Anda di halaman 1dari 10

CASE STUDY pelayanan farmasi

KELOMPOK IV

1. ANGELINA SAVERA ULVA (1061811005)


2. ANINDITA MARDANINGYUDANTI (1061811009)
3. ANNISYA NOOR NIKMAH (1061811014)
4. AWALIA MAFATIHUL MAR’AH (1061811020)
5. BELINDA PUTERI (1061811023)
6. ESTI DEWI LUKITASARI (1061811040)
7. FITRI ZAHARA SIREGAR (1061811045)
8. LISA DWI DAMAYANTI (1061811061)
9. MIR’ATUN SYARIFAH (1061812076)
10.NI NYOMAN CANDRIKA MAITRI (1061811080)
11. NOVITRIANI KARTINA UKAT (1061811084)
1. Struktur organisasi, jumlah tenaga kefarmasian, penempatan Apoteker beserta job desk
nya mencakup seluruh pelayanan di rumah sakit yang mengacu pada visi dan misi
Instalasi Farmasi

 Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/ Menkes/ SK/ X/ 2004,
adapun struktur organisasi pada Instalasi Farmasi meliputi :
 Dengan jumlah tenaga kefarmasian idealnya 30 tempat tidur = 1
Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian) dan tenaga teknis
kefarmasian yang disesuaikan dengan sistem pendistribusian
perbekalan farmasi (shift), sehingga dalam kasus ini, dibutuhkan
sekurang-kurangnya 5 orang Apoteker untuk pelayanan 150 tempat
tidur di rawat inap dan 20 TTK
 Penjabaran job desk masing-masing jabatan
1. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan
anggaran serta penggunaan sumber daya
b. Terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat
c. Bertanggung jawab atas segala aspek hukum dan peraturan-
peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi
2. Administrasi Farmasi Rumah Sakit
a. Dokumentasi
b. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
c. Melaporkan setiap kegiatan
3. Pengelolaan Perbekalan
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan RS
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di RS
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di RS
4. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien (skrining resep)
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan (penelusuran riwayat
penggunaan obat)
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan (rekonsilisasi)
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga (pelayanan informasi obat/ PIO)
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Visite
l. PTO
m. Monitoring Efek Samping Obat
5. Manajemen Mutu ⟶ Melakukan pengawasan, pemeliharaan, dan audit terhadap perbekalan farmasi untuk
menjamin mutu
2. Mendesain sisitem distribusi untuk pelayanan di seluruh rumah sakit apabila jumlah
Apoteker di rumah sakit tersebut 5 orang, dan jumlah tenaga teknis kefarmasian 20
orang.

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit


(1 APOTEKER)

Administrasi Farmasi Rumah Sakit


(Operator Komputer/ 2 TTK/ Tenaga
Administrasi )

Pengelolaan Perbekalan Pelayanan Farmasi Klinik Manajemen Mutu


(1APOTEKER) (3 APOTEKER) (APOTEKER)

9 TTK 9 TTK
3 shift masing-masing 3 shift masing-masing
3org/shitf 3org/shitf

Keterangan
---- = merangkap
3. Bagaimana strateginya untuk memulai praktek Pharmaceutical Care nya? Dengan
kondisi yang ada dan bagaimana dengan kondisi ideal untuk RS diatas?

Strategi untuk memulai praktek Pharmaceutical Care adalah melalui :


 Awal pelaksanaan, maksimalkan sumber daya yang dimiliki rumah sakit.
 Tentukan serta sosialisasikan visi dan misi pharmaceutical care kepada
direktur dan teman sejawat lainnya disertai dengan data penunjang
pelaksanaan pharmaceutical care.
 Konseling aktif dengan cara melakukan visite kepada pasien satu per satu,
dapat dilakukan dengan perlahan-lahan dan dimulai dari 1 bangsal penyakit
tertentu yang dokter dan TTK nya menerima farmasis dengan baik.
 Membangun komunikasi yang baik dengan perawat/kepala perawat masing-
masing bangsal sehingga memiliki akses untuk meminta bantuan
monitoring/memantau keadaan pasien.
 Membuat struktur organisasi yang sesuai untuk pelaksanaan pharmaceutical
care dan masing-masing farmasis mengetahui tugas dan fungsinya dalam
pharmaceutical care.
 Penetapan dan pelaksanaan pharmaceutical care serta didokumentasikan.
4. Bagaimana konsep yang anda usulkan dalam penanggulangan resistensi AB?

 Konsep penanggulangan resistensi antibiotik dilaksanakan


dengan program pengendalian resistensi antibiotik secara optimal
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.8 Tahun 2015
tentang Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.

 Pelaksanaan Program Resistensi Antimikroba Dilakukan Melalui :


a. Pembentukan tim pelaksana program pengendalian resistensi
antimikroba
b. Penyusunan kebijakan dan panduan penanganan antibiotik
c. Melaksanakan penggunaan antibiotik secara bijak
d. Melaksanakan prinsip pencegahan pengendalian infeksi
Tim Pelaksana Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba (PPRA) terdiri dari
 Ketua tim, yaitu seorang klinisi yang berminat di
bidang infeksi
 Anggota lain, terdiri dari Klinisi perwakilan SMF
(Staf Medik Fungsional), Keperawatan, Instalasi
Farmasi, Laboratorium Mikrobiologi Klinik,
Komite/tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
dan Komite/tim Farmasi dan Terapi (KFT)
Tim Pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba mempunyai tugas dan
fungsi :
a. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam menetapkan kebjikan tentang
pengendalian resistensi antimikroba.
b. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam menetapkan kebijakan umum
dan panduan penggunaan antibiotik dirumah sakit
c. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program
pengendalian resistensi antimikroba
d. Membantu kepala/direktur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba
e. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi
f. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik
g. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap
antibiotik
h. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak
dam ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan
i. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba,
j. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
Direktur/Kepala Rumah Sakit.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai