Anda di halaman 1dari 19

Landasan Yuridis Penanganan

Kawasan Kumuh 2015


1
Sistematika Paparan
1. Pengertian Kawasan dalam Ketentuan Perundang-undangan
2. Kawasan Perdesaan menurut :
– UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
– UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa
3. Pembagian Urusan menurut UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda
4. Kota dan Kawasan Perkotaan menurut UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda
5. Kawasan dan Permukiman Kumuh menurut UU Pemda dan UU no 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman Kumuh (PKP)
6. Kewenangan Penanganan kawasan Permukiman Kumuh berdasarkan Luasan (UU
Pemda)
7. Kawasan Perkotaan menurut UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda
8. Penanganan Permukiman kumuh menurut UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman

Landasan Yuridis :
• UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda
• UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa
• UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman Kumuh
2 Pengertian Kawasan dalam Ketentuan
Perundang-undangan
UU No. 26/2007,
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya. Pengelolaan kawasan dalam UU 26/2007 mendasarkan pada dua
karakter kegiatan yang spesifik, yaitu Perkotaan dan Perdesaan.

UU No. 26/2007, Ayat (4):


Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

UU No. 32/2004 (pengartian masih serupa dalam UU No. 23/2014),


Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat
khusus bagi kepentingan nasional.
3 Kawasan Perdesaan
Menurut UU no 26 Tahun 2007
o Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
o Pengembangan Kawasan Perdesaan, diarahkan untuk:
a) Pemberdayaan masyarakat perdesaan,
b) Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang
didukungnya,
c) Konservasi sumber daya alam,
d) Pelestarian warisan budaya local,
e) Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk
ketahanan pangan, dan
f) Penjagaan keseimbangan pembangunan.
4 Kawasan Pedesaan menurut
UU no 6 Tahun 2014
o Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
o Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi:
a) penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka
penetapan kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang
Kabupaten/Kota;
b) pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan;
c) pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan,
dan pengembangan teknologi tepat guna; dan
d) pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan akses
terhadap pelayanan dan kegiatan ekonomi.
5 Kawasan Perdesaan menurut
UU no 6 Tahun 2014
Pasal 83 UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa
ayat (1), Pembangunan Kawasan Perdesaan
Wilayah KABUPATEN 2 merupakan perpaduan pembangunan antar-
Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota.

Pasal 85
(1) Pembangunan Kawasan Perdesaan
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui satuan kerja
perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau
BUM Desa dengan mengikutsertakan
masyarakat Desa.
(2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib
mendayagunakan potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia serta
mengikutsertakan Pemerintah Desa dan
masyarakat Desa.

Kesimpulan
Pembangunan Kawasan Perdesaan
disesuaikan dengan kewenangan masing-
masing level Pemerintah dan Pemerintah
provinsi/ Kabupaten/Kota .
6 Pembagian Urusan Pemerintahan
UU no 23 Tahun 2014
o Pasal 9 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, yang dimaksudkan sebagai Urusan Pemerintahan
adalah:
1. Urusan absolut, sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
2. Urusan pemerintahan konkuren, Urusan Pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
3. Urusan pemerintahan umum, menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan.

o Pasal 20 (3), UU No. 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa urusan pemerintahan


konkuren yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota diselenggarakan sendiri
oleh Daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya
kepada Desa.
7 Urusan Pemerintahan Konkuren
(Pasal 20 UU Pemda)
1. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi
diselenggarakan
• sendiri oleh Daerah provinsi;
• dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas
Pembantuan; atau dengan cara menugasi Desa.
2. Penugasan oleh Daerah Provinsi kepada Daerah kabupaten/kota
berdasarkan asas Tugas Pembantuan dan kepada Desa ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota diselenggarakan sendiri oleh Daerah kabupaten/kota atau
dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa.
4. Penugasan oleh Daerah kabupaten/kota kepada Desa ditetapkan dengan
peraturan bupati/wali kota sesuai ketentuan perundang-undangan
8 Pembagian Urusan Pemerintahan
Konkuren UU no 23 Tahun 2014
Urusan Pemerintah Pusat
• Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas daerah provinsi atau lintas Negara.
• Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas daerah provinsi atau lintas Negara.
• Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas Negara.
• Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, dan/atau
• Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Urusan Pemerintah Provinsi


• Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota.
• Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota.
• Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota, dan/atau
• Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
Provinsi.

Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota


• Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota.
• Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota.
• Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota, dan/atau
• Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
kabupaten/kota.
9 Kota dan Kawasan Perkotaan
UU no 23 Tahun 2014
1. Perkotaan dapat berbentuk kota sebagai Daerah dan kawasan
perkotaan (Pasal 355)
2. Kawasan Perkotaan berupa:
a. bagian Daerah kabupaten; dan
b. bagian dari dua atau lebih Daerah yang berbatasan langsung.
3. Penyelenggaraan pemerintahan pada kawasan perkotaan menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya.
4. Kawasan perkotaan dapat terbentuk secara alami atau terencana
(Pasal 356 (1))
5. Kawasan perkotaan yang dibentuk secara terencana dapat
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau
Badan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pelayanan kawasan Perkotaan
10
(UU Pemda)

Fasilitas pelayanan perkotaan di kawasan perkotaan yang


terbentuk secara alami (Pasal 356 ayat (1)) dan yang dibentuk secara
terencana oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
disediakan oleh :
1. Pemerintah Pusat atau
2. Pemerintah Daerah
3. sesuai dengan kewenangannya.
11 Kawasan dan Permukiman Kumuh
• Kawasan khusus bersifat strategis bagi kepentingan nasional,
ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 360 UU Pemda)
• Salah satu Kawasan khusus meliputi : n) kawasan untuk kepentingan
nasional lainnya yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (360 ayat 2 UU Pemda)
• Permukiman kumuh : Permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan dan sarpras yg tidak memenuhi syarat (Pasal
1, no 13 UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan
permukiman)
• Kriteria Permukiman kumuh menentukan kondisi kekumuhan (Draft
Permen PU tahun 2015 Peningkatan Kualitas Perumahan dan
Permukiman Kumuh) ditinjau dari : bangunan gedung, jalan
lingkungan, penyediaan air minum, drainase lingkungan, pengelolaan
air limbah, pengelolaan persampahan dan proteksi kebakaran
12
Kewenangan Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh berdasarkan Luasan
Sub Urusan Pusat Provinsi Kab Kota
Kawasan Penetapan Sistem Penataan dan Perizinan
Permukiman kawasan peningkatan pembangunan dan
permukiman kualitas kawasan Pengembangan
Penataan dan permukiman Penataan dan
peningkatan kumuh 10 – 15 ha peningkatan
kualitas kawasan kualitas kawasan
permukiman permukiman
kumuh kumuh
>= 15 ha < 10 ha
13
Kawasan Kumuh UU no 1 Tahun 2011 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
14
Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan menurut
UU no 23 Tahun 2014 tentang Pemda
15
Penanganan Permukiman kumuh menurut
UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
16 Kewenangan Pemda dalam
Penanganan Kumuh
1. Pemda Kab/Kota berwenang dalam penanganan kawasan kumuh sesuai
ketentuan perundang-undangan
2. Pemda menangani kawasan kumuh sebagai bagian dari kawasan khusus yang
harus dilaksanakan atas nama kepentingan nasional (Ps 360 huruf n UU Pemda)
3. Pemda kab/kota berwenang dalam (Lampiran bag 2 sub urusan penanganan
kumuh UU Pemda) :
 Perizinan Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman
 Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan
luasan < 10 ha
4. Pemda kab/Kota berwenang dalam (Ps 18 UU PKP) :
 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh di tk
Kab/Kota
 Fasilitasi dan Menetapkan lokasi
5. Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh harus dengan Kep
Bupati/Walikota dan Kep Gubernur untuk DKI (Pasal 15 Draft Permen PUPR ttg
peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh)
17
Tantangan Penanganan Kumuh

1. Apakah UU akan membatasi pelaksanaan penanganan kumuh secara ketat


?
2. Jika Pemda menangani kawasan kumuh lebih dari 10 Ha maka harus
diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau Provinsi, jika tidak apakah dapat
bekerjasama antar Pemda Kab/Kota atas nama pengembangan kawasan
yang berbatasan dan diserahkan ke Prov ?
3. Apakah penanganan kawasan kumuh yang luasannya melebihi 10 ha dapat
dilaksanakan oleh Pemda mengacu pada ketentuan “tugas perbantuan?”
4. Apakah kewenangan diklasifikasikan berdasar sumberdana? Jika sumber
pendanaan berasal dari APBN maka pelaksanaan Penanganan kumuh
dilakukan oleh Provinsi, jika berasal dari APBD maka dilakukan oleh Pemda
Kab/Kota setempat?
5. Apakah dapat dilaksanakan secara bertahap dengan skema pengerjaan dan
penganggaran “multiyears”, Artinya luasan dibawah 10 ha ditangani tahun
ini, selebihnya tahun-tahun berikutnya? Tergantung kontur

18

Anda mungkin juga menyukai