SUBBLOK 4.3
1. KEBIJAKAN DAN REGULASI
OBAT TRADISIONAL
1. RENSTRA Kementrian Kesehatan RI dengan PP 17/1986
tentang Kewenangan Pengaturan Obat Tradisional di
Indonesia
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :
246/Menkes/Per/V/1990, Izin Usaha Industri Obat
Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional
3. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
760/MENKES/PER/IX/1992 tentang Fitofarmaka
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
761/MENKES/PER/IX/1992 tentang Pedoman
Fitofarmaka
6. GBHN 1993 tentang Pemeliharaan & Pengembangan
Pengobatan tradisional sebagai warisan budaya
bangsa (ETNOMEDISINE).
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat
Tradisional
8. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
56/Menkes/SK/I/2000 tentang Pedoman
Pelaksanaaan Uji Klinik Obat Tradisional
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/PER/VI/2000 tentang Pengertian Obat
Tradisional
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 381/2007 tentang Kebijakan Obat
Tradisional Nasional (KONTRANAS)
12. Undang Undang No.36/2009 tentang Kesehatan
Pengobatan Tradisional
13. Peraturan Pemerintah RI No. 51/2009 tentang
Sediaan Farmasi : obat (modern/sintetik), bahan
obat, obat tradisional dan kosmetik
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/2010
tentang Saintifikasi Jamu
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 88/2013
tentang Rencana Induk Pengembangan Bahan
Baku Obat Tradisional
2. OBAT TRADISIONAL
OBAT MODERN OBAT OBAT TRADISIONAL
IKLAN TMS
OVERCLAIM
BLM PRE–REVIEW
Tuntutan Global
Penetrasi
Pasar Luar
Pemenuhan Berdaya
Persyaratan Saing
Batas antar
Terjamin Negara
Mutu Semakin
tipis
PENGERTIAN
CPOTB
Adalah seluruh aspek kegiatan
pembuatan obat tradisional yang
bertujuan untuk menjamin agar produk
yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
POLA PIKIR PENERAPAN
PENERAPAN
(MINDSET) CPOTB
CPOTB
SERTIFIKASI
MANFAAT CPOTB BAGI INDUSTRI
Ruangan:
Penataan dan luas ruangan menjamin
terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja,
komunikasi dan pengawasan yang efektif
Tata letak ruangan mengikuti urutan proses
pengolahan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang dan campur baur
Ruang penyimpanan
Ruang pengolahan dan pengemasan
Laboratorium yang terpisah dari ruang produksi
PERALATAN
Rancang bangun dan konstruksi
peralatan (tidak menimbulkan akibat
yang merugikan terhadap produk)
Pemasangan dan penempatan
(pertimbangkan kemungkinan konta-
minasi silang)
Jenis peralatan (sesuai dengan proses
pembuatan)
Peralatan laboratorium (sesuai untuk
menguji tiap bentuk sediaan)
SANITASI DAN HIGIENE:
Higiene Personalia
Kesehatan karyawan
Pakaian kerja
Kebiasaan higienis
Sanitasi Bangunan
Sarana untuk pembersihan
Prosedur pembersihan
Sanitasi peralatan
PENYIAPAN BAHAN BAKU:
Prosesing
Penyimpanan bulk
Pengisian &
pengemasan
Penyerahan Gudang
PENGAWASAN MUTU:
Bagian yang paling esensial dari CPOTB
Bagian yang tersendiri dan memiliki otoritas tunggal untuk
meluluskan atau menolak bahan atau hasil produksi
Sistem diciptakan untuk menjamin bahwa tiap produk memenuhi
persyaratan yang berlaku
Tugas-tugas pokok pengawasan mutu:
Mengambil contoh dan melaksanakan pengujian mutu
Memberikan keputusan pelulusan atau penolakan
dikembalikan
INSPEKSI DIRI / INSPEKSI INTERNAL:
PEDOMAN MUTU
PROSEDUR MUTU
Dokumen Pembuatan
Status peralatan
Spesifikasi/ Metode Protokol Label/ Status Bahan
Induk Standar Analisa Identitas
Kerja Status produk
Formula Induk
Prosedur
Bahan baku & kemasan
Pengolahan Induk Ruahan Protokol Validasi Catatan
Procedur
Pengemasan Induk
Produk Jadi Catatan Sampling
Catatan dan laporan hasil uji
Catatan pemantauan mikroba dan partikel
Catatan Pengolahan Bets Catatan Uji stabilitas
Catatan Penanganan Produk Kembalian
Catatan Penarikan Produk
Catatan Pemusnahan Produk Catatan:
Catatan Keluhan •Hitam : Instruksi Kerja (Standar, spesifikasi
Catatan distribusi & prosedur )
•Hijau : Catatan
PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN
PRODUK JADI DI PEREDARAN
Meliputi :
1. Penanganan Keluhan
– Keluhan dapat berasal dari dalam maupun
luar industri
– Jenis keluhan dapat menyangkut mutu
(kualitas tehnis) ataupun keamanan (reaksi
yang merugikan)
– Perlu dibuat prosedur penanganan keluhan
tindak lanjut penanganan keluhan
2. PENARIKAN PRODUK DARI PEREDARAN: