The Pharmacological Basis of
Therapeutics.
 Katzung, BG. Basic and Clinical Pharmacology.
 Lullmann, H., et al. Color Atlas of Pharmacology.
 Ganiswarna. et al. Farmakologi dan Terapi Universitas
Indonesia.

4
Definisi Farmakologi
 Ilmu tentang obat (pharmacon dan logos).
 Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme
hidup.
 Studi terintegrasi tentang sifat-sifat zat kimia dan organisme
hidup serta segala aspek interaksinya.
 Ilmu yang mempelajari tentang obat khususnya yang
berkaitan dengan pengaruh sifat fisika-kimiawinya terhadap
tubuh, respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, nasib
yang dialami obat dalam tubuh dan kegunaan obat bagi
kesembuhan.

5
…lanjutan (Definisi)
• Semula merupakan bagian dari ilmu fisiologi
kedokteran

• Cabang ilmu kedokteran yang mandiri (tahun 1907)

• Mendukung pelayanan kefarmasian

• Farmakologi untuk farmasis


[Text]

6
Definisi Obat
Setiap zat kimia (alami maupun sintetik) selain makanan yang
mempunyai pengaruh terhadap atau dapat menimbulkan
efek pada organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis,
maupun biokimiawi

Tujuan Pengobatan:
 Penetapan diagnosa, pencegahan (preventif), dan
penyembuhan (kuratif), simptomatik
 Pemulihan kembali (rehabilitatif) dan peningkatan kesehatan
(promotif)
 Kontrasepsi
7
Obat Ideal
 Efektif
 Aman
 Selektif
 Mudah dalam pemberian
 Bebas dari interaksi obat
 Biaya murah
 Stabil secara kimia
 Memiliki nama generik yang simpel

8
Sumber-sumber Obat

 Tumbuhan?  Sintesis kimiawi?


Kuinin, digitalis, digoksin Aspirin, parasetamol
 Hewan?  Bioteknologi?
Insulin Interferon, hormon, growth
 Mineral? factors
Kaolin, karbon
 Mikroorganisme?
Penisilin, eritromisin

9
Reaksi Obat yang Tidak Diharapkan
(Adverse Drug Reaction)
 Efek Samping
Efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek yang
diharapkan.
 Adverse Reaction
Efek yang lebih berat dari efek samping.
- efek toksik/toksisitas: biasanya terjadi akibat
overdosis akumulasi obat  teridentifikasi dari kadar
obat dalam darah (kadar obat > rentang terapeutik
- idiosinkrasi: respons yang tidak diharapkan dan
abnormal pada sebagian kecil populasi, seringnya
berkaitan dengan kelainan genetik

10
Penggolongan Obat
 Obat Farmakodinamis
Obat farmakodinamis, bekerja terhadap host dengan jalan mempercepat
atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh,
misalnya hormon, diuretika, hipnotika, obat otonom
 Obat Kemoterapeutis
Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan mikroorganisme
patogen di dalam tubuh host. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan
farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh: antibiotik,
antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
 Obat Diagnostik
Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit), misalnya BaSO4 (barium sulfat) digunakan
untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan, natrium propanoat dan
asam iod organik untuk saluran empedu.
11
…lanjutan (Penggolongan)
Menurut Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000

Penandaan

1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
Obat wajib apotek
4.
5. Obat narkotika K
6. Obat psikotropika
…lanjutan (PMK No. 949 tahun 2000)

Obat yang dapat dijual Minyak kayu putih, OBH,


Obat Bebas bebas kepada umum tanpa OBP, Paracetamol, Vit. C,
resep dokter. Vit. B Kompleks.

Obat Bebas Obat bebas yang pada Antihistamin, klorokuin,


Terbatas (W: penjualannya disertai tanda kalii kloras,
Waarschuwing) peringatan. suppositoria.

Obat berbahaya jika Adrenalin, antibiotika,


Obat Keras
(G: Gevaarlijk)
pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter.
antihistamin.
K
Obat keras yang dapat Linestrenol, antasid,
OWA diserahkan oleh apoteker
tanpa resep dokter.
basitrasin krim,
ranitidin. K
13
…lanjutan (PMK No. 949 tahun 2000)
Zat atau obat yang berasal dari Tanm. Papaver
tanaman atau bukan, sintetis somniferum, kokain,
atau semisintetis yang dapat ganja, heroin, morfin,
menyebabkan penurunan atau opium, kodein.
Narkotika perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri.

Zat atau obat baik alamiah Lisergida, psilosibina,


maupun sintetis bukan narkotika amfetamin, diazepam,
yang berkhasiat psikoaktif fenobarbital,
melalui pengaruh selektif pada
Psikotropika SSP yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas
klordiazepoksida.
K
mental dan perilaku.

14
Tugas
 Carilah/pelajaritentang Obat Wajib Apotek (OWA)!
 Pelajari cara pengambilan/penghitungan dosis yang benar!

15
Ruang Lingkup Ilmu Farmakologi
 Farmakologi Klinik = Studi tentang obat dan pengaruhnya
terhadap manusia.
 Farmakognosi = Pengetahuan dan pengenalan obat yang
berasal dari tanaman (mineral dan hewan) dan zat aktifnya.
 Biofarmasetik = Meneliti pengaruh formulasi obat terhadap
efek terapetiknya.
 Farmakokinetik = Mempelajari proses biologis yang dialami
oleh obat/nasib obat pada manusia sehat/pasien (MH/organisme
mempengaruhi obat), nasib obat dalam tubuh: A-D-M-E.
 Farmakodinamik = Mempelajari efek yang terjadi pada
manusia/respon yang terjadi terhadap pemberian obat (obat
mempengaruhi organisme).
16
…lanjutan (Ruang Lingkup)
 Toksikologi = Pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap tubuh (termasuk farmakodinamik karena efek terapetik
berhubungan dengan efek toksik).
 Farmakoterapi = Mempelajari penggunaan obat untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit/gejalanya.
 Farmakologi molekuler
 Farmakoepidemiologi
 Farmakogenetik
 Farmakogenomik
 Farmakoekonomi

17
Sub-Pokok Bahasan:

1. Dasar-dasar Umum Farmakologi


2. Aspek Biofarmasetik
3. Aspek Farmakokinetik
4. Aspek Farmakodinamik
Oleh: DIDI NURHADI ILLIAN, M.Si., Apt.

18
1. Dasar-dasar Umum Farmakologi
Fase-fase Obat dalam Tubuh
Fase-fase (proses) yang dialami oleh obat sebelum
mencapai reseptor (site of action) dalam tubuh:
 Fase biofarmasetik
 Fase farmakokinetik
 Fase farmakodinamik

19
Skema Fase Obat dalam Tubuh

20
Absorpsi

Desintegrasi

Disolusi

Absorpsi
Distribusi
Metabolisme

22
2. Aspek Biofarmasetik

23
Definisi Biofarmasetik
“ Biofarmasetik adalah cabang ilmu farmasi yang mempelajari
hubungan antara sifat-sifat fisiko kimia dari bahan baku obat
dan bentuk sediaan dengan efek terapi sesudah pemberian
obat tersebut kepada pasien.” -Riegelman, John Wagner dan
Geihard (pelopor Biofarmasi). Journal of Pharmaceutical Sciences
(1961): artikel review.

 Ilmu yang bertujuan mempelajari pengaruh-pengaruh pembuatan


sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat.
 Kesadaran para ahli (1960) bahwa efek obat tidak hanya
tergantung pada faktor farmakologi, melainkan juga pada bentuk
pemberian dan terutama pada faktor formulasinya.
24
…(sambungan) Aspek Biofarmasetik

25
…(sambungan) Aspek Biofarmasetik

Perkembangan ilmu biofarmasi → melihat bentuk sediaan sebagai


suatu “drug delivery system” yang menyangkut pelepasan
obat berkhasiat dari sediaannya → absorpsi dari obat
berkhasiat yang sudah dilepaskan → distribusi obat yang sudah
diabsorpsi oleh cairan tubuh → metabolisme obat dalam
tubuh → eliminasi obat dari tubuh.

26
Istilah terkait Aspek Biofarmasetik
a) Ketersediaan farmasi (Farmaceutical Availability)
 Adalah ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk
melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses
resorpsi. Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai
bentuk sediaan dengan urutan sebagai berikut:
 Larutan – suspensi – emulsi – serbuk – kapsul – tablet – enteric
coated – long acting.

b) Ketersediaan hayati (Biological Availability)


 Adalah persentase obat yang diabsorpsi tubuh dari suatu dosis
yang diberikan dan tersedia (di dalam tubuh) untuk melakukan
efek terapeutiknya.
…(sambungan) Istilah Biofarmasetik

c) Kesetaraan terapeutik (Therapeutical Equivalent)


 Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat yang meliputi
kecepatan melarut dan jumlah kadar zat berkhasiat yang harus dicapai
di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat terjadi pada pabrik yang
berbeda atau pada batch yang berbeda dari produksi suatu pabrik.

d) Bioassay dan standardisasi


 Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan
binatang percobaan seperti kelinci, tikus, mencit, kodok
 Standarisasi ialah kekuatan obat yang dinyatakan dalam Satuan
Internasional atau IU (International Unit) yang bersamaan dengan
standart-standart internasional biologi dikeluarkan oleh WHO.
Ukuran-ukuran standart ini disimpan di London dan Copenhagen.
Cara-cara Pemberian Obat
Di samping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat-
lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung
dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek
lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat fisika–kimia obat.
Oral,
Oromukosal,
Transdermal
Sistemik
Injeksi
(Parenteral),
Cara Pemberian Implantasi, Rektal
Obat terkait Efek
yang Diinginkan Perkutan (Kulit),
Intra Nasal, Intra
Vaginal
Lokal
Mukosa Mata dan
29 Telinga, Inhalasi
a.) Efek Sistemik
(1) Oral
 Pemberiannya melalui mulut.
 Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis.
 Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang
(emetin, aminofillin) atau yang diuraikan oleh asam lambung
(benzil penisilin, insulin dan oksitosin).
 Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat
kerjanya.
 Digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus misalnya untuk
obat kecacingan dan obat diagnostik untuk pemotretan lambung–
usus.
 Pemberian antibiotik untuk sterilisasi lambung–usus pada infeksi
atau sebelum operasi.
30
…lanjutan (Efek Sistemik)
(2) Oromukosal
Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada 2 macam cara yaitu:
Sub Lingual
 Obat ditaruh di bawah lidah
 Terjadi resorpsi oleh selaput lendir ke vena-vena lidah yang sangat banyak.
 Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati (tidak di-inaktif-kan).
 Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat.
 Efektif untuk serangan jantung, asma.
 Kurang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang selaput
lendir mulut.
 Bentuk tablet kecil, contoh: tablet isosorbid.
Bukal
 Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.
…lanjutan (Efek Sistemik)
(3) Injeksi
 Adalah pemberian obat secara parenteral, yaitu di bawah atau
menembus kulit/selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan
untuk:
 Memberikan efek obat dengan cepat.
 Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh asam
lambung.
 Diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak kooperatif.
 Keberatan pada pasien yang disuntik (sakit) dan mahal, sulit
digunakan.
 Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.

32
…lanjutan (Injeksi)
Jenis Injeksi
Subkutan/hipodermal (s.c).
 Penyuntikan di bawah kulit, hanya untuk obat yang tidak merangsang dan
larut baik dalam air atau minyak, efeknya agak lambat dibanding cara i.m atau
iv, mudah digunakan sendiri contohnya suntikan Insulin.
Intra muscular (i.m).
 Penyuntikan dilakukan dalam otot , resorpsi obat berlangsung 10 -30 menit
untuk memperpanjang kerja obat sering dipakai larutan atau suspensi dalam
minyak. Tempat injeksi otot pantat atau lengan atas.
Intra vena (i.v).
 Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah, efeknya paling cepat (18
detik) karena benda asing langsung dimasukkan kedalam aliran darah,
sehingga mengakibatkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah
secara mendadak (shock). Infus intravena dengan obat sering dilakukan dalam
rumah sakit pada keadaan darurat, atau dengan obat yang cepat
metabolismenya dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma tetap tinggi.
Bahaya trombosis terjadi bila infus dilakukan terlalu sering pada satu tempat.
…(sambungan) Jenis Injeksi
Intra arteri (i.a).
 Penyuntikan ke dalam pembuluh nadi, dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada penderita
kanker hati.
Intra cutan (i.c)
 Penyuntikan dilakukan di dalam kulit , absorpsi sangat perlahan misalnya tuberculin test dari Mantoux.
Intra lumbal
 Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang) misalnya anestetika
umum.
Intra peritonial.
 Penyuntikan ke dalam ruang selaput (rongga) perut.
Intra cardial
 Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural
 Penyuntikan ke dalam rongga pleura.
Intra articuler
 Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi.

34
…lanjutan (Efek Sistemik)
(4) Implantasi
 Obat dalam bentuk Pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus
(trocar). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama , misalnya obat-obat hormon
kelamin (estradiol dan testosteron).Akibat resorpsi yang lambat satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3–5 bulan.

(5) Rektal
 Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih
cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik sekali digunakan untuk obat
yang mudah dirusak oleh asam lambung. Contoh :
 Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal mis wasir
 Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek lokal.

(6) Transdermal
 Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara
perlahan dan kontinyu masuk kedalam sistim peredaran darah, langsung ke jantung.
 Umumnya untuk gangguan jantung misalnya Angina pectoris, tiap dosis dapat
bertahan 24 jam contohnya Nitrodisk dan Nitroderm TTS (Therapeutik Transdermal
System), dan preparat hormon.
b.) Efek Lokal (pemakaian setempat)
(1) Kulit (Perkutan)
 Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, krim dan
lotio.
(2) Inhalasi
 Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi
pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan. Contoh: bentuk sediaan gas, zat padat atau
aerosol.
(3) Mukosa Mata dan Telinga
 Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep,
obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek.
(4) Intra Vaginal
 Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina , biasanya berupa obat antifungi dan
pencegah kehamilan. Dapat berbentuk ovula, salep, krim dan cairan bilas.
(5) Intra Nasal
 Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung
yang membengkak, contohnya Otrivin.
36
Farmakodinamik
Organisme
Obat Hidup
Farmakokinetik

Farmakokinetik Farmakodinamik

-Perlakuan organisme hidup - Perlakuan obat terhadap organisme


terhadap obat hidup

-Studi tentang absorpsi, - Studi tentang tempat dan


distribusi, metabolisme dan mekanisme kerja serta efek fisiologi
ekskresi → ADME dan biokimia obat pada organisme
hidup
37
38
3. Aspek Farmakokinetik
Definisi Farmakokinetik
 Yunani : Pharmakon (obat/racun) dan “kinesis” (pergerakan).
 Merupakan perjalanan obat pada tubuh untuk mencapai tempat
aksi, metabolisme, dan ekskresi obat.
 Secara sederhana: “pengaruh tubuh terhadap obat“.
 Atau: “apa yang terjadi pada OBAT setelah memasuki TUBUH”.

 FARMAKOKINETIK meliputi:
 Absorpsi,
 Distribusi,
 Metabolisme (biotransformasi),
 Ekskresi.
TEMPAT KERJA DEPOT JARINGAN
(RESEPTOR)
Terikat Bebas Terikat
Bebas

SIRKULASI
SISTEMIK

ABSORPSI EKSKRESI
Obat Bebas

Obat terikat Metabolit

METABOLISME/
BIOTRANSFORMASI
Manfaat Mempelajari Farmakokinetik
 Untuk memilih route pemberian obat yang paling tepat.
 Dengan cara identifikasi farmakokinetika dapat dihitung
aturan dosis yang tepat untuk setiap individu (dosage regimen
individualization).
 Data farmakokiketika suatu obat diperlukan dalam
penyusunan aturan dosis yang rasional.
 Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat,
baik antara obat dengan obat maupun antara obat dengan
makanan atau minuman.
 Dapat membantu menemukan sebab-sebab terjadinya efek
toksik dari pemakaian suatu obat.
Istilah-istilah yang Perlu Dipahami
 Ketersediaan Biologik (Bioavailabilitas):
Besarnya bagian dari dosis obat yang mencapai sirkulasi sistemik yaitu
aliran darah (% dari dosis), >80% zat aktif suatu obat dibebaskan
secara sempurna dan diabsorpsi sempurna dan dalam perjalanan
pertama melalui usus halus dan hati tanpa mengalami eliminasi yang
berarti. Ketersediaan biologik rendah (<30%) menunjukkan bahwa zat
aktif kecil persentasenya yang sampai kedalam sirkulasi sistemik.
Penyebabnya: kelarutan obat dalam usus jelek, adanya penukaran zat
oleh bakteri usus, penetrasi pada mukosa usus jelek, metabolisme
dalam hati “first-pass-effect”. Bioavailabilitas mempengaruhi daya
terapetik, aktivitas klinik dan aktivitas toksik obat.
 Volume Distribusi (VD)
Adalah suatu besaran fiktif dan didefinisikan sebagai hasil bagi dari
jumlah obat dalam tubuh dan konsentrasinya dalam plasma.
…lanjutan (Istilah)
 Ikatan Protein/Plasma:
Substansi yang sukar larut dalam air, dapat ditransport ke dalam
darah hanya bila substansi tersebut berikatan dengan protein dalam
plasma darah (albumin, glikoprotein, glukoronide, haptoglobin,
feritin, globulin). Ikatan protein adalah reversibel, terdapat suatu
keseimbangan antara bagian obat yang bebas dan yang berikatan
dengan protein plasma. Akan tetapi, yang berefek secara farmakologi
adalah obat yang bebas, bukan yang berikatan dengan protein
plasma.
 Waktu Paruh Plasma:
Adalah dimana jumlah zat aktif suatu obat berkurang sampai dengan
setengahnya. Diukur kadar di dalam plasma (waktu paruh plasma),
sebagai dasar untuk pembuatan skema pemberian obat.
A. Absorpsi
 Merupakan proses sejak obat masuk ke tubuh
sampai obat masuk ke sirkulasi darah.
 Onset aksi (awal mula kerja) obat tergantung pada
kecepatan absorpsi.
 Intensitas kerja obat tergantung seberapa banyak
obat dapat masuk ke sirkulasi darah.
48
…lanjutan (Absorpsi)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Absorpsi:

A. Kecepatan kelarutan obat


B. Cara atau rute pemberian obat (berkaitan dengan
luasnya tempat absorpsi)
C. Banyaknya aliran darah yang mengalir ke tempat
pemberian obat
D. Fungsi gastrointestinal
E. Kelarutan obat dalam lemak
F. Adanya obat atau makanan lain yang menyertai →
interaksi
Rute Pemberian Obat dan Karakteristiknya
a. Enteral (via gastrointestinal = saluran cerna)
b. Parenteral (IV, IM, SC)
 Setiap cara pemberian obat berbeda kecepatan
absorpsinya.
 Hal ini berkaitan dengan barrier/membran penghalang
pada masing-masing rute yang berbeda.
 Terdapat keuntungan dan kerugian di dalam setiap rute
pemberian obat.
Intravena (IV)
 Barrier absorpsi: tidak ada.
 Pola absorpsi: semua dosis obat yang diberikan langsung
diabsorpsi.
 Keuntungan: absorpsi terkontrol,dapat menggunakan cairan
dalam jumlah yang banyak, meminimalkan injuri akibat obat-
obatan yang iritatif.
 Kerugian: mahal, sulit dilakukan, kurang nyaman, irreversibel
(harus diberikan sangat perlahan), dapat terjadi kelebihan
cairan, risiko infeksi (HARUS dijaga sterilitas), risiko emboli
(perhatikan sifat larutan, larutkan obat dengan benar).
Intramuskular (IM)/Subkutan (SC)
 Barrier absorpsi: dinding kapiler  barrier yang tidak terlalu
signifikan.
 Pola absorpsi: dapat diserap dengan lambat atau cepat.
Dipengaruhi oleh kelarutan obat dan banyaknya darah yang
mengalir ke tempat penyuntikan.
 Keuntungan: rute yang baik untuk obat yang kelarutannya
kurang, cocok untuk obat yang diberikan bertahap dalam
jeda waktu dan efek yang lama.
 Kerugian: kurang nyaman, dapat terjadi injuri jaringan lokal
(saraf, otot, subkutan).
Per Oral (PO)
 Barrier absorpsi: lapisan epitel gastrointestinal dan
dinding pembuluh darah/kapiler.
 Pola absorpsi dipengaruhi oleh faktor:
1) kelarutan dan stabilitas obat;
2) pH lambung dan usus;
3) waktu pengosongan lambung;
4) makanan yang ada di usus;
5) pemberian obat lain;
6) lapisan obat
…lanjutan (Per Oral)
 Keuntungan: mudah, nyaman dan tidak mahal, lebih dianjurkan
untuk swamedikasi (pengobatan sendiri), lebih aman
dibandingkan parenteral (tidak berisiko infeksi, emboli dan
kelebihan cairan), reversibel.
 Kerugian: variabilitas (tidak selalu cepat/lambat dan lengkap pada
setiap orang)  sulit untuk mengontrol konsentrasi, onset,
durasi dan intensitas respon tubuh terhadap obat; inaktivasi
beberapa jenis obat oleh HCl dan enzim pencernaan, pasien
harus dalam kondisi sadar dan kooperatif, dan mampu menelan,
dapat menimbulkan iritasi lokal (ada obat yang bersifat iritatif
pada saluran GI sehingga bisa menimbulkan mual, muntah dan
rasa tidak nyaman), adanya first-pass effect (metabolisme lintas
pertama).
B. Distribusi
 Distribusi merupakan perpindahan molekul obat
dalam tubuh melalui sirkulasi sistemik.
 Distribusi sangat tergantung pada 3 faktor utama,
yaitu:
 keadekuatan sirkulasi darah ke jaringan tertentu,
 kemampuan obat untuk keluar dari pembuluh darah,
 kemampuan obat untuk masuk ke dalam sel.
…lanjutan (Distribusi)
 Obat dapat berikatan dengan protein tubuh, terutama
albumin (protein terbanyak dalam plasma).
 Albumin merupakan molekul yang besar  tidak dapat
pindah ke luar pembuluh darah.
 Ikatan obat dan protein bersifat reversibel.
 Banyaknya molekul obat yang terikat protein tergantung
interaksi antara albumin dan obat (contoh: warfarin 99%
terikat dengan protein plasma; gentamisin 10% terikat
dengan protein plasma).
C. Metabolisme
 Merupakan perubahan enzimatik struktur obat
(biotransformasi)
 Tempat: hepar (liver/hati)
 Obat dimetabolisme di hepar pada sistem enzim
mikrosomal hepatik, yang dikenal dengan sistem P-450
(sitokrom P-450).
 Metabolisme membuat obat yang kelarutannya tinggi
dengan lemak  menjadi lebih polar (larut air) 
molekul obat banyak dalam pembuluh darah  mudah
masuk ke dalam renal  diekskresikan ke dalam urin.
…lanjutan (Metabolisme)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme:
1. Usia
2. Induksi metabolisme obat–enzim
3. First-pass effect (kecepatan hati me-nonaktif-kan obat oral
tertentu)
4. Status nutrisi
5. Kompetisi antar obat
…lanjutan (Metabolisme)
First-Pass Effect (First-Pass Metabolism, Metabolisme Lintas
Pertama):
 Obat yang digunakan secara oral akan melalui hati sebelum menuju ke
daerah lain dari tubuh.
 Mengapa? Karena adanya sistem pembuluh darah vena porta hepatica,
yang mengalirkan darah dari saluran pencernaan ke hati dan di dalam
hati obat akan mengalami metabolisme lalu dengan cepat
diekskresikan keluar tubuh.
 Hal ini akan secara dramatis mempengaruhi kadar obat dalam plasma,
maka obat-obat yang mengalami first-pass effect akan berkurang
bioavailabilitasnya, dan berkurang efeknya.
 Contoh: obat nitrogliserin, tidak bisa digunakan secara oral, karena
akan diinaktivasi hati sebelum mencapai sirkulasi darah, sehingga
diberikan secara sublingual atau transdermal.
D. Ekskresi
 Merupakan proses pengeluaran obat dari dalam
tubuh (eliminasi).
 Pengeluaran dalam bentuk: urin, empedu, keringat,
ASI, saliva, udara ekspirasi.
 Ekskresi dibagi ke dalam 2 rute:
 Renal
 Non-renal
…lanjutan (Ekskresi)
1) Ekskresi Rute Renal
 Rute yang paling utama
 Hasil akhir: urin

Faktor yang Mempengaruhi Ekskresi Renal:


 Ionisasi yang tergantung terhadap pH: biasa dilakukan untuk
mengeluarkan efek toksik obat dengan cara memanipulasi urin. pH
urin ditingkatkan/diturunkan untuk mengurangi reabsorpsi pasif.
 Kompetisi transport aktif tubulus: jika obat yang diberikan bersamaan
dan memiliki sistem transport yang sama  memperlambat ekskresi
obat (yang memang diharapkan memliki efek yang lama dalam darah).
Contoh: penicillin + probenecid.
 Usia: new born dan infant ginjalnya masih belum berkembang baik 
fungsi ekskresi belum optimal.
…lanjutan (Ekskresi)
2) Ekskresi Rute Non-renal
 ASI  untuk obat yang larut lemak dan non protein-binding.
 Empedu dapat diekresikan ke dalam feses atau ikut sirkulasi
enterohepatik.
 Saliva dan keringat  tidak memiliki efek terapeutik atau toksik
yang signifikan.
 Paru-paru anestesi volatil dikeluarkan melalui ekshalasi.
Waktu Paruh Obat
 Waktu paruh obat: waktu yang dibutuhkan untuk
menurunkan kadar obat dalam darah sebanyak 50%.
 Jika waktu paruh obat singkat → interval antara
waktu pemberian dosis obat singkat.
 Jika waktu paruh obat lama → interval antara waktu
pemberian obat lama.
Contoh:
Parameter Farmakokinetik Tetrasiklin
 Ketersediaan biologik = 75% → bervariasi pada
produksi empedu yang berbeda dan berkurang bila
bersama dengan makanan.
 Volume distribusi =1,5 L/kg.
 Ikatan protein plasma = 25–60% (tergantung dosis).
 Waktu paruh = 9 jam.
 Eliminasi = 60% dieliminasi ginjal dalam bentuk tak
diubah, sisanya dimetabolisme di dalam hati dan
sebagian dieliminasi billier (empedu).
4. Aspek Farmakodinamik
Definisi Farmakodinamik
 Ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat
terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat
terhadap reaksi biokimia dan struktur organ.
 Secara sederhana: “pengaruh obat terhadap tubuh”.
 Atau: “apa yang terjadi pada TUBUH setelah
dimasuki OBAT”.
Manfaat Mempelajari Farmakodinamik
 Sebenarnya dengan mudah dapat diketahui efek suatu obat,
misalnya parasetamol dapat menurunkan panas, barbiturat dapat
menidurkan, furosemida dapat memperbanyak pengeluaran urin
(diuretik), CTM dapat mengurangi gejala alergi.
 Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana obat itu bekerja
sehingga terjadi efek yang demikian?
 Untuk bisa menjawab itu maka perlu dipahami mekanisme kerja
obat pada sel, jaringan atau organ mana obat itu bekerja.
Mekanisme Obat–Reseptor
 Reseptor obat: istilah yang ditujukan kepada kandungan kimia
sel yang saling berinteraksi dengan obat untuk menghasilkan
efek farmakologi.
 Interaksi yang terjadi melibatkan bebagai ikatan kimia: ikatan
ionik, ikatan dua kutub, kovalen, hidrogen,Van der Waals.
 Obat dan reseptor dapat diibaratkan berinteraksi seperti
anak kunci dan gembok. Jika interaksi itu menghasilkan
respons, obat itu disebut agonis; tetapi jika interaksi
menghalangi tindakan agonis tersebut, maka disebut
antagonis.
71
Hubungan Konsentrasi/Dosis dan Respons Obat

 Dosis berbanding lurus dengan respon obat


 Respon berhenti pada konsentrasi tertentu
…lanjutan (Hubungan Respons Obat)
 HDR: ukuran respons farmakologi obat pada berbagai
dosis.
 Respons puncak lazimnya digunakan sebagai dasar
hubungan.

 Ada 2 jenis hubungan dosis–respons farmakologi:


 Graded Response (berperingkat)
 Quantal Response

 Perbedaan: graded respons berkaitan dengan gambaran efek


berbagai dosis obat pada invidual; sedangkan kuantal
berkaitan dengan efek berbagai dosis obat pada populasi.
…lanjutan (Hubungan Respons Obat)

 Graded Response: respons yang dapat diukur, misalnya obat yang


dapat menurunkan gula darah dapat diukur dalam mg/dL.
 Ada 2 parameter penting yang bisa disimpulkan dari KDR
graded: efikasi dan potensi.
 Potensi (EC50) obat: konsentrasi dimana obat menghasilkan 50% dari
respons maksimal
 Efikasi (Emax): respons maksimal yang dihasilkan oleh obat 
menyatakan dimana semua R telah diduduki oleh obat, oleh karena
itu penambahan obat tidak akan menghasilkan pertambahan respons.
Namun beberapa obat mampu menghasilkan respons maksimum
tanpa harus mengokupasi 100% R (sisa R yang tidak diokupasi
disebut: spare receptors).
…lanjutan (Hubungan Respons Obat)

 Quantal Response: hubungan dosis–respons kuantal adalah


plotting fraksi dari populasi yang memberi respons terhadap
dosis obat yang diberikan melawan dosis obat.
 Hubungan dosis–respons kuantal menjelaskan konsentrasi obat
yang memberikan efek dalam populasi.
 Respons yang nyata atau tidak nyata, misalnya konvulsi atau mati
akibat tindakan obat, bisa terjadi, bisa tidak, tidak dapat diukur
seperti respons berperingkat.
 Respons kuantal = ALL or NONE (ADA atau TIDAK
SAMA SEKALI).
Indeks Terapi
 Indeks Terapi (IT): rasio/perbandingan antara dosis letal (LD)
dengan dosis terapi (ED).
Indeks Terapi dan Obat Ideal
 Indeks Terapi = LD50/ED50
Menentukan tingkat keamanan
obat

 Obat Ideal = LD1/ED99


≥1
Terima Kasih

86

Anda mungkin juga menyukai