Benar Rename
Benar Rename
OLEH:
NAMA : LIYU TORISA
NIM : 151540102018
Data dari BPM ELLNA Tahun 2016 jumlah ibu bersalin sebanyak 158 orang
dengan ibu yang tidak mengalami robekan perineum sebanyak 31 orang dan
yang mengalami robekan perineum sebanyak 127 orang. Tahun 2017
diperoleh data ibu bersalin dengan persalinan normal sebanyak 127 ibu
bersalin. kejadian robekan perineum sendiri sebanyak 27 ibu primipara , dan
ibu multipara sebanyak 100 orang.
Rumusan Apa saja faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian robekan perineum pada
Masalah ibu bersalin di BPM ELLNA tahun 2017?
Tujuan Umum
Tujuan Penelitian
Tujuan Khusus
Bagi Peneliti
Bagi tempat
peneliti
Ruang Lingkup
Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Macam-macam
Jenis atau Tingkat
Episiotomi
Penatalaksanaan
Umur Ibu
Jarak Kelahiran
Definisi Operasional
No Variable Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Pengumpulan Data
PEMBAHASAN
•Kejadian Robekan Perineum
jumlah ibu bersalin yang mengalami robekan perineum ada 64 ibu bersalin ( 66,7 )
dan jumlah ibu yang tidak mengalami robekan perineum ada 32 ibu bersalin ( 33,3 ).
Robekan Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan dan terjadi
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Hasil penelitian yang di lakukan peneliti di BPM ELLNA Palembang tahun 2016 dapat
disimpulkan bahwa ibu yang mengalami robekan perineum lebih banyak dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami robekan perineum.
•Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kejadian Robekan Perineum pada Ibu Bersalin di BPM
ELLNA Palembang 2016
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 ibu bersalin dengan umur yang berisiko
ada 11 ibu bersalin (73,3%) yang mengalami robekan perineum sedangkan dari 81 ibu bersalin
dengan umur tidak berisiko ada 53 ibu bersalin (65,4%) yang mengalami robekan perineum.
Dengan nilai OR = 1,453. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,766 > α 0,05
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan Yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian
robekan perineum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di BPM ELLNA Palembang Tahun 2016
dengan teori Dan penelitian yang terkait yang dilakukan oleh Eka Prawitasari dkk,
maka peneliti berpendapat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara robekan
perineum dengan umur ibu dimana jumlah ibu bersalin yang mengalami robekan
perineum lebih banyak terjadi pada ibu bersalin dengan kategori umur tidak berisiko,
yang artinya umur berisiko ataupun tidak berisiko tidak mempengaruhi robekan perineum
terhadap ibu bersalin karena robekan perineum bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang
seperti pimpinan persalinan yang salah, persalinan operatif melalui vagina seperti
ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, embriotomi, atau trauma akibat alat-alat yang
dipakai. selain itu, perlukaan perineum dapat pula terjadi karena memang disengaja seperti
pada tindakan episiotomi.
•Hubungan Antara Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Robekan Perineum pada Ibu Bersalin
di BPM ELLNA Palembang 2016
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 84 bayi yang lahir dengan berat badan
normal ada 60 bayi (71,4%) yang mengalami Robekan Perineum, sedangkan dari 12 bayi
yang lahir dengan berat badan lahir tidak normal ada 4 bayi (33,3%) yang mengalami
Robekan Perineum. Hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami Robekan
Perineum lebih banyak terjadi pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan bayi
normal. Dengan nilai OR = 5,000. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,018
< α 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara berat badan bayi lahir
dengan kejadian Robekan Perineum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di BPM ELLNA Palembang Tahun
2016 Dengan teori dan hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang terkait, maka peneliti
berpendapat bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara robekan perineum dengan
berat bayi lahir, berat bayi lahir akan sangat berpengaruh terhadap kejadian robekan
perineum karena dari hasil penelitian yang dilakukan berat bayi lahir normal lebih banyak
terjadi robekan perineum daripada bayi lahir dengan berat badan tidak normal dan hal ini
mungkin juga terjadi karena kepala bayi terlalu cepat dilahirkan, serta kontraksi rahim yang
terlalu kuat juga dapat menjadi salah satu sebab persalinan cepat yang mengakibatkan
perineum tertekan dan meregang melebih batas elastisitasnya dalam waktu yang cepat,
dan bisa juga karena kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika sehingga untuk mencegah terjadinya
robekan perineum perlu pimpinan persalinan yang baik dan benar.
•Hubungan Antara Jarak Kelahiran dengan Kejadian Robekan Perineum pada Ibu Bersalin
di BPM ELLNA Palembang 2016
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 12 ibu bersalin dengan jarak kelahiran
yang berisiko ada 9 ibu (75,0%) yang mengalami Robekan Perineum, sedangkan dari 84 ibu
bersalin dengan jarak kelahiran tidak berisiko ada 55 bayi (65,5%) yang mengalami Robekan
Perineum. Nilai OR = 1,582. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,745 > α 0,05
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dengan
kejadian Robekan Perineum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di BPM ELLNA Palembang Tahun 2016
dan dikombinasikan dengan teori dan hasil penelitian yang mendukung, maka peneliti
berpendapat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara robekan perineum dengan
jarak kelahiran, hal ini mungkin terjadi karena ibu yang belum mempunyai pengalaman untuk
melahirkan dan belum mengetahui cara mengedan yang baik, Persalinan tidak dipimpin
sebagaimana mestinya, memimpin persalinan dilakukan saat setelah pembukaan lengkap dan ibu
sudah ada rasa untuk mengejan. Setiap ibu memiliki karakteristik yang berbeda salah satunya ibu
yang tidak sabar karena rasa sakit saat rahim berkontraksi dan ingin selalu mengejan. Mengejan
dengan tenaga yang kuat dan tidak efektif atau belum saatnya mengejan. Sebelumnya pada
perineum terdapat banyak jaringan parut serta perineum yang kaku atau ketidaklenturan
perineum.
Kesimpulan
• Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah ibu bersalin dengan umur tidak berisiko lebih
banyak jika dibandingkan dengan jumlah ibu dengan umur berisiko yaitu sebanyak 81
responden ( 64,4% ).
• Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang lahir dengan berat normal lebih
banyak jika dibandingkan dengan jumlah bayi yang lahir dengan berat badan tidak normal yaitu
sebanyak 84 bayi (87,5%).
• Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jumlah ibu bersalin dengan jarak kelahiran tidak
berisiko lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah ibu dengan jarak kelahiran berisiko
yaitu sebanyak 84 ibu bersalin (87,5%).
• Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa jumlah ibu bersalin yang mengalami robekan
perineum lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah ibu yang tidak mengalami robekan
perineum yaitu sebanyak 64 ibu bersalin ( 66,7 ).
• Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,766 > α 0,05 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian robekan perineum.
• Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,018 < α 0,05 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara berat badan bayi lahir dengan kejadian Robekan
Perineum.
• Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh pvalue = 0,745 > α 0,05 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dengan kejadian Robekan
Perineum.
TERIMA KASIH