Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT

DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK BALITA


DI RUANG MELATI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN
TAHUN 2010

OLEH:
AINUR ROHIM
NIM. P27820507005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUBAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2010
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

• Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena


suatu alasan berencana dan darurat, mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah (Supartini, 2004).
• Dalam hal ini, komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat kepada anak ditujukan untuk memperbaiki
pengalaman emosional anak yang negatif dan
menghilangkan/meminimalkan distres psikologis
selama hospitalisasi (Supartini, 2004).
Lanjutan …
• Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti dan
perawat Ruang Melati pada bulan Oktober 2009 di Ruang
Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban, dari 39 balita yang
dirawat di Ruang Melati terdapat 17 anak (43,5 %)
mengalami stres hospitalisasi.
• Dalam hal ini, interakasi dan sikap perawat termasuk dalam
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi terjadinya stres
(Supartini, 2004).
• Oleh karena itu, perawat harus memiliki dan meningkatkan
kemampuan serta ketrampilan interpersonal & ketrampilan
dalam komunikasi terapeutik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Komunikasi


2. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik
3. Konsep Anak
4. Konsep Stres
5. Konsep Hospitalisasi pada Anak
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stres
hospitalisasi:
1. Perubahan status kesehatan
2. Perubahan lingkungan
1) lingkungan fisik rumah sakit
2) lingkungan sosial di rumah sakit
diantaranya:
a. interaksi sesama pasien
Komunikasi terapeutik
b. interaksi dan sikap perawat pada anak
3. Keterbatasan dalam mekanisme koping

Stres hospitalisasi

Gangguan tugas Orang tua Mengganggu proses Anak tidak


perkembangan menjadi stres penyembuhan kooperatif

Resiko tinggi terjadi Waktu perawatan


komplikasi lama
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
 Desain penelitian yang digunakan adalah studi
analitik korelasional dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional.
Kerangka Kerja
POPULASI : seluruh orang tua/keluarga yg mempunyai balita yg dirawat inap di
Ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban (27 orang)

SAMPEL : orang tua/keluarga ygSAMPEL


mempunyai balita yg dirawat inap di Ruang
Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban dan memenuhi kriteria (25 orang)
SAMPLING : Purposive Sampling

Identifikasi Variabel

Variabel Independen : komunikasi Variabel Dependen : stres


terapeutik perawat hospitalisasi pada anak balita

Kuesioner

Menganalisa Data

Penyajian Hasil

Kesimpulan
Definisi Operasional
N Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
o Operasional
1 Independe Proses Teknik-teknik komunikasi dengan Kuesioner Ordinal Jawaban:
n: penyampaian anak: 1. Selalu = 3
Komunika pesan atau 1. Melalui orang tua/pihak ketiga 2. Sering = 2
si informasi dari 2. Bercerita sebagai alat komunikasi 3. Kadang-kadang
terapeutik perawat kepada 3. Fasilitasi anak untuk berespon =1
perawat anak yang 4.Meminta anak menyebutkan 4. Tidak pernah =
dirawat di rumah keinginannya 0
sakit secara 5. Biblioterapi
verbal maupun 6. Pilihan pro dan kontra Interpretasi skor:
nonverbal 7. Penggunaan skala peringkat Baik = 76-100%
menurut 8. Minta anak untuk menulis Cukup = 56-75%
pandangan 9. Minta anak untuk menggambar Kurang = <56%
keluarga anak 10. Laksanakan program bermain
(orang tua atau Sikap perawat dalam komunikasi:
keluarga yang 1. Berhadapan
menunggui anak) 2. Mempertahankan kontak mata
3. Membungkuk ke arah klien
4. Mempertahankan sikap terbuka
5. Tetap rileks
6. Gerakan mata
7. Ekspresi muka
8. Sentuhan
Lanjutan …
N Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
o Operasional
2 Depende Respon tubuh Reaksi anak terhadap Kuesioner Ordinal Jawaban:
n: yang sifatnya hospitalisasi, yakni stres 1. Ya= 1
Stres non-spesifik akibat perpisahan, reaksinya: 2. Tidak = 0
hospitali selama anak Menangis & menjerit
sasi anak dirawat di memanggil orang tua Interpretasi
balita rumah sakit Menolak perhatian yang skor:
sebagai akibat diberikan oleh orang lain Stres berat =
perpisahan Anak tidak aktif 76-100%
menurut Kurang minat untuk bermain Stres sedang=
pandangan dan makan 56-75%
keluarga anak Sedih dan apatis; Stres ringan =
(orang tua atau <56%
keluarga yang
menunggui
anak)
Instrumen Penelitian : kuesioner

Waktu Penelitian : bulan Maret-April 2010

Lokasi Penelitian : di Ruang Melati RSUD dr. R.


Koesma Tuban
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian


o Lokasi penelitian berada di RSUD dr. R. Koesma Tuban
yakni di ruang Melati yang mempunyai 7 kamar untuk
pasien dan 1 kamar untuk perawat yang terdiri dari
kelas 1, 2, dan 3
o Foto bayi, buah, dan bunga hanya terdapat di lorong
ruangan melati dan kamar 1 A.
o Di Ruang Melati tidak terdapat ruang bermain atau
alat bermain untuk anak-anak.
PEMBAHASAN
o Karakteristik Balita Berdasarkan Umur
Dari 25 balita, sebagian besar berumur 13-18 bulan
sebanyak 7 balita (28%) dan umur 19-24 bulan sebanyak
7 balita (28%).

o Karakteristik Balita Berdasarkan Pengalaman Masuk


Rumah Sakit
Dari 25 balita, sebagian besar hanya mempunyai
pengalaman masuk rumah sakit 1 kali sebanyak 13 balita
(52%).
o Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Balita Selama Hospitalisasi
Sebanyak 16 atau 64% keluarga yang menunggui balita yang dirawat di
Ruang Melati menilai bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh
perawat kepada balita adalah kurang. Padahal menurut Supartini
(2004), bahwa Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat
kepada anak balita ditujukan untuk tercapainya peningkatkan
kesejahteraan anak selama hospitalisasi, perbaikan pengalaman
emosional anak yang negatif dan tercapainya penurunan distres
psikologis selama hospitalisasi

o Tingkat Stres Hospitalisasi Pada Balita


Sebagian besar balita yang dirawat di Ruang Melati mengalami stres
berat sebanyak 10 balita (40%). Sesuai dengan pendapat Supartini
(2004), bahwa terdapat dua faktor lingkungan yang dapat menjadi
stresor bagi anak yang sedang dirawat di rumah sakit, yaitu: lingkungan
fisik rumah sakit dan lingkungan sosial yang dapat berupa komunikasi
terapeutik.
Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Stres
Hospitalisasi Anak Balita di Ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban
 Dari 16 (100 %) balita yang mendapat komunikasi terapeutik
kurang yang mengalami stres hospitalisasi berat sebanyak 10
(62,5 %). Dan dari 9 (100 %) balita yang mendapat
komunikasi terapeutik cukup yang mengalami stres berat 0
(0 %).
 Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat kepada anak
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak selama
hospitalisasi, memperbaiki pengalaman emosional anak yang
negatif dan menghilangkan atau meminimalkan distres
psikologis selama hospitalisasi (Supartini, 2004).
 jika semakin kurang komunikasi terapeutik yang dilakukan
oleh perawat maka semakin berat stres hospitalisasi yang
dialami anak selama dirawat di rumah sakit.
BAB 6
KESIMPULAN
1. Kurang dari separoh umur balita adalah 13-18 bulan dan 19-24 bulan
masing-masing sebanyak 7 balita (28%).Lebih dari separoh balita
mempunyai pengalaman masuk rumah sakit sebanyak 1 kali yaitu 13
balita (52%).
2. Lebih dari separoh komunikasi terapeutik perawat pada balita
selama hospitalisasi di ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban
adalah kurang yaitu 64%.
3. Kurang dari separoh tingkat stres hospitalisasi balita selama
dirawat di ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban adalah stres
berat yaitu 40%.
4. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
stres hospitalisasi anak balita di Ruang Melati RSUD dr. R.
Koesma Tuban. Dengan nilai signifikan < 0,05 yaitu sebesar
0,034 yang berarti H1 diterima dan nilai correlation coefficcent
0,426 yang berarti tingkat korelasi agak rendah.
Saran

1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk memiliki dan


meningkatkan kemampuan serta ketrampilan interpersonal
dan ketrampilan dalam komunikasi terapeutik.
2. Stres pada anak selama dirawat di rumah sakit perlu perhatian
yang lebih dari perawat dengan melakukan komunikasi
terapeutik karena Stres selama hospitalisasi mempunyai
banyak dampak negatif.
3. Selama anak di rawat di rumah sakit, diharapkan perawat
dapat mempraktikkan teknik komunikasi terapeutik dengan
maksimal.
wassalam
Terima kasih atas perhatian dan waktu
yang telah diberikan

Mohon saran dari bapak ibu sekalian

Anda mungkin juga menyukai