Anda di halaman 1dari 40

1

KOMPETENSI BIDAN DALAM


MELAKUKAN PELAYANAN KEBIDANAN

Ikatan Bidan Indonesia


Sumatera Utara

By: Idau Ginting, SST, M.Kes


Medan, 14 April 2018
Bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Praktik Mandiri
Bidan

Tempat pelaksanaan
rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang
dilakukan oleh Bidan
secara perorangan
adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan
Fasilitas kesehatan, baik promotif,
Pelayanan preventif, kuratif, maupun
Kesehatan rehabilitatif yang
dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau
masyarakat
Masalah Pelayanan
Kebidanan
1.AKI dan AKB Masih tinggi
2.Kualitas pendidikan dan
pelayanan kebidanan belum
optimal
3.Kualitas dan kualifikasi SDM
Bidan masih perlu ditingkatkan
4.Sarana prasarana belum
memadai
5.Distribusi bidan belum merata
Pasal-Pasal
yang terkait
dengan
pelayanan
kebidanan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 5
 (1)
Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.

 (2)
Setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
Pasal 32
 (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
 (2) Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak
pasien dan/atau meminta uang muka.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG
KESEHATAN

Pasal 1
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.

2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap


orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
Pasal 44
 Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik wajib memiliki STR.

 STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat


diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.

 Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) meliputi:
 a. memiliki STR lama;
 b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
 c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
 d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi;
 e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau
vokasi di bidangnya; dan
 f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan,
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki
izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik
Pasal 47

Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik


mandiri harus memasang papan nama praktik.

Didukung Permenkes no. 28 tahun 2017,


dimana Praktik Mandiri Bidan harus
memasang papan nama pada bagian atau
ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh
masyarakat umum dengan ukuran 60x90 cm
dasar papan nama berwarna putih dan tulisan
berwarna hitam. Papan nama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan
waktu pelayanan.
Pasal 59

(1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan


praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib memberikan pertolongan pertama
kepada Penerima Pelayanan Kesehatan
dalam keadaan gawat darurat dan/atau
pada bencana untuk penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan.

Di dukung oleh Permenkes no. 28 tahun


2017 kewenangan bidan dalam Penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan.
Pasal 62

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan


praktik harus dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada
Kompetensi yang dimilikinya.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2017
TENTANG
IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga
kebidanan.

Pasal 3
Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan
praktik keprofesiannya, diperoleh setelah Bidan memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dan berlaku selama 5 (lima) tahun.
Lanjutan,,

Pasal 5
(1) Bidan yang menjalankan Pasal 6
praktik keprofesiannya (1) Bidan hanya
wajib memiliki SIPB. dapat memiliki
(2) SIPB sebagaimana paling banyak 2
dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada Bidan (dua) SIPB
yang telah memiliki STRB.
(3) SIPB sebagaimana
dimaksud Permohonan
pada ayat (1) berlaku SIPB kedua,
untuk 1
(satu) Fasilitas Pelayanan harus dilakukan
Kesehatan. dengan
(4) SIPB sebagaimana menunjukan
dimaksud SIPB pertama.
17

pada ayat (1) berlaku


selama
Lanjutan

Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus


mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dengan
melampirkan:

a. Fotokopi STRB yang masih berlaku dan


dilegalisasi asli;
b. Surat keterangan sehat dari dokter yang
memiliki surat izin praktik;
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. Surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tempat Bidan akan
berpraktik;
e. Pas foto terbaru dan berwarna dengan
ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat; 18
g. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
Pasal 15

(1) Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan


secara mandiri dan/atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
(2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa Praktik Mandiri
Bidan.
(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Klinik;
b. Puskesmas; c. Rumah sakit; dan/atau d.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Pasal 16

Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan berupa puskesmas, meliputi :

a.Bidan yang melakukan praktik


kebidanannya di puskesmas;
b.Bidan desa merupakan Bidan yang memiliki
SIPB di puskesmas, dan bertempat tinggal
serta mendapatkan penugasan untuk
melaksanakan Praktik Kebidanan dari
Pemerintah Daerah pada satu
desa/kelurahan dalam wilayah kerja
puskesmas yang bersangkutan
Pasal 17

Bidan desa dapat mengajukan Permohonan


SIPB kedua berupa Praktik Mandiri Bidan,
selama memenuhi persyaratan
Ketentuan:
a.Lokasi Praktik Mandiri Bidan yang diajukan,
berada pada satu desa/kelurahan sesuai
dengan tempat tinggal dan penugasan dari
Pemerintah Daerah;
b.Memiliki tempat Praktik Mandiri Bidan
tersendiri yang tidak bergabung dengan
tempat praktik Bidan desa; dan
c. Waktu Praktik Mandiri Bidan yang diajukan,
tidak bersamaan dengan waktu pelayanan
praktik Bidan desa
Pasal 18
Kewenangan Bidan dalam Permenkes no. 28
tahun 2017 adalah:

a. Pelayanan kesehatan ibu;


b. Pelayanan kesehatan anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan
keluarga berencana.
Pasal 19

Pelayanan kesehatan ibu


(1)Diberikan pada masa sebelum hamil, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
(2)Pelayanan kesehatan ibu meliputi
pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua
kehamilan.
Bidan berwenang melakukan :
a. Episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan
dengan perujukan;
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu
hamil;
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu
nifas; fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu
dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif
kala tiga dan postpartum;
h. Penyuluhan dan konseling,bimbingan pada
kelompok ibu hamil; dan
i. Pemberian surat keterangan kehamilan dan
kelahiran.
Pasal 20

Pelayanan Kesehatan
Anak

1. Pelayanan neonatal esensial;


2. Penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan;
3. Pemantauan tumbuh kembang bayi,
anak balita, dan anak prasekolah;
4. Konseling dan penyuluhan
Pelayanan neonatal
esensial meliputi :
1. Inisiasi menyusui dini,
2. Pemotongan dan perawatan tali pusat,
3. Pemberian suntikan Vit K1,
4. Pemberian imunisasi HB0,
5. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
6. Pemantauan tanda bahaya,
7. Pemberian tanda identitas diri, dan
8. Merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat
waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang lebih mampu
Kewenangan Bidan dalam Penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan meliputi:

a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui


pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan
positif, dan/atau kompresi jantung;
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru
lahir dengan BBLR melalui penggunaan selimut
atau fasilitasi dengan cara menghangatkan
tubuh bayi dengan metode kangguru;
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan
mengoleskan alkohol atau povidon iodine serta
menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;
dan
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada
bayi baru lahir dengan infeksi gonore (GO).
Kewenangan Bidan dalam Pemantauan tumbuh
kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
meliputi:

1. Penimbangan berat badan,


2. Pengukuran lingkar kepala,
3. Pengukuran tinggi badan,
4. Stimulasi deteksi dini, dan
5. Intervensi dini peyimpangan tumbuh
kembang balita dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)
Konseling dan penyuluhan meliputi

Pemberian komunikasi, informasi,


edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga
tentang:
 Perawatan bayi baru lahir,
 ASI eksklusif,
 Tanda bahaya pada bayi baru lahir,
 Pelayanan kesehatan,
 Imunisasi, gizi seimbang,
 PHBS, dan
 Tumbuh kembang.
Pasal 21

Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan


dan keluarga berencana, bidan berwenang
memberikan:

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan


reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan
suntikan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
KESEHATAN

Pasal 2
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal


sesuai
standar;
b. Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan
persalinan
sesuai standar;
c. Setiap bayi baru lahir mendapatkan
pelayanankesehatan
sesuai standar;
d. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil kepada
semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu kehamilan.
Pelayanan antenatal sesuai standar
adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil minimal 4 kali
selama kehamilan dengan jadwal
satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga yang
dilakukan oleh Bidan dan atau
Dokter dan atau Dokter Spesialis
Kebidanan baik yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR).
Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah
pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi
kriteria 10 T yaitu :

 a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;


 b) Ukur tekanan darah;
 c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
 d) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
 e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);
 f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
 g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
 h) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada
indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan
trimester kehamilan.
 i) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
 j) Temu wicara (konseling)
APA YANG
HARUS
DILAKUKAN ?
Kenali, Cintai, Peduli,
dan berkontribusi
untuk peningkatan
kualitas pelayanan
Kebidanan di
Indonesia

Jadilah agen
perubahan!
John F Kennedy (1961)
All of this will not be finished in the first 100 days.
Nor will it be finished in the first 1,000 days, not in
the life of your Administration, nor even perhaps in
our lifetime on this planet. But let us begin.

Semua ini tidak akan selesai dalam 100


hari pertama. Dan tidak akan selesai
dalam 1.000 hari pertama, tidak dalam
administrasi kehidupan kita, atau bahkan
mungkin sepanjang hidup kita di planet
ini...... Tapi mari kita mulai !
40

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai