Pola Infeksi HPV
Pola Infeksi HPV
1
POLA INFEKSI HPV
HPV menginfeksi pada lapisan epitel basal. Mayoritas infeksi ini bersifat sementara dan dibersihkan oleh sistem
kekebalan dalam beberapa tahun (akut). Tetapi 10-20% Infeksi HPV menjadi persisten (kronis)
Infeksi oleh HPV bisa menyebabkan perubahan
tidak normal pada sel-sel serviks, suatu kondisi
yang disebut dengan Neoplasia Intraepithelial
Serviks (CIN). CIN bukanlah kanker, namun ada
peluang di mana CIN bisa berkembang menjadi
kanker
Perkembangan infeksi HPV dan penyakit terkait. (Srinidhi dan jianxin, 2017)
CIN diklasifikasikan menurut tingkat keparahannya, yaitu low-grade Squamous intraepithelial lesions (LSIL) dan
high-grade squamous intraepithelial lesions (HSIL)
• CIN 1 – perubahan yang tidak normal yang mencakup 1/3 ketebalan kulit yang menutupi serviks
• CIN 2 – perubahan yang tidak normal yang mencakup 2/3 dari ketebalan serviks
• CIN 3 – perubahan yang tidak normal yang mencakup ketebalan serviks sepenuhnya
Jika CIN 3 tidak diobati dengan baik, terdapat peluang sekitar 40% di mana CIN tersebut
bisa berkembang menjadi kanker (Cervical Cancer Indonesia, 2017)
2
MASA INKUBASI
Masa inkubasi HPV bisa mencapai tahunan, setiap tahap
menyangkut usia, puncak infeksi HPV biasanya pada masa
remaja dan awal dewasa (12-20 tahun), puncak HSIL
sekitar 25 hingga 35 tahun dan puncak kanker dari 45
hingga 60 tahun.
Terdapat keragaman genetik yang terbatas dari HPV yang dipelajari hingga saat ini dapat
mencerminkan hambatan evolusi (genetic bottle neck effect) yang terjadi pada populasi virus
Telah dilakukan studi (Ann dkk, 1996) dengan memeriksa variasi urutan intratype human
papillomavirus (HPV) dalam koleksi spesimen serviks di seluruh dunia dari beberapa negara
termasuk argentina, brazil, bolivia, benin, cuba, colombia, chile, germany, mali, panama, paraguay,
spanyol, algeria, uganda, guinea , tanzania, indonesia, filipina, thailand, dan united states
Dalam satu jenis HPV, keragaman nukleotida bervariasi antara 0,2 dan 2,9% (antara setiap
pasangan varian) dan sebagian besar perubahan nukleotida adalah sama (terdapat pelestarian
asam amino)
Data ini memberikan informasi yang berkaitan dengan pengembangan pemeriksaan diagnostik HPV
dan berpotensi relevan untuk strategi vaksin rasional di masa depan. Demikian pula, keragaman
asam amino bervariasi antara 0 dan 5,1%. Beberapa dari perubahan asam amino ini dapat
merepresentasikan penanda hubungan evolusi intertype.
9
REFERENCES
Agnieszka K. Grabowska and angelika B. Riemer. 2012. The invisible enemy – how human papillomaviruses avoid
recognition and clearance by the host immune system. The open virology journal, 2012, 6, (suppl 2: M10) 249-256
ANN-CHARLOTTE M. Stewart, annika m. Eriksson, m. Michele manos, nubia mun˜oz, f. Xavier bosch, julian peto, and cosette
m. Wheeler. 1996. Intratype variation in 12 human papillomavirus types: a worldwide perspective. JOURNAL OF
VIROLOGY, p. 3127–3136
Bravo, Ignacio G, Marta FS. Papillomaviruses: viral evolution, cancer and evolutionary medicine. Evol Med Public Health
2015;1:32-51.
Dan song, hong li, haibo li, jianrong dai. 2015. Effect of human papillomavirus infection on the immune system and its role in
the course of cervical cancer (review). Oncology letters 10: 600-606, 2015
Eileen M. Burd. 2003. Human papillomavirus and cervical cancer. CLINICAL MICROBIOLOGY REVIEWS, p. 1–17 vol. 16, no.
1
Mark schiffman and nicolas wentzensen. 2013. Human papillomavirus infection and the multistage carcinogenesis of cervical
cancer. American association for cancer research. 10.1158/1055-9965.Epi-12-1406
Samuel alizon, carmen lía murall and ignacio G. Bravo. 2017. Why human papillomavirus acute infections matter. Viruses. 9,
293; doi:10.3390/v9100293
Srinidhi shanmugasundaram and jianxin you. 2017. Targeting persistent human papillomavirus infection. Viruses 9, 229;
doi:10.3390/v9080229 10