Anda di halaman 1dari 58

INDONESIA ZAMAN PRAAKSARA:

AWAL KEHIDUPAN MANUSIA


INDONESIA
DISUSUN OLEH
DIO ALIF KURNIAWAN

1
Periodesasi zaman Praaksara Indonesia
PALEOLITHIKUM

MESOLITHIKUM
ZAMAN BATU
NEOLITHIKUM
KEBUDAYAAN
MASA MEGALITHIKUM
PRAAKSARA

TEMBAGA

ZAMAN PERUNGGU
LOGAM
BESI
2
a. Zaman Palaeolithikum (600.000 tahun lalu)
Ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat
sederhana dan primitif serta kualitas pembuatannya masih sangat
kasar.

Hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas


pohon.

Mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food


gathering) serta berburu.

Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu


tempat ke tempat yang lain (nomaden).
3
Kapak genggam dan kapak perimbas sangat
cocok digunakan untuk berburu ditemukan di
Pacitan.

Di dekat Sangiran ditemukan alat-alat berukuran


kecil yang terbuat dari batu-batu indah yang
bernama flakes (serpihan) disebut juga sebagai
hasil dari kebudayan Ngandong.
4
Adanya alat serpih, alat tulang dan tanduk merupakan
bukti adanya kepercayaan terhadap kekuatan alam.

5
Hasil-hasil Cara hidup
P kebudayaan
A
L Budaya Pacitan -- Masa Food
E 1. Kapak genggam Gathering tahap
awal
O
L Budaya Ngandong -- Nomaden
I 1. Alat dari tulang dan
T tanduk
H 2. Alat yang terbuat dari
I batu kecil-kecil
K
U
M
6
Kebudayaan Pacitan
Flakes Dari Pacitan dan Cabbenge  Von Koenigswald dalam
penelitian pada tahun 1935
di Pacitan tepatnya di Desa
Punung menemukan alat
palaeolithik berupa kapak
genggam atau kapak
perimbas, serta alat serpih.
Dilihat dari teknologinya alat
ini dibuat dengan cara
sederhana dan masih kasar.

 Alat ini berasal dari lapisan


pleistosen tengah. Kapak
perimbas juga ditemukan di
Sukabumi, Ciamis, Gombong,
Bengkulu, Bali, Flores dan
Timor.

7
Lokasi Penyebaran Kapak Perimbas di Nusantara

flake
chopper
Jalan Penyebaran

8
Kebudayaan Ngandong
 Von Koeningswald pada tahun
1934 dalam penelitian di
Ngandong dan Sidorejo
(Madiun) menemukan alat-alat
tulang, tanduk dan alat batu
yaitu kapak genggam.
 Karena ditemukan di
Ngandong maka Von
Koenigswald menamakannya
kebudayaan Ngandong.
 Termasuk kebudayaan
Ngandong adalah alat-alat
serpih yang ditemukan di
Sangiran.
 Alat serpih ini berfungsi
sebagai pisau, belati dan alat
penusuk. Alat serpih juga
ditemukan di Sulawesi
Selatan, Flores dan Timor.

9
kebudayaan Ngandong
Alat dari tulang dan tanduk

Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada
sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah,
serta menangkap ikan.
10
Flake/alat serpih
Flakes mempunyai fungsi sebagai
alat untuk menguliti hewan
buruannya, mengiris daging atau
memotong umbi-umbian. Jadi
fungsinya seperti pisau pada masa
sekarang. Ditemukan di Sangiran
flakes
ditemukan di daerah-daerah lain
seperti Pacitan, Gombong, Parigi,
Jampang Kulon, Ngandong (Jawa),
Lahat (Sumatera), Batturing
(Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi),
11 Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Alat yang terbuat dari batu kecil-kecil

12
b. Zaman Mesolithikum (20.000 tahun lalu)
Merupakan masa peralihan dimana cara pembuatan alat-
alat kehidupan, perkembangan, dan penyempurnaan lebih
baik dan lebih halus.

Mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut.

Berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di


bawah bukit karang (abris souche roche)  Dapur kulit
kerang Kjokkenmoniger
13
Alat serpih (flakes),
Dapur kulit kerang dan siput di sepanjang pantai timur
Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger.
Kapak genggam Sumatera (Pabble Culture)
Kebudyaan tulang Sampung (Sampung Bone Culture
Kebudyaan Toala (Flake Culture)

14
Hasil-hasil Cara hidup
M kebudayaan
E
S 1. Kapak Sumatera 1. Masa Food
O 2. Kjokkenmoddinger Gathering
L 3. Kebudayaan Tulang tingkat lanjut
I Sampung 2. Semi Nomaden
4. Abris sous roche 3. Abris Sous
T
5. Kebudayaan Toala Roche
H 6. Mata panah 4. Kjokkenmoddi
I nger
K
U
M

15
Kapak Sumatra (Pabble culture)

Kapak Sumatera atau biasa


diistilahkan Pabble ihi hanya
ditemukan di Pulau Sumatera,
berbeda dengan Chopper yang
berada di Pacitan kapa Sumatera ini
memiliki ukuran yang pendek dan
dibuat dengan cara
memukuli/memecahkan batu, serta
tidak diasah terlebih dahulu.
Fungsinya ini diperkirakan untuk
mengahaluskan dan menggiling
makanan.
16
Kebudayaan Sampung  Pada tahun 1928 sampai 1931 Van
Stein Callenfels mengadakan
penelitian di Gua Lawa di dekat
Sampung (Ponorogo).
 Penelitian yang dilakukan oleh Van
Stein Callenfels membuahkan
hasil dengan ditemukannya alat-
alat yang berupa alat tulang
sehingga Van Stein Callenfels
menyebutnya dengan kebudayaan
sampung bone culture.
 Alat- alat yang ditemukan antara
lain jarum, pisau, mata panah dan
sudip.
 Pada tempat tersebut juga
ditemukan tulang-tulang binatang
yang dilubangi, diperkirakan
tulang-tulang tersebut
dimanfaatkan sebagai barang
perhiasan atau jimat. Binatang
perburuan juga ditemukan seperti
gajah, macan tutul, rusa, dan lain-
lain.
17
Kebudayaan Toala

o Hasil kebudayaan Toala dan


yang serumpun umumnya,
berupa kebudayaan flake dan
blade.
o Kebudayaan ini mendapat
pengaruh kuat dari unsur
‘microlith’ sehingga
menghasilkan alat-alat yang
berukuran kecil dan terbuat
dari batu yang mirip dengan
‘batu api’ di Eropa.
o Di samping itu, ditemukan alat-
alat yang terbuat dari tulang
dan kerang.
o Alat-alat ini sebagian besar
merupakan alat berburu atau
yang dipergunakan para
nelayan.

18
Penyebaran Kebudayaan Mesolithikum

Alat-alat Pebble
Alat-alat Flakes
Alat-alat Tulang
Penyebaran Pabble
Penyebaran Flakes

19
KJokkenmoddinger

20
Abris Sous Roche

21
Batu pipih

22
Lukisan telapak tangan dan babi hutan di dalam dinding gua

23
Lukisan Tangan Puan Muna, Sulawesi Selatan

24
Garabah masa mesolithikum

25
Mata Panah

26
c. Neolithikum
Food gathering menjadi food producting, yaitu dengan cara
bercocok tanam dan memelihara ternak.

Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah


panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.

Alat yang dihasilkan sudah bagus karena pada semua


bagian telah dihaluskan dan bentuknya lebih sempurna

Mulai timbul dan mengenal sistem kepercayaan


27
a) Kapak persegi dan kapak lonjong

b) Gerabah

c) Kepercayaannya pemujaan terhadap


ruh nenek moyang

28
Hasil-hasil Cara hidup
N kebudayaan
E
1. Kapak Lonjong 1. Food Producing
O 2. Kapak Persegi 2. Tempat tinggal
L 3. Tembikar atau menetap
I gerabah 3. Bercocok tanam
4. Perhiasan 4. Beternak
T 5. Baju dari kayu 5. Sudah ada
H kepercayaan
I terhadap nenek
moyang
C
U
M

29
Kapak Lonjong

30
Kapak persegi

31
Kapak Chalcedon

32
Persebaran Kapak Persegi & Kapak Lonjong

33
Gerabah masa Neolithikum

34
Tembikar

35
Baju dari kulit kayu

36
Perhiasan

37
d. Zaman Megalitikum
Kebudayaan Megalithikum dalah kebudayaan yang utamanya
menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang tebuat dari
batu-batu besar dan masif

Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang


(leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai,
gunung, senjata tajam.

Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala


sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi
terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia.
38
Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era
Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores,
dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus,
kuburan batu, punden berundakundak, serta arca.

39
Hasil-hasil Cara hidup
M kebudayaan
E
G 1.Menhir 1.Food Producing
A 2.Dolmen 2.Tempat tinggal
L 3.Sorkofagus menetap
I 4.Waruga 3.Bercocok tanam
T 5.Kubur batu 4.Membuat alat
6.Punden berundak dari gerabah
H
7.Arca
I
C
U
M

40
Menhir

Menhir yaitu tiang atau tugu batu


yang terbuat dari batu tunggal.
Fungsi menhir adalah:
1. Sebagai sarana pemujaan
terhadap arwah nenek moyang.
2. Tempat memperingati seseorang
yang berpengaruh dan telah
meninggal.
3. Tempat menampung kedatangan
ruh.

41
Dolmen

Sebagai tempat menaruh


sesaji dan pemujaan roh
nenek moyang, kadangkala
ada pula bangunan dolmen
ditambahkan kuburan di
bawahnya

42
Sorkofagus

43
Kubur batu

44
Punden berundak

45
Waruga

46
Zaman Perunggu
• Memiliki keterkaitan dengan Kebudayaan Dongson yang berpusat di
wilayah Vietnam (daerah hulu sungai Mekong dan Menam)

• Menghasilkan alat-alat modern pendukung kehidupan (Kapak Corong,


Nekara)

• Berkembangnya tekhnik a cire perdue dan bivalve

47
1. Teknik a cire perdue caranya adalah membuat
bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin,
setelah membuat model dari lilin maka ditutup
dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang
dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga
lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair,
dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk
selanjutnya melalui lubang bagian atas
dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah
dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga
keluarlah benda yang dikehendaki.

2. Teknik bivalve caranya yaitu menggunakan cetakan


yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga
setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka
keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut
terbuat dari batu ataupun kayu.
Teknik A Cire Perdue caranya adalah membuat
bentuk benda-benda dari lilin yang berisi tanah liat
sebagai intinya, selanjutnya bentuk lilin tersebut di
hias dengan berbagai pola. Kemudian bentuk lilin
yang sudah lengkap dibungkus lagi dengan tanah liat
yang agak lunak pada bagian atas dan bawah
dilubangi. Dari lubang atas dituangkan cairan logam,
sedangkan lubang bagian bawah akan berfungsi
untuk mengalirkan cairan lilin. Selanjutnya jika sudah
dingin cetakan tersebut dipecah.
49
Teknik Bivalve menggunakan dua cetakan
yang dapat ditangkapkan (dirapatkan).
Adapun mula-mula cetakan tersebut diberi
lubang pada bagaian atasnya, kemudian
dari lubang itu dituangkan cairan logam.
Selanjutnya jika sudah dingin maka
cetakan dapat dibuka.
50
KAPAK CORONG

Kapak corong adalah


kapak perunggu
yang bagian atasnya
berlubang,
berbentuk corong
yang dipergunakan
untuk memasukan
tangkai kayu
51
NEKARA

Nekara terbuat dari perunggu,


berbentuk seperti dandang
yang dipercayai sebagai bagian
bulan yang jatuh dari langit.
Nekara berfungsi sebagai
pelengkap upacara untuk
memohon turunnya hujan dan
sebagai genderang perang.
Zaman Besi
• Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.
SOAL
1. BUATLAH PETA KONSEP MENGENAI PENINGGALAN KEBUDAYAAN
ZAMAN PRAAKSARA SESUAI PERIODE PADA ZAMAN BATU.

SOAL KELOMPOK
1. Sebutkan paling sedikit 3 peralatan rumah tangga warisan nenek moyang
pada zaman batu!
2. Menurut kalian mana yang lebih tua antara kebudayaan Pacitan dengan
kebudayaan Ngandong?
3. Menurut kalian bukti apakah yang menunjukkan bahwa manusia purba
yang hidup pada zaman Mesolithikum sudah menetap, jelaskan!
4. Pada zaman batu muda (Neolithikum) telah terjadi revolusi kebudayaan.
Jelaskan dan berikan contohnya!
5. Jelaskan perbedaan antara Kjokkenmoddinger dengan Abris Sous Roche!
6. Jelaskan Persamaan antara Kjokkenmoddinger dengan Abris Sous Roche!

58

Anda mungkin juga menyukai