Anda di halaman 1dari 69

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

oleh:

Rahmayetty

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Untirta
Pengolahan Air limbah

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah


untuk mengurai kandungan bahan pencemar
di dalam air terutama senyawa organik,
padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme yang terdapat di alam
Teknik Pengolahan Air Buangan

1. Pengolahan secara fisika


2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi

Dapat diaplikasikan sendiri-sendiri atau dikombinasi,


disesuaikan dg Karakteristik limbah dan kualitas
hasil yg diinginkan
Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan limbah secara fisik sebenarnya dalah proses
pemisahan bagian-bagian limbah yang tidak larut dalam
limbah sehingga tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya.
Pengolahan fisik hanya menggunakan proses secara fisik
sebagai variabel pertimbangan untuk rekayasa pemisahan dari
air dengan polutan atau zat –zat pencemar yang ada di dalam
air limbah.
Tujuan pengolahan fisik adalah memisahkan zat yang tidak
diperlukan dari dalam air tanpa menggunakan reaksi kimia
dan reaksi biokimia.

Pengolahan secara fisik mencakup:


Penapisan, Pengendapan Flotasi, Filtrasi, adsorpsi
1. Pengapungan (flotation) adalah proses memisahkan zat
padat tersuspensi atau dapat berupa cairan dari air limbah
dengan cara menaikkannya ke atas permukaan air limbah
akibat berat jenis yang lebih kecil dari air limbahnya.
• Pemisahan akan lebih efektif apabila dilakukan
penambahan gelembung-gelembung gas ke
dalam fase cair, dimana gelembung tersebut akan
melekat pada zat padat tersuspensi dan
mendorongnya naik ke permukaan.
• Bahan yang dapat dipisahkan misalnya minyak
dan lemak.
Kelebihan proses pengolahan fisik adalah
mengurangi penggunaan energi yang dapat
berpengaruh terhadap pengurangan biaya operasi dan
peralatan, mengurangi beban pengolahan, dan
mengurangi resiko rusaknya peralatan.
Kelemahan pengolahan fisik adalah pengolahan ini
hanya dapat diterapkan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi, sedangkan pencemar yang masih berupa
zat terlarut tidak dapat diolah. Selain itu, hasil yang
akan dicapai sangat terbatas dan memerlukan waktu
yang cukup lama.
2. Penyaringan
Tujuan penyaringan (screening) adalah memisahkan
kotoran-kotoran yang berupa zat padat kasar dan
berukuran relative besar yang ada dalam air limbah.
Saringan dapat berupa kawat-kawat, kisi-kisi, kawat
kasar, maupun plat berlubang.
3. Pengendapan
 Pengendapan (sedimentation) adalah proses
memisahkan zat padat tersuspensi dari air limbah
dengan cara mengendapkannya.
 Proses pengendapan terjadi akibat gaya beratnya
sendiri (gaya gravitasi).
 Operasi ini sering dipakai untuk memisahkan pasir
(dalam grit chamber), dan polutan tersuspensi di
(dalam bak pengendap I dan bak pengendap II).
Screening
Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring dengan menggunakan jeruji saring. Metode ini
disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-
bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Pemcacahan (Grinding)

Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi


yang diaplikasikan untuk memecah padatan yang berukuran
besar menjadi partikel yang mempunyai ukuran yang kecil dan
seragam. Pada umumnya unit operasi ini dipergunakan untuk
memecah padatan yang tertahan pada screen.
Grit Chamber

Keberadaan bahan padat seperti pasir dalam air limbah


merupakan suatu permasalahan dalam pengolahan air
limbah karena pasir dapat menghambat kerja peralatan
pompa, menghambat aliran dalam perpipaan
dan mempengaruhi volume bak. Pemisahan padatan
seperti pasir dalam air limbah dapat dilakukan dengan
unit operasi grit chamber.
Penyeragaman (Equalization)
Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu
industri bervariasi setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi
perancangan instalasi, kebutuhan bangunan, mesin, lahan,
biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan. Dalam
rangka mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air
limbah, dibutuhkan suatu unit operasi seperti “equalisasi
(equalization)”. Equalisasi berfungsi untuk penyeragaman
kondisi air limbah, dan pengendali aliran, dalam equalisasi
dapat dilakukan proses pengadukan untuk menjaga
homoginitas, injeksi udara yang bertujuan agar limbah tidak
bersifat septik atau anaerobik.
Sedimentasi

Mengendapkan materi tersuspensi atau flok kimia secara


gravitasi.
Kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak
sedimentasi adalah beban permukaan, kedalaman bak, dan
waktu tinggal.
Penggunaan bak sedimentasi :
Bak pengendap primer (awal)
Bak pengendap sekunder (akhir)
Sedimentasi
Filtrasi
Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan
media yang disebut “Media Filter” merupakan bahan
padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya
yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan
tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas) media
filter,
Filtrasi
Pengolahan Secara kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa
fosfor, dan zat-zat beracun
Pengolahan secara kimia, mencakup:
Netralisasi
Koagulasi
Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi
Koagulasi dan flokulasi

Flokulasi
Pengolahan Secara Biologis

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah


secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder,
pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien

Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dapat


dibedakan atas dua jenis, yaitu:
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth)
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth)
suspended growth

mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam


keadaan tersuspensi
Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung
dalam jenis ini.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun
yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor
pertumbuhan tersuspensi
attached growth

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme


tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk
lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini,
antara lain:
trickling filter
cakram biologi
filter terendam
reaktor fludisasi
Tahapan Pengolahan Air Limbah

1. Pengolahan Awal (Pretreatment)


2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary
Treatment)
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary
Treatment)
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary
Treatment)
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Pengolahan Awal dan Tahap pertama
• Untuk menimalkan variasi konsentrasi dan laju alir
dari air limbah dan juga menghilangkan zat pencemar
tertentu.
• untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan
minyak dalam aliran air limbah.
• Terhadap beberapa jenis air limbah perlu diberikan
pengolahan awal untuk menghilangkan zat pencemar
yang tidak terbiodegradasi atau beracun, agar tidak
mengganggu proses-proses selanjutnya.
Sebagai contoh air limbah yang akan ditangani secara
biologis harus memenuhi kriteria tertentu yaitu :
pH antara 6-9; total padatan tersuspensi <125 mg/l;
minyak dan lemak < 15 mg/l; sulfida < 50 mg/l; logam-
logam berat umumnya < 1 mg/l.
Jenis operasi atau proses yang dapat digolongkan
ke dalam pengolahan awal dan tahap pertama
adalah :
1. Penyaringan (Screening), berfungsi untuk menghilangkan
partikel-partikel besar dari air limbah.
2. Ekualisasi bertujuan untuk mengurangi variasi laju alir dan
konsentrasi air limbah, agar mencegah pembebanan tiba-
tiba (Shock load). Bentuk alat ini umumnya adalah kolam
yang dapat dilengkapi dengan pengaduk atau tanpa
pengaduk.
3. Netralisasi, dengan mencampurkan asam atau basa dengan
air limbah. Air limbah yang bersifat asam, umumnya
dinetralkan menggunakan kapur (CaO)atau Ca(OH)2. Air
limbah yang bersifat basa umumnya dinetralkan dengan
asam kuat.
Kebanyakan air limbah memiliki kapasitas buffer
yang rendah, sehingga perubahan kecil dari asam
atau basa dapat menimbulkan perubahan pH yang
besar. Berdasarkan hal tersebut, disarankan sistem
netralisasi terdiri dari dua atau tiga tingkat dengan
pengendalain pH yang otomatis.

4. Sedimentasi, untuk menghilangkan zat padat


yang tersuspensi.
Secondary Treatment
Dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari
air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses
fisik biasa, namun melibatkan proses biologis.
Pengolahan biologis dapat menghilangkan atau
mengurangi kandungan senyawa organik atau
anorganik dalam suatu air buangan. Fungsi ini dapat
dicapai dengan bantuan aktivitas mikroorganisme
gabungan (mixed culture) yang heterotrofik.
Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan organik
untuk membentuk biomassa sel baru serta zat-zat
organik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari
reaksi oksidasi untuk metabolismenya.
Proses biologis untuk mengolah air buangan, jika
ditinjau dari pemanfaatan oksigennya, dapat
dikelompokan menjadi 3 kelompok utama :
• Proses aerobic
• Proses anaerobic
• Kombinasi antara proses aerobic dengan
aerobic.
Mikroorganisme yang Berperan dalam Proses Biologi

Mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah dapat dikelompokkan menjadi


tiga kelompok besar yaitu binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista.
1 Bakteri
Adalah organisme kecil bersel satu dimana benda-benda organic menembus sel
dan dipergunakan sebagai makanan. Apabila jumlah makanan dan gizi
berlebihan, maka bakteri akan cepat berkembang biak sampai sumber makanan
tersebut habis. Bakteri dijumpai di air, tanah, serta udara yang dipengaruhi oleh
suhu, kelembaban, konsentrasi oksigen dan keasaman.
Tipe-tipe nutrisi utama bakteri adalah :
Tipe Sumber Energi Sumber Karbon Contoh Genus
Untuk Untuk Pertumbuhan
Pertumbuhan
Fototrof
Autotrof Cahaya CO2 Chromatium
Heterotrof Cahaya Senyawa Organik Rhodopseudomonas
Kemotrof
Autotrof Oksidasi senyawa CO2 Thiobacillus
anorganik
Heterotrof Senyawa Organik Escherichia
Oksidasi senyawa
organic
Kapang/Jamur
Mikroorganisme nonfotosintesis, bersel jamak, aerobic,
bercabang, berfilamen yang memetabolisme makanan terlarut.
Kapang akan banyak terdapat bila limbah mempunyai pH
rendah, kadar air rendah, nitrogen rendah dan bila nutrient
tertentu tidak ada. Kapang tidak aktif dalam system anaerobic.
Kapang akan berkompetisi lebih baik dalam limbah yang
mempunyai kadar nitrogen yang rendah daripada yang
dibutuhkan untuk sintesa bakteri. Kapang tumbuh baik pada
pH 4 sampai 5, yang dalam kondisi ini bakteri sulit
berkompetisi. Sifat filament dari kapang membuat organism ini
kurang diinginkan dalam unit penanganan limbah secara
biologic, karena tidak dapat mengendap dengan baik.
Protozoa
Protozoa penting dalam penanganan limbah karena
organism ini akan memakan bakteri (predator) sehingga jumlah
sel bakteri yang ada tidak berlebihan. Protozoa akan
mengurangi bahan organic yang tidak dimetabolisme dalam
system penanganan dan membantu menghasilkan efluen
dengan mutu yang lebih baik dan lebih jernih. Protozoa yang
sering ditemukan dalam proses penanganan air adalah
vortisela.
Unit lumpur aktif yang bebas dari protozoa menghasilkan
efluen yang sangat keruh. Kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya sejumlah besar bakteri yang terdispersi. Sebagai
hasilnya, BOD dan padatan yang tidak terendap dari efluen
tinggi. Penambahan protozoa siliata akan meningkatkan mutu
efluen dan menurunkan jumlah bakteri.
Ganggang
Ganggang (Algae)
Ganggang adalah organisme autotrof fotosintetik. Ganggang
memperoleh energy dari sinar matahari dan menggunakan bahan
anorganik seperti karbondioksida, ammonia atau nitrat, dan fosfat
dalam sintetis sel-sel tambahan. Reaksi fotosintetis adalah

CO2 + H2O Sinar matahari CH2O + O2

Oksigen dilepaskan kedalam lingkungan dan digunakan oleh


bakteri pada waktu metabolism bahan-bahan organic. Ganggang
memperoleh CO2 dari sumber-sumber berikut ini, dalam air atau
limbah cair yaitu :
• Absorbs dari udara
• Respirasi aerobic dan anaerobic dari organism heterotrofik
• Alkalinitas bikarbonat
Rotifera
Rotifera adalah binatang yang bersel banyak yang aerobic
dengan makanan utamanya adalah bakteri. Rotifera
memerlukan kadar oksigen terlarut yang banyak, sehingga
akan dijumpai pada air yang sudah relative bersih dan
mengandung sedikit bahan organik.
Proses Aerob
Proses pengolahan limbah secara aerob adalah
proses degradasi bahan-bahan organic yang terdapat
dalam limbah dengan menggunakan mikroorganisme
dimana mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
beraktivitas dengan adanya oksigen. Pada pengolahan
limbah secara biologis dengan proses aerob ada dua hal
penting yang perlu diperhatikan yaitu
• Proses penambahan oksigen
• Proses pertumbuhan bakteri
Proses Penambahan Oksigen (Aerasi)
Pada prakteknya terdapat 2 cara untukmenambahkan oksigen
ke dalam air limbah yaitu :
Memasukkan udara ke dalam air limbah
Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen
1. Memasukkan Udara ke dalam Air Limbah
Proses ini adalah proses memasukkan udara atau oksigen
murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle.
2. Memaksa Air ke Atas untuk Berkontak dengan Oksigen
Cara ini merupakan cara mengontakkan air limbah dengan
oksigen melalui pemutaran baling-baling yang diletakkan
pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air
limbah akan terangkat ke atas dan dengan terangkatnya air
limbah maka air akan mengadakan kontak langsung dengan
udara sekitar.
Pada proses pengolahan secara aerob ini perlu diperhatikan beberapa
pertimbangan antara lain :
• Sebaiknya air limbah berada pada tangki aerasi adalah selama 6 – 8 jam.
• Banyaknya udara yang harus disediakan dibandingkan dengan derajat
pengotoran air limbah yang ada adalah sebesar 40-80 m3 udara untuk setiap
kg BOD. Untuk itu diperlukan rumus perhitungan sebagai berikut :

• Cell residence time dari lumpur adalah sebesar 8 hari. Untuk menghitung
besarnya cell residence time (CRT) dipergunakan patokan :

Dimana :
MLSS = dalam satuan mg/L
Vol tangki aerasi dalam satuan liter
Wasting rate = Banyaknya lumpur yang dibuang dari bak aerasi dalam
liter/detik.
RAS = kadar lumpur yang dikembalikan ke dalam tangki aerasi dalam
mg/liter
F/M rasio yaitu perbandingan antara makanan dan mikroorganisme
sebesar 0,2 – 0,3 kg BOD/kg bakteri.
Consentration of Pollutants That Make Prebiological
Treatment Desirable

Pollutant or System Limiting Consentration Kind of Pretreatment


Condition
Suspended solids < 50 to 125 mg/L Sedimentation, Flotation,
Lagooning
Oil or grease <35 to 50 mg/L Skimming tank or separator
Toxic ions Precipitation or ion exchange
Pb ≤0.1 mg/L
Cu + Ni + CN ≤ 1 mg/L
Cr+3 ≤ 10 mg/L
pH 6 to 9 Neutralization
Alkalinity 0.5 lb alkalinity as CaCO3/lb Netralization for
BOD removed excessivekalinity
Acidity Free mineral acidity Neuiontralizat
Organic load variation < 2:1 Equalization
Pollutant or System Limiting Concentration Kind of Pretreatment
Condition
Sulfides < 100 mg/L Precipitation or stripping
with recovery
Phenols <70 to 300 mg/L Extraction, adsorption,
internal dilution
Ammonia < 500 mg/L (as N) Dilution, ion exchange, pH
adjustment and stripping
Dissolved salts < 10 to 16 g/L Dilution, ion exchange
Temperature 13 to 38oC in reactor Cooling, steam addition
Conversions in biological treatment plants

Hal yang penting dalam pengolahan secara biologi


adalah :
1. biological growth
2. hydrolysis
3. decay
Slowly degradable material

Hidrolysis

Easily degradable material


Biological growth

biomass
decay

Inert material
Biological Growth
rv,XB = µmax. f(S). XB

rv,XB = laju volumetrik pertumbuhan biologi


(kg COD(B)/(m3.hari))
µmax = Laju spesifik pertumbuhan maksimum (hari-1 atau jam-1)
f(S) = Kinetika pertumbuhan (orde nol, satu atau kinetika monod)
XB = Konsentrasi biomassa
Laju konsumsi substrat :
rv,S = (rv,XB) /Ymax

Ymax = konstanta yield maksimum (kg COD(B)/COD(S) atau


kg VSS(B)/kgCOD(S)

Laju konsumsi substrat dengan kinetika Monod dapat ditentukan dengan


persamaan :
rv,S = (µ max / Ymax ) . (S/S + Ks). XB
S = substrat
Ks = konstanta substrat
Hydrolysis
Proses perubahan molekul besar menjadi molekul yang
lebih kecil. Laju reaksi hidrolisis lebih lambat bila
dibandingkan dengan proses pertumbuhan biologis.
Proses hydrolisis merupakan laju reaksi pembatas dalam
penguraian limbah secara biologis.
rV,XS = kh . Xs
kh = konstanta hydrolisis
Xs = suspended solids
atau
rV,XS = kh . Ss
Ss = dissolved organic matter
Decay

rV,XB = b . XB
Dimana b = konstanta kematian (hari-1)
Aerobic heterotrophic conversion of organic
matter
Penentuan COD secara teoritis
limbah cair domestik pada umumnya mengandung
karbohidrat, protein dan lemak. Adapun oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
berbagai bahan terlihat pada tabel ini :

Substance Av.formula Microbiological oxygen Carbon Nitrogen


consumption, kg O2/kg (%) (%)
substance

Carbohydrate C10H18O9 1.13 43 0


Fats, oils C8H6O2 2.03 72 0
Protein C14H12O7N2 1.2 53 8.8
Av.Organic C16H19O9N 1.42 55 3.6
Contoh
Limbah sebuah industri mengandung asam glutamic, C5H9O4N
dengan konsentrasi 1,5 kg/m3, volume limbah 300 m3/hari.
Berapa konsentrasi COD didalam limbah cair tersebut? Berapa
banyak oksigen yang dibutuhkan untuk pengolahan secara
biologis, bila diasumsikan 70% bahan organik dalam limbah
tersebut teroksidasi?
Jawab :
Nilai COD ditentukan dengan reaksi :
C5H9O4N + 4.5 O2 + H+ 5 CO2 + 3 H2O + NH4+
1 mol asam glutamic (5 . 12 + 9 . 1 + 4 . 16 + 1 . 14 = 147 g/mol),
mengkonsumsi 4,5 mol O2 (4.5 . 16 . 2 = 144 g/mol)
Jadi oksigen yang dikonsumsi = 144 g O2/147 g glutamic acid
= 0.98 g O2/g glutamic acid
Konsentrasi COD = 1.5 kg glutamic acid/m3 . 0.98 kgO2/kg glutamic
acid
= 1.47 kg O2/m3
Oksigen yang dibutuhkan per hari untuk menguraikan 70% bahan
organik adalah 1.47 kg O2/m3 . 300 m3/hari . 0.7 = 309 kg O2/ hari
LUMPUR AKTIF
Sistem lumpur aktif termasuk salah satu jenis
pengolahan biologis, dimana mikroorganisme berada
dalam pertumbuhan tersuspensi. Prosesnya bersifat
aerobik, artinya memerlukan oksigen untuk reaksi
biologisnya. Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi ddengan
cara mengalirkan udara atau oksigen murni ke dalam
reaktor biologis, sehingga cairan reaktor (mixed liquor)
dapat melarutkan oksigen lebih besar dari 2 mg/liter.
Jumlah ini merupakan kebutuhan minimum yang
diperlukan mikroba di dalam lumpur aktif.
Sistem pengolahan dengan lumpur aktif dicirikan
dengan tanda-tanda :
1, Menggunakan lumpur mikroorganisme yang dapat
mengkonversi zat organik terlarut dalam air buangan
menjadi biomassa baru dan zat anorganik
2. Pengolahan dengan lumpur aktif memungkinkan
terjadinya pengendapan sehingga keluaran hanya sedikit
mengandung padatan mikroba.
3. Pengolahan dengan lumpur aktif mendaur ulang
sebagian lumpur mikroorganisme dari tangki pengendapan
ke reaktor aerasi.
4. Kinerja pengolahan dengan lumpu aktif bergantung
pada waktu tinggal sel rata-rata di dalam reaktor (mean
cell residence time)
Laguna Teraerasi (Aerated Lagoon)
Suatu laguna teraerasi biasanya berbentuk kolam dengan ke
dalaman antara 2,5 hingga 5 m dan luas hingga beberapa
hektar. Penambahan oksigen ke dalam laguna dilakukan
dengan pengadukan atau difusi udara. Dalam laguna
aerobik, oksigen terlarut dan padatan tersuspensi teraduk
dengan baik, dan mikroorganisme yang bekerja pun
termasuk mikroorganisme aerobik.
Bagi laguna fakultatif hanya bagian permukaan saja yang
diaduk, dan sebagian dari padatan akan mengendap di dasar
kolam. Padatan tersebut akan terdekomposisi oleh
mikroorganisme anaerobik, sedangkan produk dari proses
ini akan dioksidasi oleh organisme yang tumbuh diatasnya.
Konfigurasi Laguna yang terdiri dari laguna aerobik,
fakultatif dan pengendapan
Saringan Percik (Trickling Filters)
Merupakan sistem biologis unggun terjejal (packed bed)
yang terdiri dari tumpukan batu atau bahan yang terbuat
dari plastik. Bahan tersebut dikenal dengan nama
medium penunjang (support medium) yaitu penunjang
pertumbuhan lapisan mikroorganisme (biofilm)
dipermukaannnya. Mikroorganisme yang tumbuh adalah
jenis aerobik.
Skema sederhana proses yang terjadi di dalam
suatu saringan percik
Sistem Saringan Percik
Kontaktor Biologis Putar (Rotary Biological Contactors)
Kontaktor biologis putar (RBC) terdiri dari sejumlah
piringan (disk) yang dipasang pada poros yang berputar.
Sekitar 40% dari volume terendam dalam tangki yang berisi
air limbah. Piringan adalah tempat bertumbuhnya lapisan
mikroorganisme (bio-film) dengan ketebalan lapisan 1
hingga 4 mm.
Proses yang terjadi ; ketika piringan berputar dan keluar dari
air limbah, piringan membawa sejumlah air limbah untuk
berkontak dengan udara, sehingga mikroorganisme dapat
mengoksidasi zat organik terlarut. Ketika piringan kembali
tercelup dalam air, gaya gesekan mengeluarkan kelebihan
biomassa yang kemudian akan ditampung pada tangki
pengendapan di hilir aliran.
Suatu unit kontaktor biologis biasanya terdiri dari 2-4 unit
dipasang seri.
Kontaktor Biologis Putar yang Dioperasikan
Secara Seri
Proses Anaerobik
Mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang dengan
mengubah zat organic limbah cair menjadi gas metan dan CO2
tanpa kehadiran oksigen. Proses anaerob umumnya digunakan
untuk mengolah limbah cair dengan BOD diatas 4000 mg/L.
Biokimia dan Mikrobiologi proses Anaerob
Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Proses Anaerob

Komposisi Limbah Cair


Temperatur
Hubungan pH dan Asam Volatil
Bioreaktor Anaerobik dan Penerapannya

1. Reaktor filter anaerob (anaerobic filter reactor)


Reaktor ini diisi dengan material pendukung inert seperti
batu kerikil, karang, polimer, dan beberapa jenis plastic
yang memiliki luas permukaan yang besar untuk
mengikat mikroorganisme. Reaktor ini tidak
memerlukan pemisahan dan daur ulang biomassa.
2. Reaktor kontak anaerob (anaerobic contact reactor)
Air buangan diolah di dalam reactor tangki berpengaduk
secara sinambung. Dalam reactor ini terjadi kontak
antara biomassa aktif dengan air buangan menghasilkan
gas metana dan karbondioksida. Aliran keluar reactor
dimasukkan ke dalam tangki pemisah (klarifier) dan
biomassanya dikembalikan ke dalam bioreactor.
3. Bioreaktor unggun fluidisasi (Fluidized bed)
Air buangan dilewatkan dari bawah reactor melalui partikel-
partikel padat seperti pasir (diameter 0,2-1 mm). Biomassa
dalam reactor ini tumbuh sebagai lapisan tipis (biolayer) pada
partikel-partikel padat dan dipertahankan dalam keadaan
terfluidisasi oleh aliran limbah cair yang mengalir keatas.
Dengan teknik penambatan ini, aktivitas dan konsentrasi
mikroorganisme dapat dipertahankan pada tingkat tinggi.
4. Upflow anaerobic sludge blanket (UASB)

Air buangan diumpankan dari bagian bawah dan keluar dari


puncak reactor mealui penyekat-penyekat yang berfungsi untuk
memisahkan gas, lumpur dan cairan. Lumpur yang terpisah
dari cairan dan gas terendapkan kembali dalam bioreactor. Gas
yang terbentuk dikumpulkan pada bagian puncak reactor
melalui system perpipaan.
5. Bioreaktor berpenyekat anaerob
Bioreaktor berpenyekat anaerob (BIOPAN) merupakan bioreactor
yang terbagi dalam ruang-ruang yang dipisahkan oleh penyekat-
penyekat vertical yang dipasang berurutan. Penyekat-penyekat
tersebut akan memaksa umpan mengalir ke bawah dan keatas
penyekat sampai aliran keluar reactor. Mikroorganisme di dalam
reactor akan terangkat dan terendapkan kembali dengan
terbentuknya gas selama proses. Mikroorganisme tersebut akan
bergerak secara perlahan kea rah horizontal. Dengan demikian akan
terjadi kontak antara limbah cair dan mikroorganisme dalam jumlah
besar pada saat melewati BIOPAN dan aliran keluaran relative
bebas dari padatan biomassa. Resirkulasi/daur ulang pada BIOPAN
dilakukan untuk menurunkan produksi asam-asam organic yang
dapat menurunkan pH dan dapat membuat system aliran sumbat
(plug flow) berkelakuan mendekati pencampuran sempurna. Pada
setiap ruang di dalam bioreactor ini memberikan pencampuran yang
baik akibat terbentuknya gas dalam jumlah yang besar pada laju
pembebanan organic yang tinggi (Bachman dkk., 1985).
Keuntungan-keuntungan Proses Anaerobik adalah ;
• Proses berlangsung stabil
• Mengurangi biaya penanganan lumpur yang terbentuk
• Mengurangi biaya kebutuhan nitrogen dan fosfor
• Mengurangi kebutuhan luas lahan untuk instalasi
• Menghemat energy
• Mengurangi pencemaran udara oleh gas buangan/keluaran
• Menghindari terjadinya busa untuk limbah yang mengandung
surfaktan
• Mendegradasi zat organic yang tidak dapat diolah secara aerob
• Polutan organic sebagian besar (80-90%) dapat dikonversikan
menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
dalam proses produksi
Kelemahan proses anaerob yaitu diantaranya :
• Apabila temperatur limbah relative rendah (<20C)
• Limbah dengan kandungan organic yang relative rendah
• Limbah tidak memiliki alkalinitas yang mencukupi atau BOD
untuk keluaran sangat rendah (< 20 mg/L)
• Lamanya waktu tinggal yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
mencapai keadaan stabil yang disebabkan oleh rendahnya laju
pertumbuhan spesifik dari bakteri pembentuk metan, sehingga
bakteri tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam
penguraian bahan-bahan organic.
Perbandingan neraca Karbon dan Energi antara
Proses Aerobik dan Anaerobik

Neraca Proses Aerobik Proses Anaerobik


Karbon 50% diubah menjadi biomassa 95% diubah menjadi biogas dan
dan 50% menjadi CO2 5% menjadi biomassa
Energi 60% disimpan dalam jumlah Hampir 90% energy dalam zat
besar pada sel baru yang organic diperoleh kembali
terbentuk dan 40% hilang dalam biogas, 5-7% digunakan
sebagai panas untuk pertumbuhan sel dan
2=5% dibuang sebagai panas.
Pengolahan Tersier
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer
dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair
yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.
Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya
melalui proses pengolahan primer dapat dihilangkan
sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat dan garam-garaman.

66
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai
rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode yang
pengolahan tersier yang sering digunakan adalah metode
saringan pasir (sand filter), saringan multimedia, precoal
filter, microstaining, vakum filter, penyerapan (adsorption)
dengan karbon aktif.
Metode tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang
diperlukan untuk melakukan proses cenderung tinggi
sehingga tidak ekonomis.

67
Desinfeksi
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk
membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang
ada dalam limbah cair. Mekanisme desinfeksi dapat secara
kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan
senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Daya racun zat, waktu kontak yang diperlukan, efektifitas
zat, dosis yang digunakan, tahan terhapat air, biayanya
murah.

68
Sludge Treatment
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap
pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali
melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation,
lagooning or drying bed, incineration, atau landfill

Anda mungkin juga menyukai