0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan10 halaman
(1) Dokumen tersebut membahas tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu tuli konduktif, tuli saraf, dan tuli campur.
(2) Tuli konduktif terjadi ketika transmisi gelombang suara tidak efektif mencapai telinga dalam. Tuli saraf terjadi pada kelainan koklea, saraf kedelapan, atau pusat pendengaran. Tuli campur adalah kombinasi dari tuli konduktif dan saraf.
(3) Ge
(1) Dokumen tersebut membahas tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu tuli konduktif, tuli saraf, dan tuli campur.
(2) Tuli konduktif terjadi ketika transmisi gelombang suara tidak efektif mencapai telinga dalam. Tuli saraf terjadi pada kelainan koklea, saraf kedelapan, atau pusat pendengaran. Tuli campur adalah kombinasi dari tuli konduktif dan saraf.
(3) Ge
(1) Dokumen tersebut membahas tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu tuli konduktif, tuli saraf, dan tuli campur.
(2) Tuli konduktif terjadi ketika transmisi gelombang suara tidak efektif mencapai telinga dalam. Tuli saraf terjadi pada kelainan koklea, saraf kedelapan, atau pusat pendengaran. Tuli campur adalah kombinasi dari tuli konduktif dan saraf.
(3) Ge
Tuli Konduktif Tuli Saraf Tuli Campur TELINGA LUAR TENGAH DALAM TULI KONDUKTIF TULI KONDUKTIF TULI SARAF Serumen, Bd Asing Cairan Koklea Otitis Ext OMA Saraf Auditorik (N.VIII) Liang telinga: OMSK Atresia,Stenosis 1.Gangguan pendengaran konduktif Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara efektif. Sering pada usia pra/sekolah akibat liang telinga tersumbat kotoran ( serumen ). peradangan di telinga tengah ( middle ear). seringkali disebabkan ISPA ( pilek, radang tenggorok). Bersifat sementara , sembuh dengan obat atau mengeluarkan kotoran. Masalahnya : tidak terdeteksi oleh orang tua ataupun pendidik.
(1) Otitis Media Efusi ( OME),
(2) Otitis Media Akuta(OMA) (3) Otitis media Supuratif Kronis (OMSK). •Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya •Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi kepala •Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung) •Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis •Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes garputala dijumpai Rinne negative, dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001) 2.Gangguan pendengaran jenis sensorineural Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversible, Kelainan di koklea,n.VIII,atau pusat pendengaran
gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah
seperti berikut : •Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis. •Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh dibanding suasana sunyi. •Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik, ataupun penyakit sistemik sebelumnya. Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes Weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang. 3.Gangguan pendengaran jenis campuran Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan gangguan pendengaran jenis sensorineural, mula- mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama, misalnya trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo, 1985). Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi, tes garputala Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek (Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).