Anda di halaman 1dari 35

PENDAHULUAN

• Rinosinusitis merupakan proses inflamasi mukosa sinus paranasal. Proses


terjadinya rinosinusitis biasanya dipicu oleh infeksi saluran napas atas, rinitis
alergi, polip hidung, dan kelainan lain yang menimbulkan sumbatan hidung.
Penyebab utamanya ialah common cold yaitu reaksi inflamasi pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus, selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri.
• Rhinosinusitis sering disebut sebagai sinusitis. Sinusitis terjadi ketika sinus
tersumbat atau terlalu banyak lendir yang menyebabkan satu atau lebih rongga
menjadi meradang atau bengkak. Rhinitis alergi atau asma dapat dikaitkan
dengan sinusitis kronis .
• Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Yang paling sering
ditemukan ialah sinusitis maksillaris dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan
sinusitis sphenoid lebih jarang.
• Di Amerika Serikat, survei rumah tangga berbasis populasi yang dilakukan oleh
National Center for Health menemukan prevalensi rinosinusitis dilaporkan sendiri
13% pada tahun 2009. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang
merupakan infeksi virus, alergi dan gangguan anatomi yang selanjutnya dapat
diikuti infeksi bakteri.
ANATOMI SINUS PARANASAL
HISTOLOGI SINUS PARANASAL
FISIOLOGI SINUS PARANASAL
Sinus paranasal memiliki berbagai fungsi, • Meningkatkan resonansi suara
yaitu:
Sinus berfungsi sebagai rongga resonansi
• Meringankan berat kepala, suara dan mempengaruhi kualitas
suara.
Sinus membantu keseimbangan kepala
karena mengurangi berat tulang • Membantu produksi mucus
muka. Akan tetapi bila udara dalam
sinus digantikan dengan tulang, Mukus yang dihasilkan oleh sinus
hanya akan memberikan paranasal membersihkan partikel
pertambhana berat 1% dari berat yang turut masuk dengan udara
kepala. inspirasi karena mukus dari meatus
medius.
• Pelembab dan pemanasan
menghirup udara
Sinus berfungsi sebagai penahan panas,
melindungi orbita dan fossa serebri
dari suhu rongga hidung yang
berubah-ubah. Akan tetapi kenyataan
sinus-sinus yang besar tidak terletak
diantara hidung dan organ-organ yang
dilindungi.
DEFINISI RHINOSINUSITIS
• Rhinosinusitis didefinisikan sebagai peradangan pada selaput lendir hidung dan
sinus paranasal.
• Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis.
Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus,
yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
• Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal.
Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena.
• Bila mengenai beberapa asinus disebut multisinusitis. Bila mengenai
semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.
Inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang ditandai oleh dua/lebih gejala,
satu diantaranya adalah blokade nasal/obstruksi/kongesti atau adanya nasal
discharge (anterior/post nasal drip), disertai :
- Nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah.
- Penurunan/ hilangnya penghidu.
Temuan nasoendoskopi:
- Polip dan/ atau
- Sekret mukopurulen dari meatus medius dan/ atau
- Edema/ obstruksi mukosa di meatus medius dan/ atau
Gambaran tomografi komputer:
- Perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus
(European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012
ETIOLOGI
 ISPA akibat virus  sumbatan kompleks
 rinitis terutama rinitis osti-meatal (KOM)
alergi  infeksi tonsil
 rinitis hormonal pada  infeksi gigi
wanita hamil  kelainan imunologik
 polip hidung  diskenesia silia seperti
 kelainan anatomi pada sindrom Kartgener
seperti deviasi septum  lingkungan berpolusi,
atau hipertrofi konka udara dingin dan kering
serta kebiasaan
merokok
KLASIFIKASI BERDASARKAN BERATNYA
PENYAKIT
Berdasarkan skor total visual analogue scale (VAS) (0-10
cm), dibagi menjadi :
 RINGAN =VAS 0-3
 SEDANG =VAS > 3-7
 BERAT =VAS > 7-10

(European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012


KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU

KRITERIA SINUSITIS AKUT SINUSITIS KRONIK


Dewasa Anak Dewasa Anak
1. Lama Gejala dan Tanda < 8 mgg < 12 mgg ≥ 8 mgg ≥ 12 mg

2. Jumlah Episode < 4x / thn < 6x / thn ≥ 4x / thn ≥ 6x / thn


Serangan akut, masing-masing
berlangsung minimal 10 hari

3. Reversibilitas mukosa Dapat sembuh sempurna Tidak dapat sembuh


sempurna

Dengan medikamentosa Dengan medikamentosa


KLASIFIKASI

Akut
Rhinosinusitis Polip
Kronik
Non Polip
PATOFISIOLOGI
RHINOSINUSITIS AKUT
Gejala < 4 minggu
Common cold/
rinosinusitis viral
akut :
 Gejala < 10 hari
 Puncak gejala hari
ke-3
 Penyebab :
rhinovirus
Rhinosinusitis Bakterial Akut (ABRS)
 Perburukan gejala setelah 5 hari atau gejala menetap setelah 10 hari dengan lama
sakit < 12 minggu
 Keluar cairan yang tidak berwarna & sekret purulen
 Nyeri berat
 Demam < 38 C
 ‘Double Sickening’
ETIOLOGI
Virus :
Rhinovirus & coronavirus
Bakteri :
S. pneumonia, Haemofilus influenza, M. Cataralis, S. aureus
FAKTOR PREDISPOSISI
• Dalam keadaan normal, mukosiliar
Cilliary penting untuk mekanisme pertahanan
dalam mencegah rhinosinusitis, namun
Impairment bila terjadi rhinosinusitis viral, akan
menyebabkan hilangnya silia dan sel silia
sehingga mekanisme pertahanan
terganggu.
• Superinfeksi bakteri pada mukosa
Pathogens yang rusak oleh infeksi virus (common
cold) menjadi penyebab penting
terjadinya akut rhinosinusitis.
• Pada penderita rhinitis alergi, mukosa sinus
Allergy membengkak dan cenderung
menyumbat ostium sinus, mengurangi
untuk

ventilasi, menyebabkan retensi mukus


sehingga lebih mudah terinfeksi.
DIAGNOSIS
Berdasarkan gejala, pemeriksaan radiologis tidak diperlukan (foto polos sinus paranasal tidak direkomendasikan)
o Gejala kurang dari 12 minggu:
Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti
atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior):
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
± penurunan/ hilangnya penghidu
dengan interval bebas gejala bila terjadi rekurensi
dengan validasi per-telepon atau anamnesis tentang gejala alergi, seperti bersin, ingus encer seperti air, hidung
gatal dan mata gatal serta berair.
o Common cold/ rinosinusitis viral akut didefinisikan sebagai:
Lamanya gejala < 10 hari
o Rinosinusitis non-viral akut didefinisikan sebagai:
Perburukan gejala setelah 5 hari atau gejala menetap setelah 10 hari dengan lama sakit < 12 minggu
PEMERIKSAAN
Rhinoskopi anterior :
 Hiperemis
 Edema mukosa
 Sekret purulen, krusta
Suhu
 Demam > 38 ̊C
Inspeksi dan palpasi sinus
 Dapat ditemukan
pembengkakan
dan nyeri pada daerah maksilo
fasial
dan periorbita.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan Mikrobiologi
 Foto polos sinus paranasal  Kultur nasal tidak
tidak direkomendasikan. direkomendasikan dilakukan
 Kriteria diagnosis : tampak secara rutin.
udara/fluid level atau  Gold standart : mengetahui
gambaran opak komplit. etiologi (puncture dan aspirasi)
 Tomografi komputer juga tidak  Dilakukan apabila :
direkomendasikan, kecuali - Adanya perubahan yang tidak
terdapat: biasa
 Tidak ada fasilitas foto rontgen - Komplikasi
 penyakit sangat berat
 pasien imunokompromais
(penurunan imunitas)
 tanda komplikasi
 Multiple recurrent episodes
PENATALAKSANAAN
RHINOSINUSITIS KRONIK
DENGAN POLIP
Rhinosinusitis kronik adalah suatu inflamasi pada (mukosa) hidung dan sinus
paranasal > 12 minggu.
Rinosinusitis kronik merupakan kelompok primer sedangkan polip nasi merupakan
subkategori dari rinosinusitis kronik.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Cilliary Impairment
2. Allergy
3. Lower airway involvement
4. Immunocompremised state
5. Genetik
6. Kehamilan dan status endokrin
7. Host
8. Mikroorganisme
9. Osteitis
10. Lingkunagn
11. Iatrogenik
PATOFISIOLOGI DENGAN POLIP
DIAGNOSIS
Gejala lebih dari 12 minggu
Terdapat gejala berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret
hidung anterior/ posterior) disertai :
 nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
 penurunan/ hilangnya penghidu
anamnesis tentang gejala alergi, ingus seperti air, hidung gatal, mata gatal dan
berair, jika positif ada, seharusnya dilakukan pemeriksaan alergi.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
 Rhinoskopi anterior
 Radiologi
PEMERIKSAAN FISIK
 Rinoskopi anterior
 Palpasi dan perkusi
frontal sinus area,
medial orbital regions
(ethmoids), maxillary
sinus
 Periorbital edema
 Endoskopi
 Pemeriksaan THT
lengkap (otitis media
atau serous otitis
media 
berhubungan dgn
rhinosinusitis)
 Gejala
 Facial pain/fullness
 Hyperemis mucosa
 Purulent nasal disch.
 Post nasal drip
 Periorbital oedem
 Faktor Resiko
 Deviated septum
 Concha bulosa
 Nasal polyp
 Sinonasal neoplasma
 Corpus alienum
 Adenoiditis kronis
RHINOSKOPI ANTERIOR

• Edema
• Hiperemis
• Cairan
mukopurulen
• Polip
• Krusta
ENDOSKOPI
• Keadaan konka
• Lokasi dari polip
• Sekret purulen dari ostium sinus
• Konka bullosa
• Deformitas dari konka
• Septum deviasi
• Abnormalitas lainnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos
- Struktur KOM :
Superposisi
- Posisi Water’s :
Sinus Maksilaris
• Ct Scan
- Pilihan untuk
rhinosinusitis
kronis (koronal)
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
Mata (chandler’s): selulitis periorbital, selulitis orbital, abses periosteal, abses orbital,
trombosis sinus cavernosus
Tulang : osteomyelitis os maksila dan os frontal
Neurologi : abses (epidural, subdural, intraparenkim), meningitis, trombosis sinus
kavernosus

Anda mungkin juga menyukai