Anda di halaman 1dari 20

Latar Belakang

• Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute


pemberiaan secara oral. Rute oral ini paling disukai karena tingkat
kenyamanan dan kepatuhan pasien sangat baik.
• Pelepasan obat dengan segera dalam plasma darah dengan kadar
yang tinggi dapat mengakibatkan akumulasi kadar obat dalam darah
dan sering menimbulkan efek samping. Untuk mengurangi efek
samping dari obat dengan pertimbangan untuk mencegah akumulasi
kadar obat yang terlalu tinggi dalam darah secara tiba-tiba,
diperlukan suatu bentuk sediaan alternatif yang dapat digunakan
untuk mencegah hal tersebut (Shargel & Yu , 1999).
• Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang
dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh
secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya
lebih lama dan memperpanjang aksi obat.

• Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release)


dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal
menyajikan pelepasan sejumlah obat segera setelah
pemakaiannya, secara tepat menghasillkan efek terapeutik
yang diinginkan secara berangsur-angsur dan terus
menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk
mempelihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu
yang diperpanjang, biasanya 8 sampai 12 jam (Ansel dkk,
2005).
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pembuatan atau modifikasi sediaan tablet agar
menjadi sediaan lepas lambat / sustained release.
2. Bagaimanakah formula serta perbandingan bahan yang hendak
digunakan dalam pembuatan sediaan tablet sustained release.
3. Bagaimanakah evaluasi yang digunakan untuk menjamin mutu dari
sediaan tablet sustained release.
Sustained Release
Keuntungan dan Kerugian
a. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam a. Biaya produksi lebih mahal dibandingkan
darah sehingga efek farmakologisnya sediaan konvensional.
lebih stabil. b. Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar
b. Mengurangi frekuensi pemberian. obat dari sediaan obat dapat lepas secara
cepat apabila terjadi kegagalan formulasi.
c. Meningkatkan kepuasan dan c. Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis.
kenyamanan pasien.
d. Efektifitas pelepasan obat dipengruhi dan
d. Mengurangi efek samping yang dibatasi oleh lama tinggal di sistem saluran
merugikan dalam pengobatan. cerna.
e. Kondisi pasien lebih cepat terkontrol. e. Jika penderita mendapat reaksi samping
f. Meningkatkan bioavaibilitas pada obat atau secara tiba-tiba mengalami
keracunan, maka untuk menghentikan obat
beberapa obat. dari sistem tubuh akan lebih sulitt
g. Mengurangi biaya pemeliharaan dibandingkan dengan sediaan konvensional.
kesehatan karna lebih sedikit satuan f. Tidak baik digunakan untuk obat dengan
dosis yang harus digunakan. dosis besar (500 mg).
Praformulasi
Beberapa sifat fisika kimia yang berpengaruh dalam pembuatan
sediaan lepas lambat (Collet dan Moreton, 2002):

5.
2.
Ukuran Kelarutan
Molekul

1.
Dosis

4. 3.
Stabilitas Koefisien
Obat Partisi
Praformulasi
Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sediaan lepas lambat (Collet dan Moreton, 2002):

Absorbsi
Indeks terapetik
Volume distribusi

Durasi
Metabolisme
Formulasi Sediaan Lepas Lambat
Kandungan bahan aktif dan bahan non aktif dari bentuk sediaan lepas
lambat biasanya 2 kali atau lebih banyak dari sediaan lepas segera.
Sistem terkontrol
Sistem Monolitik membran atau Sistem Pompa
atau Matriks Reservoir osmotik
1. Matriks koloid hidrofilik membran berfungsi sebagai pengontrol Pelepasan obat dari sistem pompa
2. Matriks lipid atau polimer tidak larut kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan. osmotik dikontrol oleh suatu membran
Agar obat dapat berdifusi keluar maka yang mempunyai satu lubang (hole).
membran harus bersifat permeable terhadap Obat dimasukkan dalam suatu tablet
obat misalnya dengan hidrasi air di saluran inti yang bersifat larut air dan dapat
gastrointestinal, atau obat yang terlarut dalam melarutkan obat ketika kontak dengan
komponen membran seperti plasticizer air. Tablet ini disalut dengan suatu
membran semipermiabel (dapat
dilewati air yang masuk ke dalam tablet
inti dan malarutkannya). Ketika tablet
inti terlarut maka timbul tekanan
hidrostatik dan menekan larutan obat
keluar melewati lubang membran
Sistem Monolitik atau Matriks
1. Matriks koloid hidrofilik, partikel obat didispersikan dalam suatu
matriks yang larut (soluble matrix) dan obat dilepaskan ketika
matriks terlarut atau mengembang.
2. Matriks lipid atau polimer tidak larut, partikel obat didispersikan
dalam suatu matriks yang tidak larut (insoluble matrix) dan obat
dilepaskan ketika pelarut masuk ke dalam matriks dan melarutkan
partikel obat. Pelepasan obat tergantung kemampuan medium air
untuk melarutkan channeling agent sehingga membentuk matrik
porous dan berkelok-kelok. Partikel obat terlarut dalam medium air,
dan mengisi porous yang dibentuk channeling agent, berdifusi
keluar dari matriks.
Sistem Monolitik atau Matriks
• Beberapa matriks yang digunakan untuk tablet matriks :

Karakteristik Matriks Bahan

Inert dan Tidak Larut Polietilen, PVC, Kopolimer metil akrilat-metakrilat, Etilselulosa

Lemak karnauba
Erosif dan Tidak Larut - Stearilalkohol, as.stearat, PEG lemak kastor
- PEG monostearat trigliserida

Hidrofilik Metilselulosa, HEC, HPMC, Na-CMC,Karboksipolimetilen, Galaktomanosa, Na-alginat


Adapun kriteria respon tablet lepas lambat yang ditentukan untuk memperoleh
formula optimum (Banakar, 1991) adalah sebagai berikut:

Respon Batas Bawah (%) Batas Atas (%)

% Obat lepas 3 jam 25 50

% Obat lepas 6 jam 45 75


Formulasi Tablet Ibuprofen Sustained Release
1. Ibuprifen : zat berkhasiat
2. Xanthan Gum : sebagai matrik hidrofilik.
3. Locus Bean Gum : sebagai matrik, baik xanthan gum maupun locust
bean gum tidak bisa membentuk gel bila berada sendiri, akan tetapi
bila keduanya digabungkan akan terbentuk crosslinking yang
menghasilkan gel yang kuat. kombinasi kedua matriks ini
menyebabkan terbentuknya gel yang dapat menghambat pelepasan
zat aktif bila terkena air.
Formulasi Tablet Ibuprofen Sustained Release
4. Avicel PH 101 : digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat, pelicin
dan sekaligus berfungsi sebagai bahan penghancur pada sediaan
tablet.
5. Magnesium Stearat : sebagai lubrikan atau pelincir pada proses
pembuatan tablet.
6. Polivinilpirolidon K-30 (PVP K-30) : sebagai solubilizing agent
sekaligus binder atau pengikat pada formula tablet.
Formulasi Tablet Ibuprofen Sustained Release
Jumlah Bahan dalam Formula (mg)
Bahan
F1 F2 F3 Fnew

Ibuprofen 400 400 400 400

Locust Bean Gum 15 30 0 15

Xanthan Gum 15 30 0 30

Avicel PH101 92 50 0 65

PVP K-30 18 30 305,06 30

Talk 54 54 24 54

Mg-stearat 6 6 0 6

Caragenan 0 0 4,16 0

Kalsium Sulfat 0 0 2,80 0

Laktosa 0 0 164 0

TOTAL 600 600 900 600


Metode dan Cara Pembuatan
• Pembuatan tablet lepas lambat ibuprofen dilakukan dengan sistem
kombinasi matriks.
• Metode yang digunakan adalah granulasi basah. PVP-K30 dilarutkan
dengan aquades, carrageenan dan kalsium sulfat dicampur sampai
homogen, ditambahkan ibuprofen dan laktosa. Larutan PVP-K30
dituang ke dalam campuran sedikit demi sedikit sampai diperoleh
massa granul, kemudian diayak dengan mesh 16 sampai diperoleh
granul basah. dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50°C
sampai didapat kelembab granul 2- 5%. Granul kering diayak mesh 20,
ditambahkan talk sampai homogen (pembuatan formula 3).
Metode dan Cara Pembuatan
• Granul ibuprofen dibuat dengan kombinasi matriks (xanthan gum-locust bean
gum), Avicel PH 101 dicampur hingga merata. Campuran tersebut ditambahkan
dengan PVP K30 yang telah dilarutkan dalam air pada konsentrasi tertentu
(konsentrasi larutan PVP K-30 untuk tingkat rendah = 24%; tingkat tinggi = 40%),
dicampur sampai terbentuk massa granul, diayak dengan pengayak mesh 16 dan
dikeringkan dengan oven pada suhu 55 oC selama 1 jam. Granul kering diayak lagi
dengan pengayak mesh 18, ditambahkan magnesium stearat dan talk yang
jumlahnya telah direkonsiliasi dengan berat granul kering, dicampur merata dan
dilakukan pengamatan sifat fisik granul. Campuran ditablet dengan bobot 600 mg
per tablet. Pentabletan dilakukan dengan kekerasan yang sama pada semua
formula (F1 dan F2).
Keragaman Keseragaman
Bobot Tablet. ukuran tablet Kekerasan
(Departemen (Departemen tablet
Kesehatan RI, Kesehatan RI, (Ben, 2008)
1995) 1979)

Kerapuhan Disolusi
Desintegrasi
Tablet Tablet (Ben,
(Depkes RI,
2008; Depkes
(Ben, 2008) 1979)
RI, 1995)
TERIMA KASIH ….
End of Slide

Anda mungkin juga menyukai