Anda di halaman 1dari 54

Laringomalasia

Dibawakan oleh:
Pahroni
1710029080

dr. HJ SUKARTINI Sp.A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
Agustus 2018
LAPORAN KASUS

2
 Identitas pasien
 Nama : An. NA
 Usia : 11 Bulan
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Berat Badan : 4,6 Kg
 Tinggi Badan : 68 centimeter
 Anak ke : Kedua dari dua bersaudara
 Agama : Islam
 Alamat : Maratua Teluk Harapan RT 02 ,
Berau
Keluhan Utama
Sesak nafas 14 hari

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie pukul 10.00
pagi. Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Umum Abdul Rivai
dengan keluhan sesak nafas 14 hari, Anak juga mengalami demam
sejak 2 minggu, demam terus menerus dan berkurang bila minum obat
penurun demam dan pada saat demam tinggi disertai adanya kejang,
durasi kejang kurang dari 5 menit dengan seluruh badan kaku.
Keluhan lain BAB cair selama 14 hari. Orang tua pasien mengeluhkan
berat badan anak terus turun semenjak umur 3 bulan
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.
Tidak ada riwayat alergi.

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Kelurga pasien saudara dari ayah dan ibu menderita TB,
dan kakek pasien menderita TB tahun 2015
 Riwayat kejang pada ibu pasien
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat asma (-)
 3.2.5 Riwayat Pengobatan
 Paracetamol
 Antibiotic
 OAT
 Riwayat Persalinan
 Pasien lahir dari ibu G2P2A0, dilahirkan spontan presentasi bokong dibantu
oleh bidan puskesmas, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis,
warna ketuban jernih, berat badan lahir 2700 gr dan Panjang badan bayi 45 cm

 Pertumbuhan dan Perkembangan


 Riwayat Pertumbuhan
 BB Lahir : 2700gr
 BB bulan lalu : 4,2 kg
 BB saat ini : 4,6 kg
 Panjang Badan Saat Lahir: 45 cm
 Panjang Badan saat ini : 68 cm
 Lingkar Kepala : 40 cm
 Lingkar Perut : 41 cm
 Lingkar Lengan : 10 cm

 Riwayat Perkembangan
 0 – 6 bulan : mampu tengkurap, mengangkat kepala
 6 – 9 bulan :
 9 – 12 bulan :
Riwayat Imunisasi

Imunisasi Usia saat imunisasi


I II III IV Booster Booster
I II
BCG 0 bulan - - - - -
Polio 0 bulan - - - - -
Campak - - - - - -
DPT - - - - - -
Hepatitis B 0 bulan - - - - -

Riwayat pemberian makan dan minum


ASI : sampai usia 2 bulan
Makanan Pendamping : usia 6 bulan
 Pemeriksaan Fisik
 Pemerikasaan Fisik Umum
 Keadaan umum: Tampak sakit, dan lemah
 Kesadaran : compos mentis
 Vital Sign
 Frekuensi jantung : 138x/i
 Frekuensi Napas : 30x/i
 Suhu : 37oC
 CRT : < 2 detik
 Berat Badan : 4,6 kg
 Panjang Badan : 68 cm
Status Gizi :
Kesan : Sangat Kurus
Berdasarkan pengukuran BB/Usia didapatkan
status gizi pasien: Gizi Buruk
 Status Generalis
 Kepala : Mesocephale, rambut tipis, tidak mudah
dicabut, UUB sudah menutup
 Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-
/-), mata cowong (+/+),
 refleks pupil (+/+)
 Telinga : Simetris, otorrhea (-/-), kemerahan (-/-)
 Hidung : Bentuk normal, nafas cuping (-/-), discharge (-
/-),
 Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-),
palatolabioskisis (-), hipersalivasi (-),
 perdarahan (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Thorax
 Paru : - Inspeksi : pergerakan dinding dada dextra dan
sinistra simetris,
 pernafasan Thoracoabdominal (+), retraksi suprasternal
& subcostal (+), massa (-)
 Palpasi : fremitus raba kanan = kiri simetris, tidak ada dada
tertinggal
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : veskuler (+/+), rhonki (-/-), stridor (+/+)
Wheezing (-/-)
 Jantung: - Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : iktus cordis teraba
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : S1 S2 tunggal regular
Abdomen
•Inspeksi : cembung, tidak tampak gerakan peristaltic
•Auskultasi: Bising usus (+), kesan normal
•Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
•Palpasi : soefl. Hepar dan spleen tidak teraba
Extremitas
Ekstremity Superior Inferior

Pergerakan Kurang aktif Kurang aktif

Oedem -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Capillary refill < 2” < 2”


•Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Urin

N
Nila
Jenis Pemeriksaan Normal
i i

Jenis Pemeriksaan l Normal


a Hematologi

i
9,
1. Hemoglobin 13,4 -19,8 gr/dL
3
1.0
1. Berat Jenis 1.003 – 1.300
05 2. Leukosit 23 6,00 – 17,50 x109/L
,3
2. Protein - (-) Limfosit 3 19 – 48 %

3. pH 8.0 4.8 – 7.8


17
Sedimen
27
4. Hematokrit 31,0 – 41,0 %
4. Epitel + Sedikit ,9

5. Eritrosit 0-1 0-1 22


5. Trombosit 150 - 450 x109/L
0-2 0-1
7
6. Leukosit
6. LED 5 <10
7. Kristal - (-)
Electrolyte

8. Silinder - (-) 7. Natrium 132 135 – 155 mmol/L


8. Kalium 5,0 3,6 – 5,5 mmol/L
9. Lain – lain Jamur + (-)
9. Chloride 109 98 – 108 mmol/L
Skoring TB

Penilain (Scoring System) TB Anak

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB X

Uji Mantoux X

BB/Keadaan Gizi X
Demam x

Pembesaran KGB X

Batuk Kronis x

Pembengkakan Sendi X

Foto thoraks x

Jumlah 7
 Diagnosis Kerja IGD
 Susp. TB + Gizi Buruk (marasmus) + KEP

 Penatalaksanaan IGD
 Konsul ke dr. Sp.A
 Drip KCL 2,2 cc dalam RL 210 cc dalam 3 jam
 D10% bolus 4 cc
 Cefotaxime 2 x 220 mg
 Sugestam 2 x 13 mg
 OAT : 1 x 1
 Rifampisin 50 mg
 Pyrazinamide 90 mg
 Vit B 45 mg
 Sanmol drop 3 x 0,5 cc
 Zink syrup 1 x 20 mg
 Formula F75 55 cc tiap 2jam
Tanggal Pemeriksaan Terapi
25 Juli 2018 S: Sesak (+), batuk (+) A : pneumonia + TB paru + marasmus
(perawatan H ke 6) O: + failure to thrive+ laringomalaesia
N: 130 x/menit, reguler,kuat angkat P:
RR:30 x/Menit,  KAEN 1B 400cc/ 24jam

T:37 0C,  Inj. Ceftriaxone 2 dd 150mg


BB : 4,5 kg
 Asam folat
K/L An (+/+) ik (-/-) pembesaran KGB
 CTM 0,4mg, NAC 40mg,
(-)
salbutamol 0,4mg 3x1 PO
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2
 Isoniazid pulv 1 dd 45 mg
tunggal reguler.
Abd BU (+) N,  Rifampicin pulv 1 x 62,5mg

Ext akral hangat, CRT < 2 detik,  Pirazinamid pulv 1 x 11,5mg

 MLP 3x100cc

 F100 2x100cc
26 Juli 2018 S: Sesak (+), batuk (+) A : pneumonia + TB paru +
(perawatan H ke O: marasmus + failure to thrive+
7) N: 130 x/menit, reguler,kuat laringomalaesia
angkat P:
RR:30 x/Menit,  KAEN 1B 400cc/ 24jam

T:37 0C,  Inj. Ceftriaxone 2 dd


BB : 4,5 kg 150mg

K/L An (+/+) ik (-/-)  Asam folat


pembesaran KGB (-)  CTM 0,4mg, NAC 40mg,
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor salbutamol 0,4mg 3x1 PO

(+) S1 S2 tunggal reguler.  Isoniazid pulv 1 dd 45 mg


Abd BU (+) N,  Rifampicin pulv 1 x
Ext akral hangat, CRT < 2 62,5mg
detik,  Pirazinamid pulv 1 x
11,5mg

 MLP 3x100cc

 F100 2x100cc
28 Juli 2018 S: Sesak (+), batuk (+) A : pneumonia + TB paru +
(perawatan H ke 9) O: marasmus + failure to thrive+
N: 130 x/menit, reguler,kuat laringomalaesia
angkat P:
RR:30 x/Menit,  KAEN 1B 400cc/ 24jam

T:37 0C,  Inj. Ceftriaxone 2 dd 150mg


BB : 4,5 kg  Asam folat
K/L An (+/+) ik (-/-) pembesaran
 CTM 0,4mg, NAC 40mg,
KGB (-) salbutamol 0,4mg 3x1 PO
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+)  Isoniazid pulv 1 dd 45 mg
S1 S2 tunggal reguler.
 Rifampicin pulv 1 x 62,5mg
Abd BU (+) N,
 Pirazinamid pulv 1 x 11,5mg
Ext akral hangat, CRT < 2 detik,
 MLP 3x100cc

 F100 2x100cc

 TKTP 4x100cc

 Ventolin nebu 3 x 0,5cc


29 Juli 2018 S: Sesak (+), batuk (+) A : pneumonia + TB paru +
(perawatan H ke O: marasmus + failure to thrive+
10) N: 130 x/menit, reguler,kuat laringomalaesia
angkat P:
RR:30 x/Menit,  KAEN 1B 400cc/ 24jam

T:37 0C,  Inj. Ceftriaxone 2 dd


BB : 4,6 kg 150mg

K/L An (+/+) ik (-/-) pembesaran  Asam folat


KGB (-)  CTM 0,4mg, NAC 40mg,
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor salbutamol 0,4mg 3x1 PO

(+) S1 S2 tunggal reguler.  Isoniazid pulv 1 dd 45 mg


Abd BU (+) N,  Rifampicin pulv 1 x
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, 62,5mg

 Pirazinamid pulv 1 x
11,5mg

 MLP 3x100cc

 F100 2x100cc

 Ventolin nebu 3 x 0,5cc


30 Juli 2018 S: Sesak (+), batuk (+) A : pneumonia + TB paru +
(perawatan H ke 11) O: marasmus + failure to thrive+
N: 130 x/menit, reguler,kuat angkat laringomalaesia
RR:30 x/Menit, P:
T:37 0C,  KAEN 1B 400cc/ 24jam

BB : 4,5 kg  Inj. Ceftriaxone 2 dd 150mg


K/L An (+/+) ik (-/-) pembesaran  Asam folat
KGB (-)
 CTM 0,4mg, NAC 40mg,
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 salbutamol 0,4mg 3x1 PO
S2 tunggal reguler.  Isoniazid pulv 1 dd 45 mg
Abd BU (+) N,
 Rifampicin pulv 1 x 62,5mg
Ext akral hangat, CRT < 2 detik,
 Pirazinamid pulv 1 x 11,5mg

 Ventolin nebu 3 x 0,5cc

 MLP 3x100cc

 F100 2x100cc
ANATOMI LARING
Laring:
 Merupakan bagian terbawah saluran nafas atas.
 Bentuk menyerupai limas segitiga yang terpancung
(bagian atas > bagian bawah).
Batas-batas:
 Superior : Aditus Laryngis
 Inferior : batas caudal Cartilago Cricoidea
Kerangka Laring tersusun dari:
 Os Hyoid yg bbtk huruf U
 Beberapa tulang rawan yakni :
 Cartilago Thyroidea
 Cartilago Cricoidea
 Cartilago Arythenoidea
 Cartilago Corniculata (Santorini)
 Cartilago Cuneiformis (Wrisbergi)
 Cartilago Epiglottica
Os Hyoid dan Cartilago Thyroidea

A. Os Hyoid:
 Permukaaan atas dihubungkan dengan lidah, mandibula &
tengkorak oleh tendon dan otot-otot dgn fungsi :
 Menarik laring keatas waktu menelan
 Membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah ketika
relaksasi
B. Cartilago Thyroidea
 Hanya satu (tidak sepasang).

 Merupakan tulang rawan hyalin terbesar di bagian antero-


superior laring.
C. Cartilago Cricoidea
 Hanya satu (tidak sepasang) dibawah Cartilago Thyroidea.

 Merupakan tulang rawan hyaline.


 Berbentuk lingkaran dan dihubungkan dengan Cartilago
Thyroidea dengan Lig. Cricothyroidea.

D. Cartilago Arythenoid
 Sepasang (dua buah) dekat permukaan belakang Laring.
 Merupakan tulang rawan hyaline kecuali pada processus
vocalis dan apex yang terdiri dari tulang rawan elastik.
 Membentuk Articulatio Crico-arythenoid dengan Cartilago
Cricoidea.

E. Cartilago Corniculata
 Sepasang (ki & ka) melekat pd Cart. Arythenoid di apeks.
 Merupakan tulang rawan elastik.
 Laringomalasia adalah suatu keadaan dimana
akibat terdapat flaksiditas dan inkoordinasi
kartilago supraglotik dan mukosa aritenoid,
plika ariepiglotik dan epiglotis. Gejala utama
pada pasien dengan laringomalasia adalah
stridor inspirasi dan gangguan pemberian
makan. Kelainan ini dapat hilang dengan
sendirinya

Defenisi
Laringomalasia :

Teori model embriologi

 Teori anatomi

 Teori neurogenik
Teori model embriologi
Perbedaan kecepatan pertumbuhan
lengkung brakial ke 3 dan ke 4
sehingga epiglotis melengkung
ke dalam
Teori Anatomi
Abnormalitas kelenturan tulang rawan
laring yang menyebabkan kolapsnya
struktur supraglotis

Teori Neuromuskuler
Terlambatnya perkembangan kontrol
neuromuskuler sehingga terjadi kolaps
struktur supraglotis
Tipe Laringomalasia :

Tipe 1 : Prolaps mukosa kartilago aritenoid


yang tumpang tindih
Tipe 2 : Memendeknya plika ariepiglotika
Tipe 3 : Melekuknya epiglotis ke arah
posterior
Trakeomalasia :

 Primer
Terjadi karena
abnormalitas dinding
trakea
Trakeomalasia :

 Sekunder
Karena penekanan dari luar trakea
Laringomalasia
 Stridor inspirasi
 Makan lambat, kadang-kadang muntah
 Apneu
Laringomalasia
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
Laringomalasia
 Anamnesis
Riwayat stridor inspirasi, tanpa adanya
sekret nasal, bertambah jika terlentang
dan menangis
Laringomalasia
 Pemeriksaan fisik
Bayi dapat berinteraksi normal, takipneu,
stridor terdengar jelas di sekitar angulus
sternalis
Laringomalasia
 Pemeriksaan penunjang
Laringoskopi fleksibel
Trakeomalasia :
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang:
Trakeobronkoskopi,
esofagogram,
CT-scan, MRI
Setiap kelainan yang menyebabkan
obstruksi pada laring dan trakea
Laringomalasia
 Hampir 90 % bersifat ringan dan tidak
memerlukan tindakan bedah
 Informasi kepada orang tua
 Pada laringomalasia berat diperlukan
tindakan operasi  supraglotoplasti
 Menurut Jackson, trakeostomi diperlukan
untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
yang berat sampai masalah teratasi.
Indikasi :
• Obstruksi jalan nafas yang berat
• Tidak bisa makan
• Cor pulmonale
• Gagal tumbuh kembang
Supraglotoplasti :
• Tipe 1 : eksisi jaringan mukosa yang
berlebihan pada bagian postolateral
• Tipe 2 : memotong plika ariepiglotika
yang pendek.
• Tipe 3 : eksisi melewati ligamen
glosoepiglotika untuk menarik epiglotis
ke depan

1 2 3
• Prognosis laringomalasia umumnya baik
dan dapat sembuh sendiri
• Sebagian besar gajala hilang pada usia
2 tahun
• Beberapa kasus gejala sdh menghilang
tapi kalainan tetap ada, biasanya stridor
muncul saat beraktifitas
BAB IV
PEMBAHASAN

Anamnesis
Fakta Teori
 Sesak nafas 14 hari  Obstruksi jalan napas
 Demam sejak 2 minggu  Tangis abnormal yang dapat berupa tangis
 Kejang kurang dari 5 menit tanpa suara (muffle)
dengan seluruh badan kaku  Stridor inspiratoar
 Asupan makan dan minum susu  Masalah makan sering terjadi akibat
kurang obstruksi napas yang berat
 Berat badan menurun  Dipresipitasi oleh infeksi saluran nafas
 Pada pasien didapatkan keluhan
muntah dan BAB cair 2 minggu
 Pasien memiliki riwayat TB dan
Pneuomoniaa
Pemeriksaan Fisik

Fakta Teori

 pernafasan  Stridor
Thoracoabdominal (+)  Retraksi sternum, interkosta, dan

 suprasternal & subcostal epigastrium

(+)
 stridor (+/+)

Diagnosis
Fakta Teori
 Stridor inspiratoar  Stridor inspiratoar
 Sesak napas  Tanda klinis berupa retraksi
 Retraksi suprasternal dan intercostal
subcostal  Terlihat takipneu ringan
 Bayi Kesulitan saat diberi  Bayi kadang tersedak atau batuk
makan ketika diberi makan jika ada
refluks pada bayi
Pemeriksaan penunjang

Fakta Teori
 Pemeriksaan laring dengan
Darah Lengkap
menggunakan laringoskop serat fiber
Hb : 9,3 fleksibel selama periode pernapasan
spontan. Penemuan endoskopik yang
Leu : 23,33 paling sering adalah kolapsnya plika
HT : 27,9% ariepiglotik dan kartilago kuneiform
ke sebelah dalam
Trombosit 227000  Visualisasi langsung memperlihatkan
epiglotis berbentuk omega selama
LED : 5 inspirasi
Radiologi 

Adanya infiltrate , corakan


rame kesimpulan tb paru
Penatalaksanaan

Fakta Teori
 Drip KCL 2,2 cc dalam RL 210 cc dalam 3 jam  Jika bayi mengeluarkan stridor yang
 D10% bolus 4 cc lebih keras dan mengganggu tidur, hal
 Cefotaxime 2 x 220 mg ini dapat diatasi dengan menghindari
 Sugestam 2 x 13 mg tempat tidur, bantal atau selimut yang
 OAT : 1 x 1 terlalu lembut, sehingga akan
- Rifampisin 50 mg memperbaiki posisi bayi sehingga dapat
- Pyrazinamide 90 mg mengurangi bunyi
- Vit B 45 mg  Jika terjadi hipoksemia berat (saturasi
 Sanmol drop 3 x 0,5 cc oksigen <90%) diberikan tambahan
 Zink syrup 1 x 20 mg oksigen
 Formula F75 55 cc tiap 2jam  Sebagian besar anak dengan kelainan ini
dapat ditangani secara konservatif
 Trakeostomi merupakan prosedur
pilihan untuk laringomalasia berat
 Supraglotoplasti dapat dilakukan pada
kasus-kasus yang lebih ringan
Prognosis

Fakta Teori

Dubia ad dubia Prognosis laringomalasia umumnya


baik. Biasanya dapat sembuh sendiri,
dan tidak berpengaruh pada tumbuh
kembang anak

Anda mungkin juga menyukai