HEPATORENAL SYNDROME:
Update on diagnosis and treatment
Olga Baraldi, Chiara Valentini, Gabriele Donati, Giorgia Comai, Vania Cuna, Irene Capelli, Maria Laura
Angelini, Maria Ilaria Moretti, Andrea Angeletti, Gaetano La Manna, Department of Experimental, Diagnostic,
Specialty Medicine, Nephrology, Dialysis, and Renal Transplant Unit, S. Orsola
University Hospital, 40138 Bologna, Italy 2015 November 6; 4(5): 511-520
Oleh :
MARIA KRISTINA G. MIRIP, S.Ked
PEMBIMBING :
1
ABSTRAK
Acute kidney injury (gangguan ginjal akut) (AKI)
merupakan komplikasi umum pada pasien dengan
penyakit hepar (hati) stadium akhir dan sirosis lanjut
tanpa mempertimbangkan penyebab yang mendasarinya.
Sindrom hepatorenal (HRS), merupakan kegagalan fungsi
dari ginjal, salah satunya dapat disebabkan oleh AKI. HRS
dapat berpotensi reversibel tetapi melibatkan mekanisme
patogenik yang sangat kompleks dan managemen terapi
yang sangat kompleks juga. Sekali HRS berkembang lebih
lanjut, maka prognosis akan menjadi lebih buruk.
tinjauan ini berfokus pada pendekatan diagnosis HRS dan
membahas protokol terapu yang diadopsi dari praktek
klinis.
2
Kata Kunci:
Sindrom Hepatorenal; Sirosis; Acute
kidney injury (gangguan ginjal akut);
Diagnosis; Penatalaksanaan; Terlipressin;
Sistem Pendukung Liver (hepar/hati)
3
PATOGENESIS
“
Sindrom Hepatorenal (HRS) dapat dianggap sebagai
tahap akhir dari kondisi patofisiologis yang ditandai
penurunan aliran darah ginjal (menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus sedangkan diluar
ginjal terjadi vasodilatasi arteriol yang luas sehingga
dapat menyebabkan resistensi vaskular total dan
hipotensi) akibat fungsi hati yang memburuk pada
pasien dengan sirosis dan asites
4
PATOGENESIS
“
5
PATOFISIOLOGI
6
PATOGENESIS
Ketidakstabilan
“ - Spontaneous
bacterial peritonitis,
- Perdarahan
hemodinamik gastrointestinal
- Disfungsi sirkulasi
post-paracentesis
7
Gangguan ginjal diperburuk oleh disfungsi jantung yang progresif yang
dikenal sebagai kardiomiopati sirosis
Planas dkk [17], dalam sebuah penelitian terdapat 263 pasien sirosis dengan 41 pasien
dengan onset asites dalam 3 bulan follow up, dan ditemukan tingkat prevalensi hingga 2,6%
pada HRS tipe I dan 5% untuk HRS tipe II, dengan kumulatif probabilitas (kumulasi
kemungkinan) perkembangan penyakit sebesar 11,4% ,
Wong dkk [18] juga melaporkan sebanyak 48% pasien masih antri dalam daftar tunggu untuk
mendapatkan transplantasi hati (hepar).
Meskipun terdapat perbedaan dalam data literatur, prevalensi HRS telah menurun dalam
beberapa tahun terakhir, yang mungkin disebabkan oleh pemahaman patofisiologi dan
peningkatan managemen klinis yang lebih baik
Meskipun demikian tidak menjamin pasien HRS dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang
lama dan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk kondisi ini adalah transplantasi hati.
9
DIAGNOSIS
“
10
DIAGNOSIS
▸ Kriteria diagnostik untuk HRS awalnya didefinisikan oleh
International Ascites Club (IAC) pada tahun 1994
▸ Sejak itu, pemahaman tentang patogenesis HRS dan
pengenalan terapi baru terus mengalami kemajuan
sehingga dilakukan revisi secara terus menerus dari
kriteria.
▸ Versi terbaru 2007 tidak termasuk penggunaan clearance
kreatinin (karena korelasi fungsi ginjal yang buruk pada
pasien dengan sirosis), dan telah menghilangkan kriteria
minor (fraksi ekskresi natrium, output urin) dianggap
kurang sensitif dan spesifik
▸ Infeksi bakteri tidak gunakan untuk mendiagnosis HRS
tetapi sangat penting untuk mengidentifikasi tidak adanya
syok septik 11
▸ Telah di deskripsikan sebelumnya,
sindrom hepatorenal terdiri dari 2
pembagian, I dan II. Tipe I dan tipe II
dibagi berdasarkan tingkat keparahan
dan tingkat perkembangan serta
dibedakan berdasarkan dasar patologi-
klinis
12
DIAGNOSIS
“
Tipe I dan tipe II dibagi berdasarkan tingkat
keparahan dan tingkat perkembangan serta
dibedakan berdasarkan dasar patologi-klinis
15
Pemulihan spontan jarang terjadi pada
kedua kasus kecuali ada terjadi
peningkatan fungsi liver secara
“
signifikan.
DIAGNOSIS
16
Jaringan AKI (AKI network = AKIN) telah diusulkan sebagai
definisi baru AKI untuk diagnosis HRS yang dirancang
untuk dimasukan kedalam kriteria IAC tradisional sehingga
dapat mengetahui kriteria yang cepat untuk mengenali
kerusakan pada ginjal
17
DIAGNOSIS
Dua studi prospektif terbaru menilai penerapan
kriteria AKI pada pasien dengan sirosis
Penelitian oleh Fagundes dkk pada 375 pasien Hasil ini menunjukkan bahwa
Penelitian oleh Piano dkk pada 233 pasien AKI dengan nilai kreatinin serum
<1,5 mg / dL adalah kondisi
yang relatif jinak dan berpotensi
reversibel,
19
DIAGNOSIS
“
20
▸ Pada semua pasien dengan gagal ginjal akut dan pada pasien
dengan sirosis, kreatinin serum mungkin tidak dapat
merefleksikan fungsi ginjal secara signifikan antara laki-laki dan
perempuan Karena itu diusulkan menggunakan cystain C sebagai
penanda alternatif fungsi ginjal.
21
Dalam 2 tahun terakhir, IAC Karena saat ini tidak ada tes
mengadakan pertemuan
khusus untuk
pengembangan konsensus untuk
mengidentifikasi HRS,
menganalisa definisi AKI terbaru
diagnosis bertumpu pada
pada pasien dengan sirosis dan
pengecualian pada etiologi
HRS, para ahli yang baru
menyetujui penghapusan nilai penyebab lain yang dapat
cut-off serum kreatinin dari menyebabkan gagal ginjal.
kriteria diagnostik HRS dan Penting untuk menetapkan
mereka tidak menyarankan etiologi gangguan ginjal
untuk mengevaluasi Cystain C untuk penatalaksanaan yang
tekad tepat.
22
DIAGNOSIS
Onset AKI pada pasien dengan sirosis masuk ke dalam diagnosis
diferensial dengan bentuk lain dari gangguan ginjal:
Pra- Nefropati
ginjal obstruktif
(45%) (<1% ) [34,35]
Organik nekrosis
tubular akut
dan
glomerulonefr
itis (32%)
23
Parameter yang secara tradisional digunakan untuk membedakan
AKI dari penyakit ginjal kronis (CKD) (konsentrasi natrium urin,
serum dan osmolaritas urine) tidak berlaku pada pasien dengan
sirosis dan asites. Seperti halnya, nilai urea serum biasanya
berkurang pada pasien sirosis karena sintesis hepar yang terganggu
25
Penatalaksanaan
26
▸ Armamentarium terapeutik saat ini termasuk obat dengan efek
vasokonstrik spesifik yang mempengaruhi sirkulasi splanknik selain
ginjal dan terapi penggantian liver yang bersifat artificial atau alami
(transplantasi hati). Transplantasi hati tetap merupakan satu-
satunya pengobatan yang benar-benar efektif tetapi dibatasi oleh
tingkat kematian yang tinggi pada pasien HRS dan kekurangan
donatur organ yang tersedia.
27
PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN PASIEN UMUM
28
Prevention and general patient managemen
29
Tujuan pengobatan harus untuk
menstabilkan pasien sampai waktu
transplantasi hati dan
mengoptimalkan kondisi klinis
mereka agar transplantasi dapat
berhasil
30
Medical management
Untuk meningkatkan fungsi hati dengan
penggunaan vasokonstriksi splanknik dan
vasodilatasi ginjal untuk mengurangi
hipertensi portal dan meningkatkan
tekanan arteri sistemik
31
Medical management
TERLIPRESSIN
• Perawatan pilihan untuk pasien dengan tipe I
dan tipe II HRS, dan terbukti menguragi Dosis total harian tidak
tingkat mortilitas boleh melebihi 2 mg IV
• Terlipressin dapat diberikan sebagai bolus bolus setiap 4-6 jam atau
intravena mulai dari dosis 0,5 mg setiap 4-6 12 mg / hari pada infus
jam atau sebagai infus kontinu (2 mg / hari) kontinyu
• efek vasokontriksi dari terlipressin
memperbaiki disfungsi sirkulasi pada
penyakit liver stadium akhir, yang secara
tidak langsung menyeimbangkan kembali
vasokonstriksi intrarenal dan menurunkan
tingkat renin, noradrenalin dan menurunkan
serum kreatinin Akibatnya, ginjal
mendapatkan kembali kendali sistem
pengaturannya sendiri
• Mengurangi aliran vena porta dan tekanan
porto-sistemik sehingga meningkatkan aliran
arteri hepatik dan meningkatkan oksigenasi
hepatoselular. 32
▸ Terlipressin harus dikaitkan dengan albumin (dengan dosis 1 g / kg
per hari pada hari pertama, tanpa melebihi 100 g / d, diikuti oleh
20-40 g / d)
▸ Hubungan terlipressin-albumin meningkatkan fungsi ginjal
sebesar 40% -60% [48], meningkatkan jumlah pasien yang
memenuhi syarat untuk transplantasi hati . Ketika nilai kreatinin
serum mencapai <1,5 mg / dL, pengobatan dianggap selesai
33
▸ Efek samping dari Terlipressin termasuk sakit perut
dengan kram dan diare sampai iskemia usus;
jantung tachiarrhythmias dan nyeri dada sehingga
pemantauan EKG dianjurkan. Vasokonstriksi
disebabkan oleh terlipressin dapat juga
menyebabkan sianosis, livedo reticularis, nekrosis
pada kulit dan ekstremitas [53]. Terlipressin juga
bisa dikaitkan dengan hiponatremia tetapi tanpa
gangguan yang bermakna
34
• Jika pasien menunjukkan efek samping, dosis harus
dikurangi atau dihentikan. Continous Infus lebih aman
dan kurangnya efek samping
35
Alpha-adrenergic receptor agonist norepinephrine telah terbukti
efektif dalam perawatan HRS. Infus norepinefrin kontinyu (dengan
dosis 0,5-3 mg / jam) harus dikaitkan dengan albumin yang
diberikan sebagai bolus IV setidaknya dua kali sehari (1 g / kg
hingga maksimum 100 g / d). Tujuannya adalah untuk
meningkatkan tekanan arteri rata-rata sebesar 10 mmHg dan
output urin> 200 mL setiap empat jam. Periode pengobatan
maksimum tidak boleh melebihi 2 minggu
36
Medical management
Alpha-adrenergic receptor agonist
• Alpha-adrenergic receptor agonist norepinephrine telah terbukti
efektif dalam perawatan HRS
• Infus norepinefrin kontinyu (dengan dosis 0,5-3 mg / jam) harus
dikaitkan dengan albumin
• Tujuannya adalah untuk meningkatkan tekanan arteri rata-rata
sebesar 10 mmHg dan output urin> 200 mL setiap empat jam
• Periode pengobatan maksimum tidak boleh melebihi 2 minggu
37
Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunt
38
Renal Replacement Therapy
39
Extracorporeal artificial liver
support therapy
40
Molecular adsorbent
recirculating system
Molecular adsorbent recirculating system (MARS)
menggabungkan monitor CRRT konvensional atau mesin
hemodialisis standar dengan sirkuit albumin dialisat. Sistem
ini didasarkan pada teknik menghilangkan zat toksin yang
terikat albumin (asam empedu dan oksida nitrat) dan sitokin
larut dalam air (IL-6 dan TNF-D) untuk menstabilkan fungsi
hati dan memperbaiki kerusakan organ.
41
Fractionated plasma separation and
absorption (Prometheus)
42
Transplantasi hati tetap Transplantasi ginjal-hati
merupakan pengobatan gabungan dalam kasus-
pilihan kasus tertentu
Tingkat mortalitasnya
sangat tinggi pada pasien
dengan tipe I HRS Alokasi organ terutama
didasarkan pada skor MELD,
sebuah sistem yang dirancang
Pemulihan fungsi ginjal untuk menentukan tingkat
tidak universal keparahan penyakit
berdasarkan parameter
laboratorium (kreatinin serum,
bilirubin dan INR)
43
KESIMPULAN
▸ HRS adalah komplikasi yang mengancam jiwa yang timbul pada pasien
dengan sirosis hati dan dipicu oleh serangkaian perubahan hemodinamik dan
neurohormonal kompleks yang terkait dengan penyakit hati. Kondisi ini
membawa prognosis yang sangat buruk dan tingkat morbiditas dan mortalitas
yang tinggi.
▸ Beberapa tahun terakhir telah melihat penurunan prevalensi HRS dan
peningkatan outcome pasien memungkinkan untuk pemahaman lebih baik
mengenai patofisiologi dan kemajuan strategi terapeutik.
penatalaksanaan (pengobatan) dari manajemen medis (terutama berdasarkan
pemberian vasopressor), pembedahan (TIPS) atau terapi instrumental
(misalnya, penggantian ginjal dan sistem pendukung hati). Meskipun terapi
arma-mentarium yang kami miliki akan mengontrol sindrom dan memperoleh
remisi sementara, tidak ada jaminan resolusi penyakit.
44
Satu-satunya pengobatan yang efektif yang
menawarkan pasien harapan pemulihan lengkap
adalah transplantasi hati atau transplantasi ginjal-hati
gabungan dalam kasus-kasus tertentu. Keputusan
untuk memulai transplantasi harus hati-hati dinilai
pada pasien HRS mempertimbangkan semua faktor
potensial yang mungkin mempengaruhi operasi
transplantasi dan hasilnya.
45
46