Anda di halaman 1dari 51

INTERPRETASI DATA KLINIK

ELEKTROLIT TUBUH

Juventia Yap

ZAT TERLARUT
Mia Mai Sara

Nurul Fikriyah

ELEKTROLIT
Rizka Meidhika

Sri Wulandari

Qiyamulhaq
KATION
Widia Meitri Sari

DOSEN PEMBIMBING :

DR. MEIRIZA DJOHARI. M.KES APT


SUB BAHASAN

Anatomi Fisiologi dari elektrolit tubuh

Pemeriksaan Elektrolit

Keseimbangan asam basa

Pemeriksaan Laboratorim Elektrolit


KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

ZAT
PELARUT
TERLARUT

Elektrolit Non Elektrolit

Anion Kation
Glukosa, Urea Dlll
KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH

Cairan intraseluler
Elektrolit dan Air

Cairan ekstraseluler
KOMPARTEMEN CAIRAN
KOMPARTEMEN TUBUH
CAIRAN TUBUH

Cairan
Cairan Pada Orang
Intraseluler
Ekstraseluler Dewasa
Cairan yang
terdapat didalam Cairan yang terdapat
sel dengan diluar dengan jumlah 60% dari
jumlah sekitar sekitar 20% dari berat berat badan
40% dari berat badan,dan berperan adalah air
badan dan dalam memberi bahan (cairan dan
merupakan makanan bagi sel dan
mengeluarkan sampah elektrolit).
bagian dari
protoplasma.Pada sisa metabolisme
intarseluler ini
terjadi proses
metabolisme.
Pengaturan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh:

ginjal kulit Paru Gastrointestinal

ADH Aldosteron Prostaglandin Glukokortikoid


ELEKTROLIT
Elektrolit adalah senyawa didalam larutan yang berdisosiasi
menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif.
Komposisi Elektrolit
EKSTRASELULAR
INTRASELULAR
MEQ/L PLASMA DARAH INTERSTISIAL
KATION
Na+ 15 142 144
K+ 150 4 4
Ca++ 2 5 2.5
Mg++ 27 3 1.5
ANION
Cl- 1 103 114
HCO3- 10 27 30
HPO4= 100 2 2
SO4= 20 1 1
Asam organik - 5 5
Protein 63 16 6
Pemeriksaan Elektrolit

• 1. Natrium
Natrium merupakan kation yang banyak terda
pat di dalam cairan ekstraseluler. Berperan dal
am memelihara tekanan osmotik, keseimbang
an asam basa dan membantu rangkaian trenmi
si implus saraf. Konsentrasi serum natrium dia
tur oleh ginjal, sistem saraf pusat dan sistem e
ndokrin
Nilai normal
• Serum bayi : 134-150 mmol/L
• Serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
• Urin anak dan dewasa : 40- 220 mmol/24 jam
• Cairan cerebrospinal : 136- 150 mml/L
• Feses : < 10 mmol/Hari
Implikasi
Klinik Natrium

Hiponatremia
Konsentrsi natrium serum dibawah 135-
145 mmol/L

Hipernatremia

Peningkatan konsentrasi dalam serum diatas kisaran


rujukan135 – 145mmol/L .
2. Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan ekstraselul


er, (bersama bikarbonat ) berfungsi buffer utama.
Nilai normal
Nilai bayi : 3,6-5,8 mmol/L
Serum anak : 3,5 – 5,5 mmol/L
Serum dewasa : 3,5 – 5,3 mmol/L
Urin anak : 17 -57 mmol/24 jam
Urin dewasa : 40 -80 mmol/24 jam
Cairan lambung : 10mmol/L
Implikasi Klinik kalium

Hipokalemia

Bila kadar kalium dalam serum darah kurang dari; 3,5mEq/L .

Kondisi hipokalemia akan lebih berat pada diare,


muntah, luka bakar parah, aldosteron primer, Hipokalemia mungkin sulit untuk dikoreksi
Garam kalium klorida (KCl) lebih banyak
asidosis tubular ginjal, diuretik, steroid, cisplatin, dengan penambahan KCl jika pasien juga
digunakan untuk pengobatan hipokalemia
tikarsilin, stres yang kronik, penyakit hati dengan mengalami hypomagnesemia
asites, terapi amfoterisin
Implikasi Klinik kalium

Hiperkalemia
Bila kadar kalium > 5,3mEq/L . Penggunaan obat; pemberian
penisilin kalium secara IV
Faktor yang mempengaruhi penurunan ekskresi kalium mungkin menjadi penyebab
Faktor pengganggu hiperkalemia; penisilin natrium
yaitu: gagal ginjal, kerusakan sel (luka bakar, operasi), dapat menyebabkan
asidosis, penyakit Addison, diabetes yang tidak peningkatan ekskresi kalium
terkontrol dan transfusi sel darah merah.
• Beberapa obat dapat Penurunan kadar kalium
menyebabkan peningkatan sebesar 0,4 mEq/L bisa terjadi
kadar kalium seperti penisilin setelah pemberian insulin.
natrium, diuretik hemat kalium Namun manifestasi klinisnya
(spironolakton), ACEI, NSAID tidak bermakna
3. Klorida

Anion klorida terdapat di


dalam cairan ekstraseluler.
Klorida berperan penting Nilai normal
dalam memelihara
Serum bayi baru lahir : 94- 112mmol/L
keseimbangan asam basa Serum anak : 98-105 mmol/L
Tubuh dan cairan melalui pengat Serum dewasa
Keringat anak
: 95-105 mmol/L
: <50 mmol
uran tekanan osmotis. Keringat dewasa : < 60 mmol
Urin :110-250 mmol/24 jam
Feses : 2 mmol/24 jam
Implikasi Klinik klorida

Nilai kritis klorida: < 70 atau 120 mEq/ L atau mmol/L

Hipoklorinemia
Penurunan konsentrasi klorida dalam serum dapat disebab
kan oleh muntah, gastritis, diuresis yang agresif, luka bakar,
kelelahan, diabetic asidosis, infeksi akut.

hiperklorinemia
Peningkatan konsentrasi klorida dalam serum dapat terjadi
karena dehidrasi, hiperventilasi, asidosis metabolik dan pen
yakit ginjal.
4.3.Calsium
klorida
Kation calsium terlibat dalam kontraksi otot, fungsi jantung, trans
misi implus saraf dan pembekuan darah.
Nilai normal : 8,8 – 10,4 mg/dl
SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L

Lebih kurang 98-99% dari kalsium dalam tubuh terdapat


dalam rangka dan gigi. Sejumlah 50% dari kalsium dalam
darah terdapat dalam bentuk ion bebas dan sisanya terikat
dengan protein. Hanya kalsium dalam bentuk ion bebas
yang dapat digunakan dalam proses fungsional. Penurunan
konsentrasi serum albumin 1 g/dL menurunkan
konsentrasi total serum kalsium lebih kurang 0,8 mEq/dL.
Implikasi Klinik kalsium
Nilai normal : 8,8 – 10,4 mg/dL ; SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L

Hipokalsemia
dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis, osteomal
asia, penggantian kalsium yang tidak mencukupi, pengguna
an laksatif, furosemide, dan pemberian kalsitonin

Hiperkalsemia
terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau neoplasma
(kanker).
5. Fosfor anorganik (PO4)
3. klorida
Fosfat dibutuhkan untuk pembentukan jaringan tulang, metabolisme
glukosa dan lemak, pemeliharaan keseimbangan asam-basa serta pe
nyimpanan dan transfer energi dalam tubuh.

• Hiperfosfatemia dapat terjadi pada gangguan fungsi ginjal,

Implikasi uremia, kelebihan asupan fosfat, hipoparatiroidisme,


hipokalsemia, kelebihan asupan vitamin D, tumor tulang,
respiratori asidosis.

klinik: • Hipofosfatemia dapat terjadi pada hiperparatiroidisme,


koma diabetik, hyperinsulinisme, antasida, tahap-tahap
diuretik pada luka bakar parah dan respiratori alkalosis.
5. Magnesium (Mg2+)

• Magnesium penting dalam mempertahankan aktivitas neuromuskular , metabolisme karb


ohidrat dan protein, serta aktivasi beberapa enzim intraseluler.
• Setelah kalium, magnesium merupakan kation terbanyak dalam cairan intraseluler.

Nilai normal : 1,7 - 2,3 mg/dL (1,5-2,5 mEq/l)


SI unit : 0,85 – 1,15 mmol/L
Implikasi Klinik Magnesium

hipomagnesemia

Hipomagnesemia dapat
terjadi pada diare,
hemodialisis, sindrom Defisiensi magnesium
malabsorbsi obat (kondisi dapat menyebabkan
Hipomagnesia
tersebut mengganggu hipokalemia yang tidak
menyebabkan aritmia
absorbsi tiazid, jelas dan menyebabkan
ventrikuler.
amfoterisin B, cisplatin), iritabilitas neuromuskular
laktasi, pankreatitis akut, yang parah.
menyusui, alkoholik
kronik
Implikasi Klinik Magnesium

hipermagnesemia

Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, diabetik asidosis, pemberian dosis
magnesium (antasida) yang besar, insufi siensi ginjal, hipotiroidisme dan dehidrasi

Faktor pengganggu

• Terapi salisilat, litium dan produk magnesium jangka panjang (misalnya:


antasida, laksatif) dapat menyebabkan peningkatan kadar magnesium
false, khususnya jika terjadi kerusakan ginjal
• Kalsium glukonat, seperti juga sejumlah obat lain, dapat mengganggu
metode pemeriksaan dan menyebabkan penurunan hasil.
• Hemolisis akan memberikan hasil invalid, karena sekitar tiga per empat
magnesium dalam darah ditemukan pada intrasel darah merah.
Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan dan
elektrolit

Jenis
Usia Stres
kelamin

Temperatur Pengobat
Lingkungan
Diet Sakit an
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem dapar.
Penilaian status asam basa dilakukan dengan mengukur [H+], [HCO3-], dan PCO2 yang merupakan
komponen-komponen sistem dapar bikarbonat dalam plasma.

Menambah H+, mengeluarkan bikarbonat, atau


meningkatkan PCO2 akan menimbulkan efek yang sama,
yaitu suatu kenaikan [H+].

Mengeluarkan H+, menambah bikarbonat, atau


menurunkan PCO2 akan menyebabkan [H+] berkurang.
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Penyimpangan dari status normal asam-basa dibagi menjadi empat kategori,


bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+]. Kategori-katego
ri tersebut adalah asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabo
lik, alkalosis metabolic (Sherwood, 2009).
GANGGUAN ASAM BASA
Asidosis Respiratorik Asidosis metabolik

• Suatu keadaan yang disebabkan • Suatu keadaan kehilangan basa


oleh karna kegagalan sistem atau terjadi penumpukan asam.
pernapasan membuang CO2 keadaan ini ditandai dengan
dari cairan tubuh.Hal tersebut adanya penurunan pH kurang
mengakibatkan terjadinya dari 7,35 dan HCO3 Kurang dari
kerusakan pada pernapasan 22 mEq /L.
,peningkatan PC02 arteri diatas
45 mmHg dan Penurunan pada
Ph yakni kurang dari 7,35.
keadaan ini disebabkan oleh
adanya penyakit obstruksi
,trauma kepala dan pendarahan
ALKALOSIS Respiratorik ALKALOSIS metabolik
• Suatu keadaan kehilangan CO2 dari
paru paru yang dapat
• Suatu keadaan
menimbulkan terjadinya PaCO2 kehilangan ion
arteri kurang dari 35 mmHg, ph Hidrogen atau
lebih dari dari 7,45. keadaan ini
dapat disebabkan oleh karna penambahan bada
adanya hiperventilasi, kecemasan, pada cairan tubuh
emboli paru-paru , dll
dengan adanya
peningkatan
bikarbonat plasma
lebih dari 26 meQ/L
dan pH arteri lebih
dari 7,45.
Secara umum keadaan asam basa
dapat dilihat pada tabel berikut :
ANALISA GAS DARAH(AGD)

Analisis dilakukan untuk evaluasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan untuk me
ngetahui status asam basa. Pemeriksaan dapat dilakukan pada pembuluh arteri untuk mel
ihat keadaan pH, pCO2, pO2, dan SaO2 (Indrawaty, 2011).

– Indikasi umum:
a) Abnormalitas pertukaran gas
o Penyakit paru akut dan kronis
o Gagal nafas akut
o Penyakit jantung
o Pemeriksaan keadaan pulmoner (rest dan exercise)
o Gangguan tidur
b) Gangguan asam basa
o Asidosis metabolik
o Alkalosis metabolik
Saturasi Oksigen (SaO2)
Nilai Normal: 95-99% O2
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total
oksigen yang terikat pada hemoglobin.
– Implikasi Klinik:
• Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin
dan kecukupan oksigen pada jaringan
• Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen
yang terikat pada hemoglobin.
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2)
Nilai normal (: 75-100 mmHg )SI : 10-13,3 kPa

PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah O2 yang terlarut dalam plasma.
Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.
Implikasi Klinik:
– Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecukupan
oksigen pada jaringan
– Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat
pada hemoglobin.
– Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh:
nasal prongs, alat ventilasi mekanik), hiperventilasi, dan polisitemia (peningkatan sel darah
merah dan daya angkut oksigen).
Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2)
Nilai normal : 35-45 mmHg SI : 4,7-6,0 kPa

PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 yang terlarut dalam plasma.
Dapat digunakan untuk menentukan efektifi tas ventilasi alveolar dan keadaan asam-
basa dalam darah.
Implikasi Klinik:
– Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli
paru.
– Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi
pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mgHg perlu mendapat perhatian.
– Umumnya, peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
pH
Nilai normal : 7,35-7,45
Nilai kritis: < 7,25 atau >7,55

serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumberion hidrogen


dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam
keto)
Implikasi Klinik:
• Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan
pembentukan asam)
• Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
• Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk
memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam
basa.
Karbon Dioksida (CO2)
Nilai normal : 22 - 32 mEq/L SI unit : 22 - 32 mmol/L

Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ionbikarbonat (HCO3 -1), 5% sebagai larutan
gas CO2 terlarut dan asam karbonat (H2CO3). Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu
larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan
diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
– Implikasi klinik:
• Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme
• Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetic asidosis dan hiperventilasi
Anion Gap (AG)
Nilai normal : 13-17 mEq/L
Deskripsi:
– Anion gap digunakan untuk mendiagnosa asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan
elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur.
Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+, anion yang tidak terukur
meliputi protein, fosfat sulfat dan asam organik.
IMPLIKASI KLINIK
– Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler
atau pada pemberian penisilin dosis besar.
– Anion gap yang tinggi dengan pH rendah akibat asupan metanol, uremia, asidosis laktat,
etilen glikol, dan ketoasidosis
– Anion gap yang rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia,
hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Spesimen

[H+] dan PCO2 diukur langsung dalam sampel darah arteri. Sampel
ini biasanya diambil dari arteri brakialis atau arteri radialis dan di
masukkan ke dalam spuit yang berisi sejumlah kecil heparin
sebagai antikoagulan.
Alat penganalisa Gas Darah
Sampel dimasukkan ke dalam instrumen ana
lisis yang menggunakan elektroda untuk me
ngukur konsentrasi ion hidrogen (H +), yang
akan diolah dengan hasil sebagai pH, dan tek
anan parsial oksigen [PO2] dan gas karbondi
oksida.

ABL8000

Portable analyzer blood gas


Alat analisis gas darah portable tersedia yang dapat di
gunakan langsung disamping pasien. Alat analisis gas
darah ini menghitung konsentrasi bikarbonat, kandung
an oksigen, karbon dioksida total , Base excess dan
persentase saturasi oksigen hemoglobin.

Nilai-nilai ini digunakan oleh dokter untuk menilai ting


kat hipoksia dan ketidakseimbangan asam-basa

Nilai Normal Gas Darah


ISE(Ion Selective Electrode)

FES(Flame Emission
Spectrofotometry)

Pemeriksaan dengan
spektrofotometer berdasarkan
Metode Pemeriksaan aktivasi enzim

Elektrolit AAS(Atomic Absorption


Spectrophotometry)

Metode titrasi merkurimete

Metode titrasi koloriimetrik


amperometrik
1. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif
(Ion Selective Electrode/ISE)

Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida


Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang dari
1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu
yang baik.

ISE DIREC:
ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel plasma, serum dan darah utuh.

ISE INDIRECT
Memeriksa sampel yang sudah diencerkan
Prinsip ISE
menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak
diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya.

Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel

Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion


sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.

Perubahan potensial membran ini diukur dan dihitung , hasilnya kemudian


dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat.
SPOTCHEM EL SE-1520

E-Plate Eksklusif digunakan untuk mengukur Na, K dan Cl secara


bersamaan
2. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala
(Flame Emission Spectrofotometry/FES)

PRINSIP :
sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang
berisi litium atau sesium, kemudian dihisap dan
dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium, kalium,
litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu.
Natrium (kuning) : 589 nm
pengukuran kadar natrium dan kalium.
Kalium (ungu) : 768 nm
Pancaran cahaya akibat pemanasan ion
dipisahkan dengan filter dan dibawa ke detektor
sinar.
3. Pemeriksaan Dengan Spektrofotometer Berdasarkan
Aktivasi Enzim

Pemeriksaan kadar natrium, kalium, klorida

• yaitu aktivasi enzim beta-galaktosidase oleh ion natrium untuk menghidrolisis


Prinsip pemeriksaan substrat o-nitrophenyl-β- D-galaktipyranoside (ONPG). Jumlah galaktosa dan
Prinsip
pemeriksaan o- nitrofenol yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 420 nm.
Natrium

Prinsip pemeriksaan
• dengan metode spektrofotometer adalah ion K+ mengaktivasi enzim
Prinsip tryptophanase
pemeriksaan
kalium

• dengan metode spektrofotometer adalah reaksi klorida dengan merkuri


thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion thiosianat. Ion thiosianat
Prinsip
pemeriksaan bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang gelombang 480 nm.
klorida
4. Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan
(Atomic Absorption Spectrophotometry/ AAS)

PRINSIP : – Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan


adalah teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat
sinar dari hollow cathode dan cahaya yang ditimbulkan
diukur sebagai level energi yang paling rendah.
– Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia
(atom) dan ditempatkan pada ground state (atom netral).

Metode spektrofotometer atom serapan mempunyai


sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan
metode spektrofotometer nyala emisi.
Skyray Instruments USA,
5. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan MetodeTitrasi
Merkurimeter

Nama Pemeriksaan Pemeriksaan kadar klorida

Metode Titrasi Merkurimeter


Prinsip Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan
merkuri nitrat, dengan penambahan diphenylcarbazone
sebagai indikator. Hg2+ yang bebas, bersama klorida
membentuk larutan merkuri klorida yang tidak terionisasi.
Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone
membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Titik
akhir dari titrasi adalah saat mulai timbul perubahan warna.
6. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode
Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik

Nama Pemeriksaan Pemeriksaan kadar klorida

Metode Titrasi Kolorimetrik-Amperometrik


Prinsip Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi
kolorimetrik-amperometrik bergantung pada generasi Ag+
dari elektroda perak yang konstan dan pada reaksi dengan
klorida membentuk klorida perak yang tidak larut. Interval
waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida pada
sampel.
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Spesimen

[H+] dan PCO2 diukur langsung dalam sampel darah arteri. Sampel
ini biasanya diambil dari arteri brakialis atau arteri radialis dan di
masukkan ke dalam spuit yang berisi sejumlah kecil heparin
sebagai antikoagulan.
Alat penganalisa Gas Darah
Sampel dimasukkan ke dalam instrumen ana
lisis yang menggunakan elektroda untuk me
ngukur konsentrasi ion hidrogen (H +), yang
akan diolah dengan hasil sebagai pH, dan tek
anan parsial oksigen [PO2] dan gas karbondi
oksida.

ABL8000

Portable analyzer blood gas


Alat analisis gas darah portable tersedia yang dapat di
gunakan langsung disamping pasien. Alat analisis gas
darah ini menghitung konsentrasi bikarbonat, kandung
an oksigen, karbon dioksida total , Base excess dan
persentase saturasi oksigen hemoglobin.

Nilai-nilai ini digunakan oleh dokter untuk menilai ting


kat hipoksia dan ketidakseimbangan asam-basa

Nilai Normal Gas Darah

Anda mungkin juga menyukai