Anda di halaman 1dari 22

Keperawatan

Elektif

Pasien Kritis Di
ICU
Kelompok 5
anggota:

1. Aditya Dwi Astuti


2. Nadia Khairani
3. Wabihi Ajmain
4. Arina Shofiana
5. Abdul Majid Taqiyuddin
6. Meriana Sukmawati
7. Risa Hartanti
8. Fauziyah
9. Sabrina Leviani
10. Selfi Lutfita
11. Desti Amalia
DEFINISI

Ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan


staf dan peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang
cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek
fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ
lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat
menyebabkan kematian.
Ciri dan Sifat Pelayanan
di ICU

Berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010:
1. etika kedokteran
2. indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU
harus pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh
tim intensive care
3. kerjasama multidisipliner dalam masalah medis kompleks
4. kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan
pasien ICU adalah tindakan resusitasi
5. peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana
setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat
kondisi pasien misalnya sebelum masuk ICU
6. asas prioritas yang mengharuskan setiap pasien yang
dimasukkan ke ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke
ruang ICU yang benar
7. sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
8. kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di
ruang ICU
9. efektifitas, keselamatan dan ekonomis
10. kontuinitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas,
keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU
Ruangan
S
Y
A
R Fasilitas Bed
A
T
R Monitor dan Emergency Troli
U
A
N Tempat Cuci Tangan
G

ICU Gudang dan Tempat Penunjang


Sarana dan Prasarana yang Harus ada di ICU

1. Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room


2. RS dengan jumlah pasien > 100 orang, Ruang ICU antara 1-2 %
dari jumlah pasien secara keseluruhan
3. Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan: pasien monitor, alat
komunikasi, ventilator, AC, pipa air, exhousefan untuk
mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras dan
rata, tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku &
tangan, serta pengering setelah cuci tangan
4. Ruang dokter dan ruang perawat
5. Ruang tempat buang kotoran
6. Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
7. Ruang tunggu keluarga pasien
8. Ruang pencucian alat dapur
9. Pengering setelah cuci tangan
10.Tempat buang kotoran
11.Ruang penyimpanan barang & obat
12.Sumber air Sumber listrik cadangan atau generator,
emergency lamp Sumber O2 sentral Suction sentral Almari
alat tenun dam obat, instrument dan alat kesehatan Almari
pendingin (kulkas) Laborat kecil
13.Alat–alat penunjang antara lain: Ventilator, Nabulaizer,
Jacksion Reese, Monitor ECG, tensimeter mobile, Resusitato,
Defibrilator, Termometer electric dan manual,Infus pump,
Syring pump, O2 transport, CVP, Standart infuse, Trolly
Emergency,Papan resusitasi, Matras anti decubitus, ICU kid,
Alat SPO2, Suction continous pump.
Indikasi Pasien Masuk ICU
Prioritas 2
Prioritas 3
Prioritas 1
observasi intensif pada
Pasien dalam keadaan
Penyakit atau keadaan yang
sakit kritis dan tidak
gangguan akut pada mengancaman organ
stabil yang
organ vital yang vital, seperti:
mempunyai harapan
memerlukan terapi
kecil untuk
intensif dan agresif: 1. pasca bedah
penyembuhan
operasi: post
(prognosa jelek).
1. Gangguan atau trepanasi, post
Pasien kelompok ini
gagal nafas akut open heart, post
mugkin memerlukan
2. Gangguan atau laparatomy dengan
terapi intensif untuk
gagal sirkulasi komplikasi,dll.
mengatasi penyakit
3. Gangguan atau 2. pasca henti jantung
akutnya, tetapi tidak
gagal susunan dalam keadaan
dilakukan tindakan
syaraf stabil
invasife Intubasi atau
4. Gangguan atau 3. pasca bedah
Resusitasi Kardio
gagal ginjal dengan penyakit
Pulmoner
jantung.
Indikasi Pasien Keluar
ICU

1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup


stabil.
2. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada
pasien.
3. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan
ventilator.Pasien mengalami mati batang otak.
4. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
5. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pl.paksa)
6. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau
masuk ICU dan tempat penuh.
Pioritas pasien yang keluar ICU:

Prioritas III
Prioritas I
tidak ada lagi
1. pasien tidak Prioritas II
kebutuhan untuk
membutuhkan
terapi intensive jika
perawatan pasien dipindah apabila
diketahui
intensif lagi hasil pemantuan
kemungkinan untuk
2. terapi mengalami intensif menunjukkan
pulih kembali sangat
kegagalan bahwa perawatan
kecil dan keuntungan
3. prognosa jangka intensif tidak
terapi hanya sedikit
pendek buruk dibutuhkan dan
manfaatnya misal :
sedikit pemantauan intensif
pasien dengan
kemungkinan bila selanjutnya tidak
penyakit lanjut
perawatan diperlukan lagi
penyakit paru kronis,
intensif
liver terminal,
dilanjutkan.
metastase carsinoma
Transportasi pada Pasien Kritis

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
2. Dilakukan oleh DPJP ICU atau yang mewakili dengan fasilitas
alat dan obat-obat emergency yang cukup dan memadai.
3. Petugas yang ikut dalam transportasi pasien adalah orang yang
sudah terlatih dan tersertifikasi ICU yakni dokter dan perawat
ICU.
4. Transportasi dilakukan jika pasien memerlukan tindakan
pemeriksaan penunjang (CT Scan, MRI dll) atau pasien untuk
dilakukan dialisa di ruang HD
Prosedur:

1. DPJP ICU melakukan assessment pasien sebelum dilakukan


transportasi pasien dan mengkoordinasikan dengan petugas tempat
tujuan pasien tentang identitas, diagnosis dan kondisi pasien.
2. Pasien yang ditransportasikan : potensial mengalami perburukan, kebutuhan
monitoring fisiologik dan intervensi akut , kelanjutan terapi yang telah
dilakukan selama transportasi
3. DPJP ICU / yang mewakili dan perawat PJ pasen menjelaskan
kepada keluarga pasien terkait
4. prosedur transportasi yang dilakukan dan alasan pasien untuk ditransportasi
ke unit lain Perawat PJ pasien menyiapkan pasien dan alat – alat yang
dibutuhkan selama transportasi
5. Petugas yang mengantar pasien minimal 2 orang dan harus terlatih: dokter,
perawat dan atau petugas ambulans, dan mengerti dan mengenal dengan
kondisi alat transportasi.
6. Ada alat dan prosedur komunikasi yang aman dalam keadaan emergency
dan tersedia alat pelindung personil, pemadam api / kebakaran.
7. Sedapat mungkin kondisi pasien stabil, kecuali pasien memerlukan
intervensi segera di rumah sakit tujuan.
8. Jalan nafas pasien harus aman, sendiri atau dengan intubasi dan
bantuan ventilasi manual/ mekanik dan pasien sudah harus ada akses
vena.
9. Pasien harus dalam keadaan keamanan terjamin di stretcher dan
terpasang monitor. Selama transportasi terapi, monitoring dan
dokumentasi harus terus dilakukan.
10. Serah terima tentang kondisi pasien, terapi yang telah dan sedang dilakukan,
dokumen (RS lain : resume medik, hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang; Ruang lain dalam RSCM : formulir transfer
pasien antar ruang dan rekam medis pasien) diserah terimakan pada
petugas di tempat tujuan.
Pengelolaan
rutin pasien ICU

1. Pendekatan pasien
a. Anamnesis. 2. Pemeriksaan fisik
b. Serah terima 3. Pemeriksaan, observasi
pasien. dan monitoring rutin
c. Pemeriksaan fisik 4. Jalur intra vaskuler
d. Kajian hasil 5. Intubasi dan pengelolaan
pemeriksaan, trakea.
monitoring, dan 6. Cairan.
pengobatan 7. Perdarahan gastro-
e. Identifikasi masalah intestinal
dan strategi 8. Nutrisi.
penanggulangannya 9. Reaksi pasien di ICU.
f. Keluarga dan teman
PENATALAKSANAAN
PASIEN DI ICU

1. Intake : a. Enteral
b. Parenteral
a. Kebutuhan cairan :
Dewasa, BB > 30 kg : 30 – 50 cc / kg BB / hari.
Mis : BB 50 kg : 1500 – 2500 cc / hari.
Anak- anak / bayi, BB < 30 kg :
1) BB 1 – 10 kg : 100 cc / kg BB / hari
2) BB 11 – 20 kg : 75 cc / kg BB / hari
3) BB 21 – 30 kg : 50 cc / kg BB / hari.
b. Komposisi cairan parenteral :
Karbohidrat : Dex 5 – 10 %, Martos, dll
Protein : Aminovel, Pan Amin G, Amiparen, dll
Lemak :
Elektrolit : RL, NaCl, dll.
2. Pola Ventilasi :
a. Spontan : Oksigen nasal : 1 – 4 l / mnt
Oksigen masker : 5 – 10 l / mnt ( Rebreating dan Non
Rebreating ).
b. Bantuan ( Manual dan ventilator )
Indikasi : Resiko gagal napas dan gagal napas.

3. Obat-obatan :
Obat umumnya diberikan secara titrasi menggunakan syring/infus
pump.
a. Dopamin ( inotropik) : meningkatkan kontraktilitas jantung,
memperbaiki perfusi ginjal.
b. Dobutamin : sama dengan dopamin, diberikan jika TD sistolok > 90
mmHg
c. Katapres : menurunkan TD
d. Valium : anti komvulsif
DOPAMIN 200 mg / 50 cc ( syring pump )
1 cc = 200 mg / 50 = 4 mg = 4000 Mcg
Dosis = ....... Mcg/kgBB/menit ( 3 – 10 Mcg/kgBB/mnt )
1 Mcg = 1 x BB x 60 = ...... cc/jam
4000
2 Mcg = = ........cc/jam

DOPAMIN 200 mg / 500 cc ( infus pump )


1 cc = 200 mg / 500 = 0,4 mg = 400Mcg
1 Mcg = 1 x BB x 60 = ........ cc / jam
400

DOBUTAMIN 250 mg / 50 cc ( syring pump )


1 cc = 250mg / 50 = 5 mg = 5000 Mcg
Dosis = ........ Mcg/kgBB/menit ( 5 – 15 Mcg/kgBB/menit )
1 Mcg = 1 x BB x 60 = .......... cc / jam
5000
4. Observasi Susunan Saraf Pusat
a. Tingkat kesadaran
Compos mentis, nilai GCS 15
Apatis, nilai GCS 13 – 14
Somnolen, nilai GCS 10 – 11
Soporo coma, nilai GCS 8 – 9
Coma, nilai GCS < 8
b. Pupil
c. Reflek pupil
d. GCS

5. Kardiovaskuler
Memasang Bed Side Monitor ( TD, Hr, RR, SpO2, Sh ). Dengan 3 atau 5
elektroda dada ( R = right, L = left, F = foot, N = normal, C = central ).
2. Pola Ventilasi :
a. Spontan : Oksigen nasal : 1 – 4 l / mnt
Oksigen masker : 5 – 10 l / mnt ( Rebreating dan Non
Rebreating ).
b. Bantuan ( Manual dan ventilator )
Indikasi : Resiko gagal napas dan gagal napas.

3. Obat-obatan :
Obat umumnya diberikan secara titrasi menggunakan syring/infus
pump.
a. Dopamin ( inotropik) : meningkatkan kontraktilitas jantung,
memperbaiki perfusi ginjal.
b. Dobutamin : sama dengan dopamin, diberikan jika TD sistolok > 90
mmHg
c. Katapres : menurunkan TD
d. Valium : anti komvulsif
2. Pola Ventilasi :
a. Spontan : Oksigen nasal : 1 – 4 l / mnt
Oksigen masker : 5 – 10 l / mnt ( Rebreating dan Non
Rebreating ).
b. Bantuan ( Manual dan ventilator )
Indikasi : Resiko gagal napas dan gagal napas.

3. Obat-obatan :
Obat umumnya diberikan secara titrasi menggunakan syring/infus
pump.
a. Dopamin ( inotropik) : meningkatkan kontraktilitas jantung,
memperbaiki perfusi ginjal.
b. Dobutamin : sama dengan dopamin, diberikan jika TD sistolok > 90
mmHg
c. Katapres : menurunkan TD
d. Valium : anti komvulsif
WASSALAMUALAIKUM
WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai