Anda di halaman 1dari 28

SEDIAAN LARUTAN

ORAL
DEFINISI LARUTAN
• Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia terlarut
Zat tsb terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut
yang saling bercampur.
• Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi.
Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks.
APLIKASI
Alasan pengembangan sediaan larutan:
• Kesulitan pasien menelan tablet dan kapsul
• Memudahkan pemberian obat untuk bayi,
anak-anak dan pasien lanjut usia
• Obat higroskopis yang higroskopis lebih
mudah diberikan dalam bentuk cair
• Obat dalam bentuk larutan akan segera
diabsorpsi di saluran cerna
Klasifikasi larutan berdasarkan
rute pemberian
• Oral: Syrup, elixirs, drops

• Mulut dan tenggorokan: Obat kumur


(Mouth washes), gargles (kumur dan telan),
throat sprays.

• Liang tubuh: Douches, enemas, ear drops,


nasal sprays.
• Nasal Spray: menghasilkan tetesan yang
digunakan pada membran mukosa hidung
dan tenggorokan, bekerja pada saluran
pernafasan atas
• Douches: melalui liang tubuh seperti mata,
vagina, dll untuk membersihkan dan antiseptik

• Enema: melalui rektal


Untuk pengosongan usus,
Pengobatan cacingan dan
pemeriksaan usus
atau perut bagian bawah
• Gargles: mengandung antiseptik, antibiotik
dan atau anestetik untuk pengobatan
tenggorokan, biasanya diencerkan sebelum
digunakan

• Mouth washes: untuk terapi (mengurangi


plak, karies gigi, gingivitis) dan kosmetika
(mengurangi bau mulut
Keuntungan Bentuk sediaan
Sirup (Larutan)
• Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat
sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak,
dan usia lanjut.
• Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam
bentuk larutan (tidak mengalami proses
disintegrasi dan pelarutan).
• Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh
sediaan.
• Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-
zat iritan (ex. Aspirin, KCl), karena larutan akan
segera diencerkan oleh isi lambung.
Kerugian bentuk sediaan sirup
• Larutan bersifat voluminous, sehingga
kurang menyenangkan untuk diangkut dan
disimpan.
• Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan
tidak dapat dipergunakan.
• Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya
kurang baik dibandingkan bentuk sediaan
tablet atau kapsul, terutama jika bahan
mudah terhidrolisis. (cth: perubahan warna,
pengendapan, pembentukan gas)
Lanjutan …..
• Larutan merupakan media ideal untuk
pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
• Ketepatan dosis tergantung kepada
kemampuan pasien untuk menakar.
• Rasa obat yang kurang menyenangkan akan
lebih terasa jika diberikan dalam larutan
dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun
demikian, larutan dapat diberi pemanis dan
perasa agar penggunaannya lebih nyaman.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam sediaan larutan :
• Kelarutan zat aktif
• Kestabilan zat aktif dalam larutan
• Dosis takaran/ konsentrasi obat
• Pemilihan pembawa cair
• Pengawetan sediaan
• Pemilihan eksipien yang sesuai seperti
dapar, pensolubilisasi, pemanis,
peningkat viskositas, pewarna dan
flavor.
Kelarutan
Secara kuantitatif:
Konsentrasi solut terlarut dalam suatu larutan jenuh

Obat dalam larutan umumnya tidak jenuh

Jika jenuh, obat bisa mengkristal akibat:


*Perubahan temperatur
*Karena keberadaan partikel dari komponen lain dalam
larutan
Klasifikasi kelarutan di FI/USP
Terminologi/ Istilah Bagian pelarut yang
diperlukan untuk
melarutkan 1 bagian solut
Sangat mudah larut (Very soluble) <1
Mudah larut (Freely soluble) 1-10
Larut (Soluble) 10-30
Agak sukar larut (Sparingly soluble) 30-100
Sukar larut (Slightly soluble) 100-1000
Sangat sukar larut (Very slightly 1000-10000
soluble)
Praktis tidak larut (Partically > 10000
insoluble or insoluble)
Untuk meningkatkan kecepatan
proses melarut :
• Menggunakan panas  perlu diperhatikan
kestabilan senyawa terhadap panas
• Mengurangi ukuran partikel zat terlarut
(menghaluskan)  peningkatan luas
permukaan terhadap pelarut.
• Menggunakan bahan pembantu pelarut
• Pengadukan
FORMULA
R/ Zat aktif

Pelarut / pembawa Solubilizer  jika perlu


Pemanis Antioksidan  jika
perlu
Pengental Pengatur pH (dapar) 
jika perlu
Anti cap-locking agent Pembasah  jika perlu

Pengawet
Flavouring agent (pewangi /
perasa)
Pewarna (dye)
Pelarut
Pelarut / pembawa yang biasa digunakan
adalah:
• Air
• air aromatik
• Sirup
• juice (dari buah, dimana pemilihannya
tergantung tujuan penggunaan sediaan dan
sifat fisika-kimia zat aktif)
• Spirits
• minyak
Pemanis
• Fungsi:
menutupi rasa pahit atau rasa yang tidak bisa
diterima
• Sering merupakan bagian terbesar dalam sediaan
• Pemanis alam:
sukrosa, sorbitol, manitol, glukosa cair, madu
• Pemanis sintetik:
sakarin (500 x gula, dgn rasa ikutan pahit)
Na siklamat (300 x gula, dilarang)
Aspartam (200 x gula, kurang stabil dalam larutan
panas)
Pengental/ peningkat viskositas
• Fungsi:
Untuk mengontrol atau meningkatkan
kemudahan penuangan sebelum digunakan
• Contoh: CMC Na 0,5-2%
senyawa ini memberikan larutan air yang
stabil pada rentang pH yang cukup
• Sistem yang sangat kental mempersulit
pelepasan dan absorpsi obat.
Anticaplocking agent
• Fungsi:
Untuk mencegah kristalisasi gula pada
daerah leher botol (cap locking)
• umumnya digunakan alkohol polyhydric
seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol.
• Yang paling umum digunakan adalah
sorbitol sebanyak 15-30%.
Pengawet
• Pada umumnya sediaan sirup merupakan
sediaan dengan dosis berulang (multiple dose),
sehingga terdapat kemungkinan yang sangat
besar mengalami kontaminasi mikroorganisme.
Contoh:
• Asam benzoat (aktif pada pH rendah),
• Asam sorbat (aktif pada pH rendah)
• Ester hidroksibenzoat
• Syrup, dengan konsentrasi sukrosa lebih dari 65
%
Lanjutan pengawet
• asam dan garam benzoatuntuk larutan
oral : 0,01-0,1% ; untuk sirup oral : 0,15%
• asam dan garam sorbat 0,05-0,2 %
(umumnya digunakan kombinasi dengan
pengawet lain, contoh : glikol)
• methylparaben 0,015-0,2%
• propylparaben 0,01-0,02%
• methylparaben 0,18% dan propylparaben
0,02% b/v
Produksi larutan:
• Ruang produksi
harus sesuai
persyaratan
CPOB, alat telah
dibersihkan dan
siap digunakan,
bahan pengemas
telah disiapkan di
ruang packing.
• Karyawan sehat,
mengenakan
pakaian khusus
produksi, tutup
kepala, sarung
tangan, masker
dan sepatu
produksi
Contoh formula
• Sirup Antihistamin (1 batch= 5.000 Liter)
R/ Chlorpheniramine maleate, USP 2,0 kg
Glycerin, USP 250 L
Gula granul standar 2750 kg
Sorbitol solution, USP 500 L
Sodium benzoate, NF 5 kg
Alcohol, USP 250 L
Pewarna FD&C kuning no 6 0,5 kg
Pemberi rasa 25 L
Purified water, USP ad. 5000,0 L
Proses produksi
• Masukkan 2000 L air murni (purified water)
ke dalam tangki pencampur (mixing tank),
panaskan kira 50°C.
• Masukkan Obat, aduk + Natrium benzoat,
aduk + gula, aduk ad homogen, dinginkan
sampai 30°C
• Tuang gliserin, aduk sampai batch homogen
• Tuang larutan sorbitol, aduk sampai batch
homogen
• Ukur 20 L alkohol, masukkan dalam wadah
bersih dan dari baja antikarat + zat pemberi
rasa, lalu masukkan ke dalam mixing tank,
aduk homogen + alkohol sisa, aduk homogen
• Masukkan 10 L air murni ke suatu wadah
bersih dan anti karat, larutkan FD&C yellow
no 6, masukkan ke mixing tank, aduk
homogen. Lalu tambahkan air murni ad
5000 L
• Saring larutan dengan filter penyaring,
tampung dalam tangki penampung, lalu
ambil sampel batch untuk pengujian sediaan.
EVALUASI
1. Evaluasi Fisika
– Evaluasi organoleptik sediaan : bau, rasa, warna.
– Evaluasi sediaan : etiket, brosur, wadah dan
peralatan pelengkap seperti sendok, no batch
dan leaflet.
– Evaluasi kejernihan : FI IV hal 998 <881>,
dibutuhkan 5 mL
– Penentuan pH larutan : FI IV hal 1039 <1071>,
dibutuhkan 1 botol.
Lanjutan evaluasi fisika..
– Penentuan Berat jenis larutan dengan Piknometer :
FI IV hal 1030 <981>, dibutuhkan 10 mL
– Penentuan Viskositas (sifat aliran) larutan dengan
alat Hoeppler viscometer Hoppler membutuhkan
120mL (2 botol)
– Penentuan Volume terpindahkan : FI IV hal 1089
<1201>, dibutuhkan 30 wadah (dapat dipakai untuk
uji-uji lain)
– Penentuan stabilitas sediaan dengan menyimpan
Retained Sample pada temperatur kamar.
2 Evaluasi Kimia
• Identifikasi dan Penetapan kadar zat aktif
dan sediaan (sesuai monografi)

3 Evaluasi Biologi
• Jumlah cemaran mikroba (Uji Batas Mikroba) : FI IV
hal 847 - 854 <51>
• Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan
potensi Antibiotik secara Mikrobiologi : FI IV hal 891-
899 <131>
• Uji Efektivitas Pengawet : FI IV hal 854 – 855 <61>

Anda mungkin juga menyukai