Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

Teknik perumusan peraturan kebakaran

berbasis kinerja untuk hunian vertical


rumah susun

Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc.FPE


Oktober 2018
DIPERLUKAN PENDEKATAN
BARU DALAM DESAIN
SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN YANG LEBIH
FUNGSIONAL DAN
OPERATIVE
APA POTENSI BAHAYA DI RUMAH
SUSUN
 Pada tahap
perencanaan
 Pada tahap
procurement
 Pada tahap
pelaksanaan /
konstruksi
 Pada tahap
pemanfaatan

RISK
Proyek pembangunan rusun Pasar Rumput, Jakarta
SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN YANG TEPAT
SAAT INI ADALAH SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN
BASIS POTENSI BAHAYA

MELALUI PENDEKATAN BASIS KINERJA


ATAU PERFORMANCE BASED METHOD
PRESCRIPTIVE versus PERFORMANCE-
BASED METHODS
Prescriptive based Performance-based

 Kaku / rigid / konservatif  Lentur / flexible / rasional


 Apa yang tertulis dalam  Peluang untuk inovasi
code dilakukan  Ada solusi alternatif
 Seolah hanya ada satu  Bisa lebih cost effective
solusi / as precribed  Dimensi bisa lain / tidak
 Mengikuti dimensi sama, namun bisa lebih
tertentu handal (fire modelling)
 Dasarnya adalah  Bisa di verifikasi lewat
konsensus test atau perhitungan
 “Deemed to satisfy” tmsk simulasi komputer
Prof. The Kem Jin / National University of Singapore

A Performance-based Code specifies a


required level of Performance
It allows the designer and project
owner to determine the solution and
method to achieve the end goal
Reff : Australian Building Code Board
Beberapa contoh perhitungan a.l
 Menghitung waktu pencapaian
flashover (untuk life safety)
 Menghitung angka ketahanan
api berdasarkan beban api
 Menghitung intensitas / severity
kebakaran (principle of Law)
 Menghitung nilai ASET dan
RSET (untuk evakuasi)
 Menghitung jarak antara kepala
sprinkler terkait klas bahaya
(hydraulic calculation)
 Menghitung lebar eksit untuk
sarana jalan ke luar
Beberapa contoh perhitungan
 Menghitung jumlah armada
damkar dikaitkan dengan klas
risiko konstruksi bangunan
terbakar
 Menghitung OTTV selubung
bangunan untuk hemat energi
 Mengevaluasi tingkat keandalan
pemasangan sistem detektor
panas maupun asap
 Menghitung jarak aman antar
bangunan terkait dengan radiasi
termal saat terjadi kebakaran
RUMUS MENGHITUNG KEBUTUHAN
AIR MINIMUM

 Pasokan air total = V/ARK x AAA x FB ….. 1)


dengan :
V = volume total bangunan (m3)
ARK = angka klas risiko kebakaran hunian
AKK = angka klas konstruksi risiko kebakaran
FB = faktor bahaya bangunan berdekatan

ARK DAN AKK ADALAH ELEMEN-ELEMEN DALAM SISTEM


PROTEKSI PASIF
ARK untuk bahan sedang AKK untuk struktur
ANGKA KLASIFIKASI RISIKO
KEBAKARAN BANGUNAN /HUNIAN
ARK KRITERIA KETERANGAN
3 Jumlah & isi bhn mudah terbakar sangat tinggi. Bahaya
Kebakaran berkembang sangat cepat dengan nilai sangat tinggi
pelepasan panas / kalor sangat tinggi*
4 Risiko bahaya kebakaran tinggi, berkembang cepat Bahaya tinggi
dengan nilai pelepasan panas tinggi*
5 Risiko bahaya kebakaran sedang, dgn tinggi tumpu- Bahaya sedang
kan tidak lebih dari 3,7 m. Berkembang sedang
dengan nilai pelepasan kalor sedang
6 Jumlah & isi bhn mudah terbakar sedang dan tinggi Bahaya rendah
dengan tinggi tumpukan maks 2,5 m. Berkembang
sedang dengan nilai pelepasan kalor sedang
7 Jumlah & isi bahan mudah terbakar rendah, berkem- Bahaya rendah
bang rendah, nilai pelepasan panas relatif rendah

*Bangunan <15 m jaraknya masuk klas yang sama


Lebih ditentukan oleh sifat bakar bahan dan isi bangunan
BANGUNAN DENGAN ARK 3
 Hanggar pesawat terbang
 Pabrik kimia / petrokimia
 Penyulingan / kilang minyak
 Gudang bhn mudah terbakar
 Pabrik / gudang plastik
 Pengergajian kayu
 Pemintalan
 Pabrik pernis dan cat
 Gudang padi
 Penggillingan minyak pelicin
BANGUNAN DENGAN ARK 4
 Gudang bahan bangunan
 Pusat perbelanjaan / pertokoan
 Ruang pamer, auditorium dan
bioskop
 Pabrik kertas dan pulp
 Terminal pengangkutan
 Tempat penyimpanan
 Pelabuhan
 Bengkel
 Pabrik karet
 Industri kayu
 Gudang mebel, cat, kertas
BANGUNAN DENGAN ARK 5
 Bangunan pabrik (tekstil, far-
masi, pakaian, penyamakan
kulit, gula, perekat
 Gudang (pendingin, hasil
pertanian, tembakau)
 Toko (besi, mesin)
 Rumah makan
 Ruang pamer dagang
 Kios sablon
 Percetakan
 Perpustakaan
 Binatu
 Tempat hiburan
BANGUNAN DENGAN ARK 6
 Pabrik (perhiasan, gelas,
bata, minuman, roti, semen,
susu, elektronik)
 Kantor telpon, kantor pos
 Gedung Pemerintah
 Pompa bensin
 Parkir mobil
 Tempat potong rambut
 Tempat praktek dokter
 Tungku / dapur
 Rumah ibadah
 Ruang boiler
BANGUNAN DENGAN ARK 7
 Bangunan universitas
 Apartemen
 Asrama
 Perumahan
 Pos kebakaran
 Rumah sakit
 Hotel & motel
 Museum
 Kantor polisi
 Penjara
 Sekolah
TIPE KLASIFIKASI KONSTRUKSI
Tipe Kriteria Spesifikasi konstruksi Angka
konstruksi Klasifikasi
Tipe I Konstruksi Tahan Bangunan dari struktur beton atau 0,5
Api struktur tahan api lainnya
Tipe II Tidak mudah Konstruksi dinding, lantai atap dari 0,8
terbakar bahan tidak mudah terbakar
termasuk elemen konstruksi dari
bahan kayu yang dilindungi
Tipe III Konstruksi Biasa Bangunan berdinding bata atau 1,0
bahan tidak mudah terbakar lain,
sedang bagian lainnya dari kayu
atau bhn mudah terbakar lainnya
Tipe IV Kerangka Kayu Bangunan (kecuali rumah tinggal) 1,0
yang strukturnya sebagian /
seluruhnya dari bahan kayu atau
bahan mudah terbakar lainnya.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
menurut Kepmen PU 10 & 11 / KPTS/2000

Sistem deteksi & Sistem pemadam


alarm kebakaran media air & kimia

Fire safety Fasilitas/sarana


management pendukung

Sarana jalan
Fire zoning ke luar

Pembatasan bhn Struktur / konstr.


mudah terbakar tahan api

Site plan for Akses masuk ke


fire safety Lokasi & bangunan
PERATURAN BASIS KINERJA
(focus pada rumah susun)

 Bab I :Ketentuan umum


 Bab II :Perencanaan tapak
 Bab III :Sarana Jalan Ke luar
 Bab IV :Sistem proteksi pasif
 Bab V :Sistem proteksi aktif
 Bab VI :Utilitas bangunan gedung
 Bab VII :Manajemen keselamatan thd
bahaya kebakaran
 Bab VIII : Pengawasan dan pengendalian
1. Ketentuan umum
No Perihal Substansi
1.1 Pengertian Pengertian basis kinerja
Persyaratan / statement fungsional
Persyaratan kinerja / performance requirement
Metoda preskriptif vs metoda basis kinerja
Persyaratan dianggap memenuhi / deemed to satisfy
Evaluasi pemenuhan peryaratan kinerja
Solusi alternatif
Pendapat ahli / expert judgement
Metoda verifikasi
1.2 Maksud & Tujuan Maksud ketentuan teknis disini adalah ……………..
Tujuan untuk mengatur dan menetapkan ……………
1.3 Ruang lingkup Ruang lingkup dari peraturan atau ketentuan ini adlh
1.4 Referensi / acuan Building Code Australia, Singapore code, NFPA, BS
Alternative Solution means a Building Solution which complies with the
Performance Requirements other than by reason of satisfying the Deemed-to-
Satisfy Provisions.
Assessment Method means a method used for determining that a Building
Solution complies with the Performance Requirements.
Building Solution means a solution, which complies with the Performance
Requirements and is—
(a) an Alternative Solution; or dari Bldg Code , Australia
(b) a solution which complies with the Deemed-to-Satisfy Provisions; or
(c) a combination of (a) and (b).
Deemed-to-Satisfy Provisions means provisions which are deemed to satisfy
the Performance Requirements.
Expert Judgement means the judgement of an expert who has the
qualifications and experience to determine whether a Building Solution complies
with the Performance Requirements.
Functional Statement means a statement which describes how a building
achieves the Objective.
Objective means a statement contained in the BCA which is considered to
reflect community expectations.
Performance Requirement means a requirement which states the level of
performance which a Building Solution must meet.
Verification Method means a test, inspection, calculation or other method that
determines whether a Building Solution complies with the relevant Performance
Requirements.
2. Perencanaan tapak untuk fire safety

 Lingkungan bangunan
harus diatur sedemikian
agar operasi pemadaman
dari luar bangunan bisa
berjalan efektif
 Akses petugas pemadam
dari luar bangunan agar
tidak terhambat, melalui
lapis perkerasan, hidran
halaman, saf untuk
petugas pemadam dan
kelengkapan siamesse
connection
3. Sarana Jalan Ke luar / penyelamatan
 Sarana jalan ke luar dirancang
dengan memperhitungkan jarak
tempuh, jumlah dan mobilitas
penghuni bangunan, tinggi
bangunan dan arah sarana ke luar.
 Sarana ke luar harus ditempatkan
terpisah dengan memperhitungkan
jumlah lantai bangunan, sistem
proteksi terpasang, dan respon
pemadam
 Sarana jalan ke luar harus memiliki
dimensi yang didasarkan pada :
jumlah,mobilitas dan karakter
penghuni bangunan.
4. Sistem proteksi pasif
 Komponen atau elemen
bangunan harus memiliki
ketahanan api menyang-
kut stabilitas, integritas
dan penetrasi utk satuan
waktu tertentu.
 Bangunan gedung harus
memiliki elemen bangunan
yg dapat mencegah penja-
laran asap.
 Struktur bangunan harus
mampu menahan inten-
sitas kebakaran yg terjadi
5. Sistem proteksi aktif
 Tergantung pada risiko
kebakaran, maka bangunan
harus menyediakan sistem
deteksi / alarm, hidran,
pemadam ringan, sprinkler
otomatis dan sarana
pendukungnya agar
kebakaran dapat dicegah /
ditanggulangi.
 Agar sistem beroperasi aktif
setiap saat maka perlu
disusun program pemeriksaan
dan pemeliharaan berkala
6. Utilitas bangunan gedung
 Utilitas bangunan harus
dipasang dan dioperasikan
sedemikian agar tidak
memicu terjadinya kebakaran
 Sarana pendukung
beroperasinya utilitas seperti
sumber daya yang cukup dan
aman serta back-up nya perlu
dipersyaratkan
 Program pemeriksaan dan
pemeliharaan utilitas perlu
dilaksanakan
7. Manajemen keselamatan kebakaran

 Manajemen keselamatan
kebakaran harus dilaksa-
nakan semenjak tahap
pelaksanaan pekerjaan
konstruksi hingga
pemanfaatan bangunan
 Hal-hal yag menyangkut
persyaratan teknis
administratif harus di-
dokumentasikan.
REFERENSI
 Australia Building Code, 1996
 G. Foliente (2016),” Developments in performance-based
building codes & regulations”
 Prof. The Kem Jin (2017),” Performance based Code, how
and why,”.
 Pekka Houvilla, the Pebbu Network (2005), Performance-
based Building”.
 Permen PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
 Kepmen PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
& Lingkungan
SARAN-SARAN

 Perlu diuraikan lebih rinci


 Perlu konsensus untuk pemantapan lebih
lanjut
 Perlu lebih banyak mengacu kepada hasil-
hasil penelitian sebelumnya khususnya
berfocus pada rusun
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Contact Nara Sumber


E-mail : suprapto@puskim.pu.go.id
Phone : 022. 7300508 Hp : 0811 21 9647

Anda mungkin juga menyukai