Anda di halaman 1dari 24

Djoko Poernomo

Dosen Filsafat Ilmu & Etika Akademik


Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
FISIP UNEJ
13 November 2018
 Mahasiswasetelah mempelajari materi ini
mampu menjelaskan konsep epistemologi
dan penerapannya
 Gunung meletus, Banjir bandang, Stunami,
Kebakaran hutan, Bertebaran candi-candi
(Borobudur, Prambanan, dsb), Kemiskinan,
Penyakit, Tatanan masyarakat yang rukun,
dan masih banyak lainnya.
 Mengapa semua itu ada atau terjadi?
Bagaimana cara manusia menjelaskan dan
menemukan bahwa itu benar adanya?
 Awalnya manusia berpikir bahwa kejadian alam seperti
gunung meletus, banjir bandang, penyakit, gagal panen,
dsb, karena para dewa marah kepada kita sebab tidak ada
“sesajen” yang disuguhkan kepada mereka. Manusia
percaya pada mitos. Pengetahuan didasarkan pada mitos-
mitos, lahir mitologi.
 Berikutnya manusia memberdayakan otak atau akal
pikirannya. Semua berbasis pada akal sehat untuk
membaca kejadian alam. Kelemahan akal sehat ialah
miskin analisis.
 Berikutnya ialah akal sehat yang terdidik. Analisis sudah
ada, berkembang rasionalisme. Dilain sisi ada aliran
idealisme. Keduanya miskin fakta/empiris.
 Berikutnya ialah pemikiran yang bertumpu pada fakta
empiris. Lahir pendekatan empirical.
 Akhirnya berkembang metode ilmiah (gabungan idealisme,
rasionalisme, dan empirisme).
 Abad pertengahan: “ilmu pengetahuan”
numpuk pada satu orang karena status orang
tersebut (misalnya Kepala Suku dianggap orang
serba bisa, bisa ngobati, meramal, bercocok
tanam, dsb). Kata kunci: tidak ada perbedaan /
diferensiasi / spesialisasi. Kebenaran monopoli
orang berstatus sosial tinggi.
 Abad penalaran (the age of reason): ada
perbedaan/diferensiasi/spesialisasi. Pohon
pengetahuan dapat dibedakan dari sisi ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
 Displin ilmu pengetahuan makin spesifik.
Pengembangan ilmu bisa melalui monodisiplin,
interdisiplin, dan transdisiplin.
 Pengetahuan pada hakekatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah
ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia
disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti
seni dan agama.
 Ilmu digunakan oleh manusia untuk memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi (empirik). Ilmu
dapat dipakai untuk meramal dan mengontrol
gejala alam.
 Bagaimana cara kita membangun ilmu yang
benar sehingga berguna bagi manusia? Misalnya
Ilmu Administrasi?
 Hakiki: kebenaran absolut, mutlak, tidak perlu
diragukan sampai akhir jaman. Misalnya wahyu
Tuhan, surah dan ayat-ayat dalam kitab suci
agama (misalnya Al Qur’an)
 Universal: kebenaran yang “berlaku” di alam
semesta. Misalnya bumi mengelilingi matahari.
 Relatif: kebenaran yang hanya berlalu
“sesaat” ketika kebenaran yang berlaku saat
itu gugur dikarenakan adanya temuan baru
yang membuktikan kebenaran masa lalu itu
keliru.
 Jenis kebenaran yang ada di Ilmu Administrasi?
 Kebenaran hakiki: harus percaya karena
indra kita (lahir) tidak mampu
menjangkau.
 Kebenaran di luar kebenaran hakiki: bisa
dibuktikan melalui serangkaian
pembuktian empirik.
 Pembuktian empirik: melahirkan ilmu
pengetahuan.
 Pada dasarnya sumber pengetahuan manusia
mendasarkan pada rasio (akal) dan
pengalaman empiris. Adakah sumber lain?
 Kaum yang mendasarkan rasio (rasionalis
atau paham idealisme) menggunakan metode
deduktif untuk menyusun pengetahuan.
 Kaum yang mendasarkan pada pengalaman
empiris membangun pengetahuan lewat
pengalaman yang konkrit (induktif).
 Teori kebenaran:
1. Teori koherensi (deduktif)
2. Teori korespondensi (induktif)
3. Teori pragmatis
 Contoh teori koherensi: “Semua manusia
pasti akan mati”, ini benar. “si Fulan seorang
manusia”, ini benar. “si Fulan pasti akan
mati”, ini juga benar.
 Contoh teori korespondensi: “Ibukota
Indonesia adalah Jakarta”, ketika dicek
difaktanya memang benar adanya.
 Contoh teori pragmatis?
 Penalaran
 Logika
 Sumber-sumber pengetahuan
 Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Berpikir merupakan
suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar.
 Penalaran mempunyai sejumlah ciri:
a) Logika (suatu pola berpikir tertentu).
b) Analitik (mengikuti logika tertentu).
 Penalaran ilmiah menggunakan gabungan
penalaran deduktif dan induktif.
 Bagaimana dengan perasaan dan intuisi?
 Logika dapat didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berpikir secara sahih
(logika induktif dan deduktif).
 Logika induktif: cara berpikir dimana
ditariknya suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus empiris yang
bersifat individual.
 Logika deduktif: cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
 Contoh 1: Kambing punya mata, gajah punya
mata, singa, kucing, sapi, kerbau, gajah, dan
binatang lainnya punya mata. Dari kenyataan-
kenyataan ini dapat disimpulkan yang bersifat
umum yakni semua binatang punya mata.
 Manfaat kesimpulan umum: ekonomis dan
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya, baik
secara induktif dan deduktif.
 Contoh 2: Semua binatang dan manusia punya
mata, maka kesimpulannya semua makhluk
punya mata.
 Penalaran ini memungkinkan disusunnya
pengetahuan secara sistematis yang mengarah ke
pernyataan-pernyataan yang semakin bersifat
fundamental.
 Pengetahuan yang dikumpulkan manusia
bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta
melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta
yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud
membuat reproduksi dari obyek tertentu,
melainkan menekankan kepada struktur dasar
yang menyangga ujud fakta tersebut.
 Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan
cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa
manisnya segelas kopi atau pahitnya pil kina.
Pengetahuan cukup dengan pernyataan
elementer yang bersifat kategoris: kopi itu
manis, pil kina pahit.
 Contohsilogisme (disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan):
 Semua makhluk punya mata (premis
mayor)
 si Fulan seorang makhluk (premis minor)
 Jadi si Fulan punya mata (kesimpulan).
 Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
 Metode merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-
langkah yang sistematis.
 Metodologi merupakan suatu pengkajian dari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam
metode ilmiah. Jadi metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode ilmiah.
 Metodologi ini secara filsafati termasuk apa yang
dinamakan epistemologi.
 Epistemologi (dari kata episteme =
pengetahuan dan logos = pengetahuan
sistematis) merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan:
1. Apakah sumber-sumber pengetahuan?
2. Apakah hakekat, jangkauan dan ruang
lingkup pengetahuan?
3. Apakah manusia dimungkinkan untuk
mendapatkan pengetahuan?
4. Sampai tahap mana pengetahuan yang
mungkin untuk ditangkap manusia?
 Metode ilmiah menggabungkan metode:
1. deduktif, dan
2. induktif.
o Apa itu metode deduktif dan induktif?
Silahkan baca materi kuliah sebelumnya.
o Kajian lain menyatakan metode ilmiah bisa
didekati oleh:
1. Mainstream paradigm
2. Non-mainstream paradigm
PERUMUSAN
MASALAH

KHASANAH Deduksi PENYUSUNAN


PENGETAHUAN ILMIAH Koherensi KERANGKA BERPIKIR

PERUMUSAN
Pragmatisme

HIPOTESIS
Korespondensi
Induksi

PENGUJIAN
DITERIMA DITOLAK
HIPOTESIS
PENELITI MENGUJI KONSTRUKSI TEORI

PENELITI MENGUJI HIPOTESIS/PERTANYAAN


PENELITIAN YANG DIPEROLEH DARI TEORI

PENELITI MENGOPERASIONALKAN KONSEP


(CONSTRUCT) ATAU VARIABEL-VARIABEL YANG
DIPEROLEH DARI TEORI.

PENELITI MENGGUNAKAN INSTRUMEN UNTUK


MENGUKUR VARIABEL-VARIABEL DALAM TEORI

Gambar. Penelitian Deduktif dalam Paradigma Kuantitatif


Kebutuhan
Abstrak Ilmiah
Teori Construct

Proksi Pengukuran

Variabel-
Variabel

Gambaran Sistematik

Fenomena
Realitas Subyek/Obyek
Alam Penelitian
PENELITI MENYUSUN KONSTRUKSI TEORI ATAU
MEMBANDINGKAN TEORI DENGAN TEORI LAIN

PENELITI MENCARI TEORI-TEORI

PENELITI MEMBENTUK KATEGORI-KATEGORI.

PENELITI MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN

PENELITI MENGUMPULKAN INFORMASI

GAMBAR. PENELITIAN INDUKTIF DALAM PARADIGMA KUALITATIF


REFERENSI
 Husaini, Adrian., et al., 2013, Filsafat Ilmu:
Perspektif Barat dan Islam, Gema Insani,
Jakarta.
 Lubis, Akhyar Yusuf, 2015, Filsafat Ilmu: Klasik
Hingga Kontemporer, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
 Suriasumantri, Jujun S., 2000, Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
 Suriasumantri , et al., 2012, Ilmu Dalam
Perspektif, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai