Anda di halaman 1dari 55

Laporan Kasus

THYPOID FEVER

Pembimbing: dr. Adi Sp.PD


Penyusun: dr. Sabit Purnomo
Identit
as Nama : Nn. Nanda
Usia : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : kalisat jember
Pekerjaan : dokter gigi muda
Status : belom menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS: 21 Januari 2016
Tanggal Pemeriksaan : 21 Januari 2016
Tanggal KRS: 23 januari 2016
No. RM : 04-83-06
Anamnesa
Keluhan Utama
demam

Keluhan Tambahan
diare
Riwayat penyakit sekarang

◦ Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sej


ak 8 hari lalu. Demam tinggi terus2an. Tidak
sembuh dengan obat2 penurun panas. Nafsu maka
n dan minum menurun. Mual (+) muntah (+) 3x .
½ gelas aqua. Muntah tiap kali makan. Isi mun
tah adalah makanan yg di makan. Pasien juga m
engalami diare sejak 4 hari lalu, diare cair,
lendir(-), darah (-). Perut terasa sebah.
Riwayat Penyakit Dahulu
HT (disangkal)
DM (disangkal)
Asma (disangkal )
Riwayat Sosial
Pasien merupakan dokter gigi muda dar
i universitas unej jember. Pasien men
gaku sering beli jajanan dan minuman
di pinggir trotoar depan DPRD jember.
Pemeriksaan Fisi
k
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS 4-5-6
Status gizi : Baik
Vital Sign: TD = 120/80 mmHg
Nadi = 88x/menit
RR = 20x/menit
T axiller = 38,7oC
Anemic (-), Icterus (-), Cyanosis (-),
Dyspneu (-)
2. Status Generalis
 Kepala/Leher : - Pelebaran Vena Jugularis leher (-)

- Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid


(-)
- deviasi trakea (-)
 Mulut : lidah kotor dengan tepi hiperemis
 Thorax:

Pulmo : Gerak nafas simetris


Suara nafas vesikular, ronchi (-), wheezing
(-)
Cor : S1S2 tunggal
 Abdomen : Inspeksi: datar, simetris, massa (-)

Auskultasi: Bising usus (meningkat)


Palpasi: hepatomegali 2 jari BAC
Perkusi: timpani
 Ekstremitas :- Deformitas (-), Edema (-), CRT <
Pemeriksaan Penunjang
 DL:

Leukosit: 4000 ribu/UI


Hb: 14,2 mg/dL
Hematokrit: 43 %
Trombosit: 145.000/mm3
GDA: 87 mg/dL
 WIDAL test :

thpii O : 1/320
thpii N : 1/320
paratipii A : 1/180
paratipii B : 1/320
SGOT : 39
SGPT : 35
RESUME
Pasien perempuan usia 23 tahun datang ke UG
D, keluhan ada demam sejak 8 hari lalu,dema
m selalu tinggi, tidak turun dengan obat pe
nurun panas. Di sertai mual dan muntah, dia
re 3x cair,
Pemeriksaan fisik :
Tekanan darah : 120/80 , nadi : 88 x/menit , per
nafasan : 22 x/menit, suhu tubuh : 38.7º C, stat
us generalis : dalam batas normal.
Mulut : lidah kotor dengan tepi hiperemis
Thorax: Pulmo: dbn
Cor : dbn
Abdomen : Inspeksi: datar, simetris, massa (-)
Auskultasi: Bising usus (meningkat)
Palpasi: hepatomegali 2 jari BAC
Perkusi: timpani
Ekstremitas : dbn
Diagnos
a
Thypoid fever
Penatalaksanaan
Planning Terapi : IUFD futrolit 14 tpm
ondancetron 4mg/8 jam (k/p)
antrain 1amp/8 jam
ranitidin 1amp/12jam
ceftriaxon 1g/12 jam (ST)IV
Planning Monitoring: Vital sign
Planning Edukasi :
Pola hidup sehat
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM TIFOID
Definisi

Demam Tifoid adalah penyakit sistemik


yang ditandai dengan demam dan nyeri
perut yang diakibatkan oleh penyebaran
kuman Salmonella typhi dan Samonella
paratyphi
Pendahuluan
Epidemiologi
Group Serotype
A S. parartyphi A
B S. paratyphi B

S. Stanley

S. saintpaul

S. agona

S. typhimurium
C S. paratyphi C

S. cholera-suis

S. Virchow

S. Thompson
D S. typhi

S. enteritidis

S. dubin

S. gallinarum

12/6/18
Morfologi

Gram negatif
Enterobacteriaceae
Batang pendek
Kebanyakan berflagella
Tidak berspora
Tidak berkapsul
Berdasarkan tmepat manifestasinya, salmonel
la dapat ditempatkan dalam dua kategori bes
ar, yaitu :
S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B
dan S. paratyphi C. Serotipi ini beradapt
asi terutama di manusia dan menyebabkan b
akterimia yang dikenal dengan demam enter
ic yang dengan diare dan jarang sekali me
njadi utama.
Serotipi lainnya. Tinggal di dalam binata
ng, dan menginfeksi manusia dengan biasan
ya terbatas pada usus dan timbul sebagai
diare akut, tapi kadang – kadang bactere
mia menyebabkan mengancam kehidupan
Patofisiologi
PATOGENESIS
 Masa tunas : 3‑21 hari,
 Terbanyak : 7‑14 hari.
 Faktor yg mempengruhi :
1. Jml kumam yg masuk : 103 dan 106,
2. Status kesehatan dan imunologik pasien.
3. pH asam lambung dan keadaan yang me
ngganggu intergritas saluran cerna
Patofisiologi
Lanj patofisiologi
Lanj patofisiologi

12/6/18
Lanj Patofisiologi
12/6/18
Gejala Klinis
Setelah Masa inkubasi = 10-14 hari
 Gejala klinis

Gejala Klinis bervariasi dari ringan, sedang


sampai berat dan dapat berakhir dengan
kematian
Minggu I
Demam (meningkat perlahan2 terutama di s
ore hari)
Nyeri kepala
Anoreksia
Konstipasi
Atau diare
Mual muntah
Rasa tidak enak diperut
Epistaksis
Batuk dll

12/6/18
Minggu II
Gejala-gejala lebih jelas
Demam
Bradikardi relatif
Lidah berselaput
Hepatosplenomegali
Meteorismus
Gangguan mental: somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis
Roseola (jarang ditemukan pada orang ind
onesia)
Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan rutin
Darah perifer lengkap: paling ser
ing leukopeni, dapat normal atau
leukositosis
Anemia ringan
Trombositopenia
LED meningkat
SGOT dan SGPT meningkat
Uji Widal
Deteksi antibodi dasarnya rx sil
ang antara antigen S.typhi dengan
antibodi  aglutinin
Aglutinin O = badan kuman, H= fla
gel kuman, Vi = simpai kuman
Uji Tubex
 Uji semikuantitatif kolorimetrik yang cepat (meni
t)
 Mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09
 Dapat mendeteksi penyakit secara dini (hari ke 4-5
)
 Sensitifitas dan spesifisitas kuat

Skor Interpretasi Keterangan


<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi aktif
3 Borderline Tidak dapat disimpulkan  ulang
4-5 Positif Infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
Typhidot
Mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada me
mbran luar S typhi
Hasil positif dapat ditemukan 2-3 hari
Sensitifitas dan spesifitas baik
Reinfeksi igG meningkat IgM sulit didete
ksi
Uji Dipstick
Khusus mendeteksi IgM spesifik yang ada
pada serum atau WB
Mudah dan cepat (1 hari)
Akurat bila pemeriksaan setelah 1 minggu
gejala
Kultur darah
Hasil biakan positif  memastikan demam
tifoid
Hasil negatif tidak menyingkirkan
Dipengaruhi oleh:
◦ Pemberian antibiiotik
◦ Volume darah kurang
◦ Darah mesti langsung dimasukkan ke dal
am media empedu
◦ Riwayat vaksinasi
◦ Pengambilan darah lebih dari 1 minggu
 aglutinin meningkat
Penatalaksanaan
Istirahat dan perawatan
Tirah baring= aktivitas ditempat
Menjaga kebersihan
Posisi  cegah dekubitus dan pne
umonia ortostatik
Diet dan terapi suportif
Dulu diet bubur saring  bubur k
asar  nasi (tergantung tingkat
kesembuhan)
Beberapa penelitian: pemberian ma
kan padat dan lauk, rendah serat
 aman
Antibiotika
Kloramfenikol
Di Ina  pilihan utama
Dosis 4 X 500 mg  s/d 7 hari bebas
demam
Penurunan demam rata2 setelah 5 hari

Tiamfenikol
 Dosis hampir sama dengan kloramfenikol
 Penurunan demam rata2 setelah 5 hari
 Supresi sumbsum tulang lebih rendah

12/6/18
Kotrimoksazol

Efektifias obat hampir sama d


engan kloramfenikol
Dosis dewasa 2 x 2 tablet (2
x 960 mg)
Diberikan 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin

Kemampuan menurunkan demam le


bih rendah
Dosis 50-150 mg/kg/hari
Diberikan selama 2 minggu
Sefalosporin generasi ke 3

Yang terbukti efektif = seftr


iakson
Dosis 3-4 gram/hari
3-5 hari
Flurokuinolon
Norfloksasin dosis 200-400 mg/hari
(14 hari)
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari (6 h
ari)
Oflofloksasin 2 x 400 mg (7 hari)
Pefloksasin dosis 400 mg/hari (7 ha
ri)
Flerofloksasin dosis 400 mg/hari (7
hari)
Azitromisin

Dapat mengurangi kegagalan te


rapi
Mengurangi relaps
Dosis 2 x 500 mg
Kombinasi antimikroba

Di Indikasikan pada tifoid to


ksik, peritonitis, perforasi,
syok septik atau penyakit yang
pernah ditemukan dua macam org
anisme dalam kultur darah sela
in salmonella
Kortikosteroid

Diindikasikan pada tifoid tok


sik atau demam tifoid yang men
galami syok septik
Obat yang aman untuk Wanita hamil

Ampisilin
Amoksisilin
Sefriakson
Komplikasi tifoid
Intestinal

Perdarahan intestinal
Perforasi usus
Ekstraintestinal

Hematologi  KID
Hepatitis tifosa
Pankreatitis tifosa
Miokarditis
Manifestasi neuropsikiatrik
(tifoid toksik)
PENCEGAHAN

1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan menyediaka


n tempat MCK.
2. Penyuluhan kesehatan dan kebersihan pada p
enjual makanan.
3. Memperbaiki hygiene perseorangan,
4. Vaksinasi terhadap tifoid.
PROGNOSIS

 Pada stadium awal , terapi baik  prognosis


yang baik.
 Pasien dgn tanda‑tanda toksik, perdarahan, p
erforasi  prognosis yang buruk.
Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksi
n tifoid, yaitu :
 a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia d
alam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu
jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi pada wanita ha
mil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik .
Lama proteksi 5 tahun.
 b. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 j
enis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L v
accine (Heat in activated-Phenol preserved). Dosis untuk de
wasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tah
un 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu.
Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan
nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan
riwayat demam pada pemberian pertama.
 c. Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux.
Vaksin diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3
tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui,
sedang demam dan anak umur 2 tahun.

dr.sabit purnomo
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai