PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL

METODE TACHYMETRI

KELOMPOK 12

NISRINA MUTHIA
GEMA DWIKI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
 PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL
METODE TACHYMETRI

PENGUKURAN YANG MENGGUNAKAN

ALAT OPTIS, ELEKTRONIS, DAN DIGITAL.
PENGENALAN LETAK ALAT DI ATAS TITIK IKAT DAN
PENEMPATAN RAMBU DI TITIK BIDIK.

MENGHASILKAN TITIK-TITIK DETAIL

TUJUAN YANG TERSEBAR DI PERMUKAAN
BUMI YANG MENGGAMBARKAN
SITUASI DAERAH PENGUKURAN.

DI EROPA DIKENAL DENGAN NAMA

METODE STADIA YAITU CARA CEPAT
SEJARAH
DAN EFISIEN DALAM MENGUKUR
JARAK YANG CUKUP TELITI.
 PENGUKURAN PENGUKURAN
TACHYMETRI UNTUK TITIK TACHYMETRI UNTUK TITIK
BIDIK HORIZONTAL BIDIKAN
F1 = jarak bayangan atauMIRING
jarak dari pusat
(titik simpul) lensa obyektif ke bidang
benang silang sewaktu teropong terpumpun
pada suatu titik tertentu.
𝒅 obyek
F2 = jarak 𝑹 atau jarak dari pusat𝒇(titik
= titik
simpul) dengan 𝒂𝒕𝒂𝒖
tertentu𝒅sewaktu
=𝑹
teropong 𝒇 terpumpun
𝒊 pada suatu titik 𝒊itu.
𝒇 besar, maka
Bila f2 tak terhingga atau amat
f1 = f. 𝒅𝒂𝒏 𝑫 = 𝑹 + 𝑪
i. = selang antara benang –𝒊benang Stadia.
f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadia
interval factor).
c = jarak dari pusat instrumen (sumbu I) ke
pusat lensa obyektif. Harga c sedikit beragam
sewaktu lensa obyektif bergerak masuk atau
𝟏𝟎𝟎′untuk
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒓 = 𝒅𝑨𝑩 =keluar 𝑩𝑨 − 𝑩𝑩 𝒄𝒐𝒔berbeda,
pembidikan 𝟐𝒎 tetapi
biasa
′ 𝑩𝑨 dianggap tetapan.
𝑩𝒆𝒅𝒂 𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 = 𝑫 𝑯𝑨𝑩 = 𝟓𝟎 − 𝑩𝑩 × 𝒔𝒊𝒏 𝟐𝒎 + 𝒊 − 𝒕
C = c + f. C disebut tetapan stadia, walaupun
sedikit berubah karena c
d. = jarak dari titik pumpun di depan
𝒎 = 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒎𝒊𝒓𝒊𝒏𝒈
teropong ke rambu.
𝒕 =D 𝑩𝑻
= C + d = jarak dari pusat instrumen ke
permukaan rambu
 FEET
BENTUK BATANG

RAMBU
PERSEPULUHAN
BENTUK LIPATAN
TACHYMETRI

PERSERATUSAN
BENTUK POTONGAN

SEBUAH ALAT YANG DITEMPATKAN

BUSUR PADA BEBERAPA TRANSIT DAN
BEAMAN ALIDADE UNTUK MEMUDAHKAN
HITUNGAN-HITUNGAN TACHYMETRI

MEMAKAI SEBUAH GARIS

TACHYMETRI HORIZONTAL TETAP PADA SEBUAH
DIAFRAGMA DAN GARIS HORIZONTAL
SWA-REDUKSI
LAINNYA PADA DIAFRAGMA YANG
DAPAT BERGERAK
 POLIGON TRANSIT-OPTIS, JARAK,
POLIGON
SUDUT HORIZONTAL DAN SUDUT
TACHYMETRI
VERTIKAL DIUKUR PADA SETIAP TITIK.

SIPAT DATAR TI (TINGGI INSTRUMEN DI ATAS DATUM)

DITENTUKAN DENGAN MEMBIDIK PADA
TACHYMETRI
STASIUN YANG DIKETAHUI.

PEMBUATAN 1. PETA TOPOGRAFI CARA TACHYMETRI.

PETA UNSUR PENTINGNYA ADALAH UNSUR KETINGGIAN
TOPOGRAFI ( DISAJIKAN DALAM BENTUK KONTUR )
a. Menggunakan alat theodolite berkompas
b. PETA
2. Data yang harusMENGGUNAKAN
TOPOGRAFI diamati adalah azimuth
THEODOLITE
magnet, benang atas, tengah dan bawah,
BERKOMPAS
3. sudut
Penempatan
PETA miring
TOPOGRAFI dan
alat ukur tinggi
diatas
CARA alat.
titik ikat dan
POLAR
4. PETA TOPOGRAFI CARA POLIGON KOMPAS
c. Seluruh
penempatan
Unsur yang data
rambu
diukur dicatat pada
: di titik buku ukur
bidik.
Letak titik kerangka dasar pemetaan berjauhan,
a. Azimuth sehingga
magnetis diperlukan
titik ikat titik
ke titik detail
penolong yang banyak. Untuk b.memperoleh posisiatas,
Bacaan benang horizontal
bawahdan danvertical
tengah di titik
penolong ada dua hitungan yaitu Hitungan
c. Sudut Poligon
miring dan Hitungan
dan tinggi alat Beda Tinggi.
 PERBANDINGAN GALAT ( RATIO OF
𝟏 𝟏
KESAKSAMAAN ERROR) s/d DAPAT DIPEROLEH
𝟑𝟎𝟎 𝟑𝟎𝟎
(PRECISION) UNTUK POLIGON TRANSIT-OPTIS
YANG DILAKSANAKAN DENGAN
KECERMATAN BIASA DAN
PEMBACAAN BAIK BIDIKAN DEPAN
Sumber-sumber Galat : DAN BIDIKAN BELAKANG.
1. Galat Instrumental
2. Galat Pribadi
a. Benang tachymetri
a. Rambu tidak dipegang tegak
yang jaraknya tidak
b. Salah pembacaan
benar
c. Kelalaian mendatarkan pada
b. Galat indeks
pembacaan busur vertical
c. Pembagian skala
rambu tidak benar

Kesalahan Besar :
1. Galat Indeks diterapkan dengan tanda yang salah
2. Kekacauan tanda plus dan minus pada sudut-sudut vertical
3. Kesalahan aritmetik saat menghitung perpotongan rambu
4. Pemakaian faktor pengali yang tidak benr
5. Mengayunkan rambu
ALAT BAHAN
RUMUS