Anda di halaman 1dari 30

Definisi

TETANUS
Penyakit dengan tanda utama gangguan otot/spasme
tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan
oleh tetanospasmin yang dihasilkan oleh kuman
Clostridium Tetani
Etiologi

CLOSTRIDIUM TETANI
Bakteri gram (+)
Anaerob
Bentuk Batang
Bergerak dan menghasilkan spora
berbentuk oval menyerupai raket
tenis
Tahan bertahun-tahun pada
lingkungan tertentu dan tahan
terhadap sinar matahari
5
Epidemiologi

Tetanus terjadi secara sporadis menimpa individu


(Non imun, dengan imunitas parsial, imunitas
penuh yang kemudian gagal mempertahankan
imunitas secara adekuat)

Tetanus masih merupakan penyakit yang


membebani di seluruh dunia terutama negara
beriklim tropis dan negara sedang berkembang
Epidemiologi

Umumnya terjadi :
Daerah pertanian
Daerah pedesaan
Daerah iklim hangat
Selama musim panas
Penduduk pria
Epidemiologi

Pada negara tanpa program imunisasi, terutama


terjadi pada neonatus dan anak
Pada negara dengan program imunisasi baik,
lebih sering terjadi pada usia tua
Terjadi setelah trauma akut, laserasi, abrasi.
Trauma dapat terjadi di dalam/luar rumah, luka
besar ataupun kecil. Beberapa kasus tidak
terdapat luka.
komplikasi penyakit kronis seperti abses,
gangren, ulkus maupun luka bakar, infeksi
telinga tengah, aborsi dan persalinan
Patogenesis

Mechanism of
Action of Tetanus
Toxin
Patogenesis

Kontaminasi luka dengan spora C. Tetanus


Germinasi spora dan sel vegetatif bertumbuh
menghasilkan toksin (dalam keadaan anaerob)

Toksin :
1. Tetanolisin secara lokal merusak jaringan sekitar
infeksi
2. Tetanospasmin yang menyebabkan gejala klinis
Tetanus.
Patogenesis

Tetanospasmin

Peripheral Motor Neuron Terminal

Axon

Nerve cell body pada Brain Stem & Spinal Cord secara
retrograde intraneural transport

Toxin bergerak melewati synaps ke presynaps terminal


Cont Patogenesis

Menghambat pelepasan inhibitory glycin dan GABA

Menyebabkan rigiditas.

Diasumsikan waktu transport intraneural sama pada semua


serabut syaraf pendek, yaitu lebih dahulu terpengaruh
daripada serabut syaraf panjang.

Ini menjelaskan urutan keterlibatan syaraf di kepala, tubuh dan


ekstremisitas secara berturut pada tetanus generalisata
Manifestasi Klinis

1. TETANUS GENERALISATA

Bentuk yang paling sering terjadi


Karakteristik : Tonus otot meningkat, kejang umum
Median onset setelah trauma 7 hari
Tanda khas pertama
 Trismus (Lock Jaw) akibat peningkatan tonus M Masseter
diikuti dysphagia, kekakuan dan nyeri otot leher, bahu dan
punggung yang menyebabkan opistotonus.
 Kontraksi otot wajah menghasilkan ekspresi yang khas 
Risus Sardonicus.
 Kemudian terlibat otot abdomen
 Anggota gerak bawah, tangan dan kaki relatif jarang terlibat .
Risus Sardonicus

Opistotonus
Beberapa pasien berkembang menjadi berat  Kejang
yang berulang sehingga terjadi Laryngospasm, Apnu,
Sianose, dan gangguan ventilasi. Kejang dapat terjadi
spontan/dipresipitasi  suara, cahaya, sentuhan.

Kadang pasien demam (60%), kesadaran baik, refleks


tendon meningkat.

Keterlibatan syaraf autonom : aritmia, fluktuasi


TD yang ekstrim, diaporesis, hiper/hipotermia,
retensi urine. Kadang terjadi cardiac arrest.

Komplikasi : aspirasi pneumoni, fraktur, ruptur otot,


DVT, emboli paru, dekubitus, rabdomiolisis.
2. TETANUS NEONATORUM

Bentuk generalisata, FATAL


Terjadi pada bayi dari ibu yang imunisasinya tidak adekuat,
perawatan tali pusat tidak steril
Onset : 2 minggu pertama kehidupan
Khas : Rigiditas, sulit menelan, iritabilitas, kejang
3. TETANUS LOKAL

Jarang
Rigiditas otot sekitar luka
Kebanyakan berkembang menjadi generalisata

4. TETANUS SEFALIK

Jarang
Terjadi akibat trauma kepala atau OMP
Gejala : Trismus, tanda keterlibatan satu atau
lebih syaraf kranial
Diagnosis
Diagnosa Klinis :
Riwayat luka
Gejala tetanus
Kadang tidak ditemui port d’entre
Isolasi kuman dari luka bukan merupakan
diagnosa tanpa klinis yg khas.
Lab: Bisa leukositosis,CSF normal.enzim otot
meningkat.
EMG : impuls unit motorik kontinu tanpa atau
dengan pemendekan interval tenang.
Differential Diagnosa

1. Abses di rongga mulut.


2. Keracunan striknin.
3. Reaksi obat :
- Fenotiazin
- Metoklopramid.
4. Meningitis/Ensefalitis.
5. Rabies.
6. Hipokalsemik tetanus.
7. Kelainan intra adominal akut  rigid abdomen
Penatalaksaan
Target Penatalaksanaan pasien Tetanus :
 Suportif inisiasi terapi
 Membersihkan luka untuk mengeradikasi spora
 Menghentikan produksi toxin di daerah luka
 Menetralisir toxin yang belum terikat pada saraf tepi
 Mengontrol manifestasi klinis
 Penatalaksanaan komplikasi

Penatalaksanan umum

Ruangan : tenang,gelap  mengurangi rangsang kejang


Pemberian cairan yang cukup
Tidak dapat menelan pasang NGT.bila kejang terkontol
Luka dibersihkan dg hati hati,debridemen secara menyeluruh
Netralisasi toksin
- Pemberian HumanTetanus immunoglobulin(TIG) 
Terapeutik TIG 3000-6000 IU/IM dalam sekali pemberian,
sebagian dosis TIG dapat disuntikkan secara infiltratif di
sekeliling luka

- Rekomendasi WHO  TIG 500 IU/ IM atau IV sesegera


mungin, tergantung persediaan obat

- ATS (equine)  10.000 unit IM dosis tunggal ( ATS


terapeutik) di AS tidak dipakai lagi. Di tempat lain masih di
gunakan, sering menyebabkan reaksi hipersensitivitas.

- TT 0,5 cc di tempat yang terpisah dari suntikan TIG

21
Pemberian Antibiotik
Obat Pilihan :
Mertonidazol 500 mg/6 jam atau 1 g/12 jam.
Obat alternatif :
Penisilin G(HCl) 10-12 jt u/h./ infus  diberikan 10
hari. Tdk tersedia di Indonesia. Tdk boleh Procain
Penisilin (PP)
Alternatif antibiotik lain :
Klindamisin, Eritromisin,Tetrasiklin, Klorampenikol
Penatalaksanaan kejang dan rigiditas
Benzodiazepin:GABA agonis+sedative
 Diazepam  d/100-200 mg/hr oral /IV.
 Midazolam
 Lorazepam
Barbiturat,klorpromazin merupakan obat
pilihan ke dua.
Paralisis Terapi dan Ventilasi Mekanik
kejang tidak respons terhadap obat obatan

Paralisis terapi : Vekuronium,


cisatrakurium
merupakan pilihan krn efek kardiovaskular minimal

 Obat lain : propofol, dantrolen ( sarcoplasma


reticulum), baklofen (GABA agonis) intratekal ,
suksinil kolin,magnesium sulfas dapat dipakai.
Penatalaksanaan Pernafasan
Intubasi atau Trakeostomi bila :
 Laringospasme.
 Hipoventilasi krn oversedasi.
 Pengeluaran sekret yg banyak  mencegah aspirasi

Penatalaksanaan disfungsi otonomik


Manifestasi tersering takikardi & hipertensi :
 Terapi lini pertama : Morpin d/20-180 mg/h IV/IM 
menghambat efek simpatis thd vasokonstriksi dan
menginduksi vasodilatasi arteri perifer.
 B bloker short ating : esmolol berhasil baik.
 Hipotensi : Kepala direndahkan, pemberian obat inotropik.
 Brady arythmia  beri atropin.
26
Pencegahan

Imunisasi Aktif
Dewasa : 3 dosis
0, 4-8 mggu, 6-12 bln
I II III
Booster setiap 10 tahun, tidak perlu lebih 5x
Ibu hamil : vaksinasi minimal 2x pd kehamilan
(pd ibu yang belum pernah vaksinasi) Setelah itu :
setiap 5 tahun.
Pencegahan
Penatalaksanaan Luka
Luka bersih kecil:
tetanus toxoid >= 3x  tak perlu imunisasi,,
Toxoid < 3x  pasif (-) aktif (+)
Luka kotor besar:
Toxoid >= 3x  tak perlu imunisasi
Toxoid < 3x  pasif (+) aktif (+)

Imunisasi pasif proteksi : 4-6 mggu


Dosis : TIG : 250 unit High risk : 500 unit
ATS : 1500 unit
Anak/bayi
WHO : 5 dosis
 0 bulan
 3 bulan
 9 bulan
 4-7 thn
 12-17 thn

Dewasa : booster pada hamil I atau pelayanan


militer

Anda mungkin juga menyukai