Infeksi post partum atau sepsis post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin.(saifudin,2006).
Infeksi post partum atau purperalis adalah keadaan yang mencangkup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa post partum (prawirohardjo,2007).
ETIOLOGI
Penyebab infeksi purperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan
flora normal servik dan jalan lahir, atau mungkin juga dari luar kuman-kuman yang sering menyebabkan
infeksi purperalis antara lain:
• steppcocus haematilicus aerobic→masuk secara eksogen, menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong dan sebagainya.
• staphylococus aurelis → masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai infeski
dirumah sakit
• escherechia coli → sering berasal dari kandung kemih dan rektum penyebab infeksi terbatas
• clostridium welchii → kuman aerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus triminalis
dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit
MANIFESTASI KLINIS
Infeksi atau sepsis ditandai dengan kalor(panas atau demam), rubor(merah), dolor(nyeri),
tumor(bengkak atau benjolan) functio lesa(fungsi terganggu). Gambaran klinis infeksi post partum
adalah :
INFEKSI LOKAL → warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka,lokea bercampur
nanah,mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat
INFEKSI UMUM → sakit dan lemah,suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan juga sesak, penurunan kesadaran hingga koma,gangguan involusi uteri,
lokea berbau, bernanah dan kotor.
KOMPLIKASI
Perawatan luka post partum dengan teknik Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
aseptik operasi dan darah, serta uji kepekaan mendapatkan antibiotika
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan yang tetap
daerah genetalia harus steril. Memberi dosis yang cukup dan adekuat.
Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
di isolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur laboraturium.
dengan ibu post partum yang sehat. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh serta infus, transfusi
Membatasi tamu yang berkunjung darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan
Mobilisasi diri tubuh serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang ada
PENANGANAN GAWAT DARURAT PADA SEPSIS
• Tindakan umum seperti memantau tanda-tanda vital
• Pemberian oksigen atau juga membebaskan jalan nafas, oksigen juga tidak perlu diberikan jika
kondisi klien stabil dan kecil resiko mengalami syok sepsis
• Apabila kondisi klien menjadi tidak stabil, oksigen dapat diberikan dalam kecepatan 6-8l/menit
• Pemberian cairan intravena diberikan apabila diperhitungkan terlebih dahulu dan hati-hati
• Pemberian antibiotik harus diberikan jika terdapat infeksi misalnya kasus sepsis, syok sepsis,
cedera intraabdominal dan perforasi uterus.
• Pemeriksaan laboraturium seperti pemeriksaan darah,agd,dll.
PERDARAHAN ANTENATAL
Manajemen pasien syok hipovolemik diarahkan untuk mencegah kehilangan cairan lebih lanjut dan
memulihkan volume sirkulasi. Perdarahan berkontribusi terhadap persentase terbesar mortalitas pada satu
jam pertama dan 50% kematian pada hari pertama setelah trauma.
Intervensi untuk syok hipovolemik termasuk manajemen jalan nafas yang agresif. Pasien mungkin
memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Ventilasi positif pressure(tekanan postif) yang
berlebihan harus dihindari karena dapat mengurangi aliran balik vena ke jantung.
Kontrol perdarahan merupakan prioritas pada pasien dalam fase perdarahan aktif. Tekanan langsung ke
area perdarahan tetap merupakan intervensi awal yang penting
• Dukungan sirkulasi memerlukan resusitasi cairan dengan dua kateter intravena(iv kateter)dengan
lumen yang besardan infus larutan kristaloid yang hangat. Memulai dengan IV kristaloid isotonik
yang hangat biasanya 1 sampai 2 L bolus untuk orang dewasa atau 20ml/kg untuk pasien
pediatrik. Adapun akses intraosseus dapat diindikasikan jika akses perifer tidak dapat dilakukan
atau jika pasien dalam kondisi cardiopulmonary arrest(cardiac arrest) atau syok berat.
• Pasang monitor jantung pada pasien dan kaji adanya disritmia.
• Selanjutnya siapkan pasien untuk prosedur diagnostik dan kemungkinan intervensi surgical.
• Pasang kateter urin dan memonitor keluaran urin perjam
• Mncegah hipotermia dengan menggunakan selimut hangat,pemanas lampu atau konveksi.