Anda di halaman 1dari 25

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU, USIA KEHAMILAN


DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH
SAKIT PUSRI PALEMBANG TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :

CINDY TRIANA TD
151540102041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2017
BAB I
A. Latar Belakang
Negara Provinsi Sumsel
Berkembang INDONESIA
Data BPS Prov
ASEAN Sumsel (2015) angka
BBLR di prov
Sumsel (886 BBLR)
Indonesia nempati Tahun 2013 dari 172.016 bayi
urutan ketiga Indonesia negara angka BBLR di lahir., sedangkan
sebagai negara ke dua dengan Indoensia(10,2%) kota Palembang (283
dengan prevalensi prevalensi BBLR  Tertinggi di BBLR) dari 29.295
BBLR tertinggi tertinggi (11,1%) Provinsi Nusa bayi lahir.
(11,1%), setelah di antara negara Tenggara
India (27,6%) dan ASEAN lainnya, Timur Di Rumah Sakit
Afrika Selatan setelah Filipina (19,2%). Pusri Palembang :
(13,2%) . (21,2%).  Terendah di  Tahun 2014
Provinsi (17,8%),
(WHO, 2011) (WHO, 2012) Sumatera  Tahun 2015
Barat (6%). (19,0%) dan
 Tahun 2016
(11,2%).
Hubungan antara usia ibu, usia kehamilan, riwayat
Rumusan Masalah BBLR dan paritas dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017

Tujuan Umum
Tujuan Penelitian
Tujuan Khusus

Bagi RS Pusri
Palembang

Bagi STIKes
Manfaat Penelitian ’Aisyiyah Palembang

Bagi Peneliti

Ruang Lingkup
Penelitian
BAB II

Definisi BBLR
A. BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2.500 gram

Klasifikasi BBLR
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
b. Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR)
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER)
2. Menurut Masa Gestasinya
a. Prematuritas Murni
b. Dismaturitas
Next

Diagnosis BBLR Penatalaksanaan BBLR

 Penghitungan HPHT (Hari 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pertama Haid Terakhir) 2. Pengaturan dan pegawasan intake
 Penilaian secara klinis nutrisi
yaitu Berat badan, 3. Pencegahan infeksi
Panjang badan, Lingkar 4. Penimbangan berat badan
dada, Lingkar kepala. 5. Pemberian oksigen
6. Pengawasan jalan nafas

Faktorr Resiko BBLR


Faktor Janin

Faktor Ibu Faktor


Kehamilan
Next

Diagnosis BBLR

 Penghitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)


 Penilaian secara klinis yaitu Berat badan, Panjang badan, Lingkar dada,
Lingkar kepala.

Penatalaksanaan
BBLR

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi


2. Pengaturan dan pegawasan intake nutrisi
3. Pencegahan infeksi
4. Penimbangan berat badan
Perubahan Psikologis
5. Pemberian oksigen
pada Masa Nifas
6. Pengawasan jalan nafas
B. Kerangka Teori

FAKTOR IBU Sumber : Modifikasi Teori Maryani, dkk


1. Usia ibu (2011), Manuaba (2010),
2. Paritas Prawirohardjo (2010)
3. Riwayat kelahiran
BBLR
4. Jarak kehamilan, dll

FAKTOR KEHAMILAN
1. Usia kehamilan
2. Komplikasi kehamilan BBLR
3. Kehamilan ganda

FAKTOR JANIN DAN PLASENTA


1. Cacat bawaan
2. Infeksi dalam rahim
3. Kelainan kromosom
4. Hidromnion
5. Pertumbuhan janin terhambat
(IUGR)
BAB III

A. Kerangka Konsep

Usia Ibu

Usia Kehamilan

Riwayat BBLR BBLR

Paritas
B. Definisi Operasional

Variabel Definisi
No. Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Penelitian Operasional
1. Berat Badan Bayi yang lahir Medical Cheklist 1. Ya, berat lahir Ordinal
Lahir dengan berat Record <2500 gram
Rendah kurang dari 2. Tidak, berat lahir
≥2500 gram
(BBLR) 2500 gram
(Kemenkes, 2010)
2 Usia Ibu Umur ibu yang Medical Cheklist 1. Berisiko, <20 Ordinal
tercatat di Record tahun dan atau
rekam medik. >35 tahun
2. Tidak berisiko,
≥20 - ≤35 tahun
(Pramono dan Putra,
2009))
3 Usia Umur Medical Cheklist 1. Preterm, bayi Ordinal
Kehamilan kandungan saat Record lahir <37 minggu
kehamilan 2. Aterm, Bayi
yang lahir ≥37
berakhir.
minggu.
(Jammeh, dkk, 2011)
Variabel Definisi
No. Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Penelitian Operasional
4. Riwayat Ibu yang pernah Medical Cheklist 1. Ya, ada riwayat Nominal
BBLR melahirkan Record melahirkan
anak BBLR BBLR
2. Tidak, ada
pada persalinan
riwayat
sebelumnya melahirkan
BBLR (Sutan,
dkk, 2014)
5. Paritas Jumlah kehamilan Medical Cheklist 1. Paritas tinggi, Ordinal
yang menghasil- Record apabila anak ibu ≥ 3
kan janin hidup orang.
atau mati, bukan 2. Paritas rendah,
jumlah janin yang apabila anak ibu < 3
dilahirkan. orang.
(Wahyuningsih, 2009).

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Alternatif (Ha)


Ada hubungan antara usia ibu, usia kehamilan, riwayat BBLR dan paritas
dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017.
BAB VI

Jenisnya penelitian ini adalah penelitian


Desain Penelitian survey analitik kuantitatif, dengan
menggunakan pendekatan cross sectional

Populasi dan Cara Pengambilan sampel :


Sampel Penelitian Simple random sampling
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Pusri Palembang, pada bulan Septembar -
Tempat dan waktu
Desembar Tahun 2017
Penelitian
1. Izin Penelitian
2. Anonimity (Tanpa nama)
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Etika Penelitian
1. Data Sekunder
2. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
1. Editing (Pengeditan data)
2. Coding (Buku Kode/Pengkodean)
Pengolahan Data 3. Processing (Pemasukan Data)
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Teknik Analisis Data 1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat

Derajat kepercayaan/confidency
interval (CI) 95% dan
kemaknaan (α) = 0,05

a. Jika p value ≤  ; Ho ditolak


b. Jika p value >  ; Ho diterima
BAB V
HASIL PENELITIAN
• Analisis Univariat
1. KEJADIAN BBLR
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian BBLR
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Frekuensi Persentase
No. Kejadian BBLR
n %

1 Ya 37 21,1

2 Tidak 138 78,9

Total 175 100

Sumber : Hasil penelitian data sekunder, 2017.


Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 175 bayi jumlah
bayi yang tidak mengalami BBLR lebih banyak jika dibandingkan
dengan bayi yang mengalami BBLR yaitu sebanyak 37 bayi
(21,1%).
• 2. Usia Ibu
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Frekuensi Persentase
No. Usia Ibu
n %

1 Berisiko 44 25,1

2 Tidak Berisiko 131 74,9

Total 175 100

Sumber : Hasil penelitian data sekunder, 2017.


Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwadari 175 bayi yang lahir dari ibu
dengan usia tidak berisiko lebih banyak jika dibandingkan dengan bayi
yang lahir dari ibu dengan usia berisiko yaitu sebanyak 131 bayi (74,9%).
• 3. Usia Kehamilan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Frekuensi Persentase
No. Usia Kehamilan
n %

1 Preterm 41 23,4

2 Aterm 134 76,6

Total 175 100

Sumber : Hasil penelitian data sekunder, 2017.


Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 175 bayi, bayi yang lahir dengan usia
kehamilan aterm lebih banyak jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan usia
kehamilan preterm yaitu sebanyak 134 bayi (76,6%).
• 4. Paritas Ibu
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Rseponden Berdasrakan Paritas Ibu
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Frekuensi Persentase
No. Paritas
n %
1 Paritas Tinggi 31 17,7
2 Paritas Rendah 144 82,3
Total 175 100

Sumber : Hasil penelitian data sekunder, 2017.


Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 175 bayi, bayi yang lahir dari
ibu dengan paritas rendah lebih banyak jika dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari ibu dengan paritas tinggi yaitu sebanyak 144 bayi (82,3%).
Tabel 5.5
Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Kejadian BBLR
Jumlah
No. Usia Ibu P value
Ya Tidak
n % n % n %
1. Berisiko 29 78,4 15 10,9 44 25,1
2. Tidak Berisiko 8 21,6 123 89,1 131 89,1 0,000
Total 15 160 175 100,0

SSumber : hasil uji chi-square test, 2017.


-Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 44 bayi yang lahir dari ibu dengan usia berisiko ada
29 bayi (78,9%) yang mengalami BBLR. Dari 131 bayi yang lahir dari ibu dengan usia tidak
berisko ada 8 bayi (21,6%) yang mengalami BBLR. Hal ini menunjukan bahwa bayi yang
mengalami BBLR lebih banyak terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan usia berisko.
-Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,000 artinya < α = 0,05. Hal ini menunjukkan
ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang
Tahun 2017 yang terbukti secara statistik.
-Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai OR sebesar 29,725 (95% CI = 11,511-76,758). Pada
CI 95% antara lower dan upper limit tidak terdapat nilai 1, sehingga nilai OR bermakna atau dapat
disimpulkan bahwa usia berisiko (<20 tahun dan > 35 tahun) mempunyai risiko 29,725 kali
melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia tidak berisiko (20 – 35 tahun)
di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017.
Tabel 5.6
Hubungan antara Usia Kehamilan dengan Kejadian BBLR
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Kejadian BBLR
Jumlah
No. Umur Kehamilan Ya Tidak P value
n % n % N %
1. Preterm 30 81,1 11 8,0 41 23,4
2. Aterm 7 28,9 127 92,0 134 76,6 0,000
Total 37 138 175 100,0

Sumber : hasil uji chi-square test, 2017.


- Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 41 bayi yang lahir pada usia kehamilan preterm ada
30 bayi (81,1%) yang mengalami BBLR, dari 134 bayi yang lahir pada usia kehamilan aterm ada 7
bayi (28,9%). Hal ini menunjukan bahwa bayi yang mengalami BBLR lebih banyak terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia preterm..
- Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,000 artinya < α = 0,05. Hal ini menunjukkan ada
hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang
Tahun 2017 yang terbukti secara statistik.
- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai OR sebesar 49,481 (95% CI = 17,704-138,289). Pada
CI 95% antara lower dan upper limit tidak terdapat nilai 1, sehingga nilai OR bermakna atau dapat
disimpulkan bahwa usia kehamilan preterm (<37 minggu) mempunyai risiko 49,481 kali melahirkan
bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia kehamilan aterm (≥37 minggu) di Rumah
Sakit Pusri Palembang tahun 2017.
Tabel 5.7
Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR
di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017

Kejadian BBLR
Jumlah
No. Paritas Ya Tidak P value
n % n % n %
1. Paritas Tinggi 25 67,6 12 8,7 37 21,1
2. Paritas Rendah 12 32,4 126 91,3 138 78,9 0,000
Total 37 138 175 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 37 bayi yang lahir pada paritas tinggi ada
25 bayi (67,6%) yang mengalami BBLR, sedangkan dari 138 bayi yang lahir pada paritas
rendah ada 12 bayi (32,4%). Hal ini menunjukan bahwa bayi yang mengalami BBLR lebih
banyak terjadi pada bayi yang lahir dengan paritas tinggi..
- Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,000 artinya < α = 0,05. Hal ini
menunjukkan ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah
Sakit Pusri Palembang Tahun 2017 yang terbukti secara statistik.
- Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai OR sebesar 21,857 (95% CI = 8,823-54,234).
Pada CI 95% antara lower dan upper limit tidak terdapat nilai 1, sehingga nilai OR bermakna
atau dapat disimpulkan bahwa paritas tinggi (>3 orang) mempunyai risiko 21,857 kali
melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas rendah (≤3 orang) di
Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017.
BAB VI
PEMBAHASAN

• 1.Kejadian BBLR
– berdasarkan penelitian di rs pusri→ bahwa masih terdapat bayi yang mengalami kejadian
BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang
2. Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit
Pusri Palembang Tahun 2017
- Pada penelitian ini dari 44 bayi yang lahir dari usia ibu berisiko sebanyak 29
bayi (78,4%) yang mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 131 bayi yang
lahir dari usia ibu tidak berisiko rendah sebanyak 8 bayi (21,6%) yang mengalami
kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa kejadian BBLR lebih banyak pada
bayi yang lahir dari usia ibu risiko tinggi dari pada usia risiko rendah.
- Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,000 artinya < α = 0,05. Hal ini
menunjukan ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR.
-Usia dapat mempengaruhi kejadian BBLR, hal ini sesuai dengan teori semakin
cukup umur reproduksi antara 20-35 tahun tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Ibu dikatakan beresiko tinggi
apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
C. Hubungan antara Usia Kehamilan dengan Kejadian BBLR di Rumah
Sakit Pusri Palembang Tahun 2017
• Pada penelitian ini dari 41 bayi yang lahir dari usia kehamilan preterm
sebanyak 25bayi (67,6%) yang mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari
134 bayi yang lahir dari usia kehamilan aterm sebanyak 12 bayi (32,4%)
yang menglami kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa kejadian BBLR
lebih banyak pada bayi yang memiliki usia kehamilan aterm dari pada usia
kehamilan aterm.
• Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,000 sedangkan nilai < α =
0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia kehamilan
dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang 2017.
• Dengan tingginya risiko usia kehamilan <37 minggu terhadap kejadian
BBLR, sehingga disarankan kepada ibu untuk melahirkan anak pada usia
kehamilan ≥37 minggu dengan cara menjaga pola hidup dan pola makan
selama masa kehamilan dan kepada petugas kesehatan yang
memeriksakan kehamilannya secara teratur dan sesuai jadwal pemeriksaan
sehingga bila ada kelainan akan segera terdeteksi dan akan segera
mendapatkan pertolongan medis.
D. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri
Palembang Tahun 2017
- Pada penelitian ini dari 37 bayi yang lahir dari paritas tinggi sebanyak 14 bayi
(37,8%) yang mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 138 bayi yang lahir
dari paritas rendah sebanyak 24 responden (19,6%) yang mengalami kejadian
BBLR. Hal ini menunjukan bahwa kejadian BBLR lebih banyak yang memiliki
paritas tinggi daripada paritas rendah.
- Hasil uji statistik chi-square diketahui p value = 0,035 sedangkan nilai < α =
0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan
kejaidan BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017.
- Menurt Astuti (2008), kehamilan dengan paritas tinggi menyebabkan
kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
diregangkan akibat kehamilan. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak
ataupun kelainan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi berat badan
lahir rendah. Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari ibu ke janin dan
semakin tinggi paritas maka risiko untuk melahirkan BBLR semakin tinggi.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kejadian BBLR Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun
2017 yang mengalami kejadian yaitu sebesar 37 responden (21,1%).
2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017
responden yang usia risiko tinggi lebih banyak dari pada usia risiko rendah yaitu 131 responden
(74,9%).
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia kehamilan di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun
2017 responden yang usia kehamilan aterm lebih banyak dari pada usia kehamilan preterm yaitu 139
responden (79,4%).
4.Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas ibu di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun
2017 responden yang paritas rendah lebih banyak dari pada paritas tinggi yaitu 144 responden
(82,3%).
5.Ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang
Tahun 2017 di dapat p value = 0,000 < α = 0,05.
6.Ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri
Palembang Tahun 2017 di dapat p value = 0,000 < α = 0,05.
7.Ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang
Tahun 2017 di dapat p value = 0,000 < α = 0,05.
• SARAN
1.Bagi Rumah Sakit Pusri Palembang
Diharapkan bagi Rumah Sakit Pusri Palembang untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dengan cara melakukan penyuluhan mengenai risiko BBLR dan dampak yang ditimbulkan
akiaba BBLR serta konseling sevara intensif kepada pasangan usia subur (PUS) harus digalakan oleh
petugas kesehatan agar proses kehamilan dan persalinan dapat direncankan sehingga faktor risiko
ibu hamil dapat dicegah.

2.Bagi Institusi STIKES ‘Aisyiyah Palembang


Diharapkan agar pihak pendidikan dapat meningkatkan fasilitas pendidikan terutama perpustakaan
yang harus melengkapi buku–buku dan informasi tentang kesehatan yang lebih terbaru, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pembuatan karya tulis ilmiah.

3.Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan data sekunder, maka peneliti menyarankan untuk
melakukan penelitian dalam kaitannya menggunakan data primer dan menambahkan variabel yang
lebih bervariasi dan responden yang lebih banyak.
Terima Kasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai