Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

ASPEK PSIKIATRI DARI PPOK

SAIDAH MAFISAH
C 111 11315
Pembimbing : dr. Ismariani Mandan
Supervisor : Dr.dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
PENDAHULUAN
PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh keterbatasan jalan
napas progresif yang disebabkan oleh reasksi peradangan
abnormal. Faktor utama penyebab penyakit ini adalah rokok.
Gejala berupa sesak napas, batuk kronis.

Komorbiditas PPOK akan menghasilkan penyakit kardiovaskuler,


kanker bronchial, infeksi paru-paru, trombo embolik disorder,
keberadaan asma, hipertensi, osteoporosis, sakit sendi, depresi
dan anxietas.

Jadi, aspek psikiatri dari PPOK adalah depresi dan anxietas yang
merupakan komorbiditas paling umum dan penting yang
penyebabnya sangatlah kompleks. Adanya anxietas dan depresi
pada PPOK dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, tingkat
eksaserbasi,lama tinggal di rumah sakit dan penurunan kualitas
hidup dan status fungsional.
DEFENISI
Menurut Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD), PPOK
adalah penyakit dengan karakteristik
keterbatasan saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversible.

PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh


keterbatasan jalan napas progresif yang
disebabkan oleh reasksi peradangan abnormal
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia tidak ada data yang


akurat tentang kekerapan PPOK.
Pada SKRT Depkes RI 1992
menunjukkan angka kematian
karena asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat
ke-6 dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia
ETIOLOGI
Faktor resiko terjadinya PPOK adalah:
1. Pajanan dari partikel antara lain : rokok,
polusi indoor antara lain SO2, NO2 dan CO ,
polusi outdoor seperti : Cadmium, Zinc dan
debu.
2. Genetik (defisiensi Alpha 1-antitrypsin)
3. Riwayat infeksi saluran napas berulang
4. Gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang
aktivitas fisik.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dari PPOK adalah seperti susah bernafas,
batuk kronis dan terbentuknya sputum kronis,
episode yang buruk atau eksaserbasi sering
muncul. Salah satu gejala yang paling umum dari
PPOK adalah sesak napas (dyspnea).
DIAGNOSIS

 Gambaran klinis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rutin : faal paru, darah rutin,
radiologi
2. Pemeriksaan khusus : faal paru, analisa gas
darah, uji latih kardiopulmuner
ASPEK PSIKIATRI DARI PPOK
Aspek psikiatri dari PPOK yang merupakan
komorbiditas umum dan penting yaitu anxietas
dan depresi.

Pasien dengan PPOK memiliki prevalensi yang


tinggi untuk terkena depresi dan anxietas
dibandingkan dengan populasi umum.

Etiologi hubungan antara PPOK dan depresi


belum sepenuhnya dipahami. Hanya saja faktor
utama terjadinya PPOK yakni merokok memiliki
hubungan dengan depresi.
Patofisiologi anxietas dan depresi pada pasien
PPOK adalah kompleks dan kurang dipahami
tetapi hal ini dikaitkan dengan peningkatan
mortalitas, tingkat eksaserbasi,lama tinggal di
rumah sakit dan penurunan kualitas hidup dan
status fungsional.

Pada beberapa studi dikatakan bahwa PPOK


dengan depresi dan anxietas memiliki mortalitas
yang tinggi.

Selain itu juga pada pasien PPOK dengan


depresi dan anxietas dapat meningkatkan
peristiwa terjadinya eksaserbasi.
Gold standar untuk mendiagnosis depresi atau
kecemasan adalah berbasis pada kriteria yang
tercantum dalam DSM-IV dan PPDGJ III melalui
wawancara terstruktur yang dilakukan oleh psikiater
atau psikolog klinis.

Pedoman diagnosis episode depresi berdasarkan


PPDGJ III yaitu :
1. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan
berat) : afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
2. Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian yang berkurang,
harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan
nafsu makan berkurang.
3. Untuk episode depresi dari ketiga tingkatan keparahan
tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya
dan berlangsung cepat.
4. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang
(F32.1), dan berat (F32.3) hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu
diagnosa gangguan depresif berulang (F33.-).
Gangguan Cemas mencakup unsur-unsur :
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk,sulit konsentrasi,dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai) ; dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung,
pusing kepala, mulut kering, dsb)
PENATALAKSANAAN

•PPOK
 Farmakologi : bronkodilator,antiinflamasi,
antibiotik, antioksidan, mukolitik, antitusif,
 Terapi oksigen
 Ventilasi mekanik

•Depresi dan anxietas


 Terapi Psikologis
 Farmakoterapi
 Rehabilitasi Paru
KESIMPULAN

Pada penyakit paru kronis obstruksi kronik (PPOK)


komorbiditas paling umum dan sering yang berhubungan
dengan psikiatri adalah anxietas dan depresi. Dimana untuk
mendiagnosis gangguan psikiatri tersebut berbasis pada
kriteria yang tercantum dalam DSM-IV dan PPDGJ III
melalui wawancara terstruktur yang dilakukan oleh psikiater
atau psikolog klinis.

Diagnosis gangguan tersebut sangat penting karena depresi


dan anxietas memiliki dampak buruk bagi mortalitas,
peristiwa eksaserbasi serta kualitas hidup bagi pasien.
Adapun terapi yang dilakukan selain pengobatan untuk
penyakit primernya dapat pula dilakukan terapi berupa terapi
psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. History and Examination at a Glance. In: Safitri A, editor. At Glance Anamnesis
dan pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.
2. Decramer M. Global Strategy for the Diagnosis,Management and Prevention of Chronic
Obstructive Lung Disease. Leuven Belgium: GOLD; 2014.
3. Putra PW, Artika IDM. Diagnosis Dan Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
4. PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) Pedoman Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Di Indonesia2003:[3 p.].
5. Oemiati R. Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Media
Litbangkes. 2013;23.
6. Pumar MI, Gray CR, Walsh JR, Yang IA, Rolls TA, Ward DL. Anxiety and depression—
Important psychological comorbidities of COPD. Pioneer Bioscience Publishing Company.
2014;6.
7. Davey P. At a Glance Medicine. In: Safitri A, editor. Medicine at a Glance. Jakarta:
Erlangga; 2002.
8. Panagioti M, Scott C. Overview of the prevalence, impact, and management of depression
and anxiety in chronic obstructive pulmonary disease. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis.
2014;9.
9. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. In: Maslim R,
editor. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ). Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; Juni, 2003. p.
10. Sadock, James B, Sadock, Alcott V. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10 ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai