Anda di halaman 1dari 32

KELOMPOK 7

 Tgk Fikri Ardiansyah (170610004)


 Hayatul Farziani (170610010)
 Harida Fitri (170610026)
 MHD Arvin Harwansya (170610030)
 Suherna Musfira S (170610034)
 Cut Rizka Balqis Putri (170610040)
 Intan Zuryani (170610044)
 Hazma Wildani Hasibuan (170610068)
 Yaiza Aynaya Mailyn (170610072)
 Nurfadilla (170610080)
 Nurhaliza (170610082)
MODUL 5
PSIKOPATOLOGI GANGGUAN AFEKTIF, GANGGUAN ANSIETAS-SOMATOFORM, GGN
TERKAIT STRESS, GANGGUAN PRILAKU NAPZA
Skenario 5 :
Oh Tn O
Tn O datang ke Poliklinik Jiwa RSUCM bersama suami nya. Tn O bekerja sebagai
buruh pabrik sepatu di desanya. Lima tahun yang lalu Tn.O mengkonsumsi jenis obat
Dekstrometrofan yang diberi temannya dengan tujuan agar bekerja lebih semangat
dan kuat. Benar saja setelah mengkonsumsi obat tersebut Tn O selalu tekun dan tidak
mudah lelah dalam bekerja, riwayat marah-marah, mengamuk atau bersikap kasar
disangkal. Keluarga meminta agar Tn O berhenti mengkonsumi obat tersebut dan Tn O
pun menyetujui nya, namun keluhan yang dirasakan apabila ia tidak mengkonsumsi
obat tersebut adalah sering gelisah, seperti orang ketakutan, tampak kesakitan dan
setiap akan makan Tn O selalu mual dan muntah. Tn O mengkonsumsi obat tersebut 2-
3 butir perhari tanpa ada campuran obat lainnya. Tn O sering merasakan dorongan dan
keinginan yang kuat untuk kembali menggunakan obat tersebut. Tn O mengakui ia
pernah mengkonsumsi obat tersebut 10-15 butir sekaligus agar bersemangat dalam
bekerja. Dalam 3 bulan ini Tn O juga mengkonsumsi alcohol (3-6 botol) dalam sebulan
serta pernah mencoba menggunakan sabu.
Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas?
Jump 1
Terminologi
1. Gangguan afektif : gangguan emosi maupu mood (suasana hati
seseorang
2. Anxietas somatoform : kelompok gangguan yang meliputi gejala
fisik yg tidak tampak pada pembentukan fisik, contoh mual , nyeri ,
pusing
3. Dekstrometrofan : suatu senyawa menurun morfin yang dapat
mengikat beberapa reseptor
4. Napza (narkotik. Psikotropika, zat adiptif lainnya ) : semua zat
kimia yang bila masuk ke tubuh dapat mempengaruhi
kejiwaan/psikologi dan kesehatan serta menimbulkan kecanduan
JUMP 2&3
Rumusan Masalah dan Hipotesa
1. Mengapa jika tidak mengkonsumsi obat tersebut Tn.O sering gelisah tampak
kesakitan dan setiap makan selalu muntah?
Karena obat yang dikonsumsi Tn.O tersebut memiliki efek ketergantungan,
walaupun efeknya kecil tapi bisa menyebabkan fase sakau(karena pemberhentian
obat secara tiba-tiba). Berefek juga pada kadar dopamin dan reseptor dopamin
dalam otak menurun secara drastis --> anhedonia

2. Bagaimana cara kerja dekstrometrofan dan apa efeknya bagi tubuh?


Cara kerjanya yakni antagonis reseptor NMDA (N-Methyl S-Aspartat) yang berada di
SSP, mendukung reseptor sigma I, sebagai penghambat seratonin dan norepinefrin.
Untuk efek : - dosis 100 – 200mg = stimulasi ringan, 200 - 400mg = halusinasi, 300 –
600mg = gangguan perpesi visual, 500 – 1.300 = koordinasi motorik. Sedangkan
untuk jangka panjang jika dekstrametason ditambah alkohol berefek kematian.
3. Apa yang menyebabkan timbulnya kembali keinginan kuat pada
Tn.O untuk mengkonsumsi obat tersebut?
Dekstrametrofan --> peningkatan kadar dopamin (menyerupai
kerja neurotransmitter alami) --> sistem reward --> adaptasi otak
(penurunan produksi dan reseptor dopamin --> sakaw
4. Berapa dosis yang tepat untuk obat jenis dektrometrofan bagi
tubuh agar tidak menimbulkan ketergantungan?
Dewasa  10 – 20 mg
Anak (6 – 12 tahun)  5 - 10 mg
Anak (2 – 5 tahun)  2,5 – 5 mg
5. Termasuk golongan apakah obat dekstrometorpan?
Termasuk jenis narkotika golongan III, dan semisintetik opoid.
6. Apa diagnosa untuk Tn.O?
Ketergantungan obat

7. apa yang terjadi pada tubuh jika menggunakan sabu?


gelisah, tidak tenang, paranoid, halusinasi, dan sakau.

8. Apa yang terjadi jika mengkonsumsi obat


dekstrometorpan dengan alkohol?
apabila dikonsumsi psikotropik dan narkotik akan terjadi
penekanan pada susunan sistem saraf pusat dan dapat
menimbulkan kematian.
9. Apakah ada kadar alkohol yang dapat dikompensasi oleh
tubuh?
Setiap zat adiptif/golongan NAPZA lainnya yang masuk kedalam
tubuh pasti akan memberikan efek, tergantung jumlah kadarnya.
0,05 % = menyebabkan depresan
0,1% = menyebabkan saraf-saraf motorik mulai berpengaruh
0,2% = menyebabkan saraf-saraf motorik mengalami kelumpuhan
dan keadaan emosi terganggu
0,3% = kolaps
0,4 – 0,5 = menyebabkan seseorang dalam keadaan koma serta
beberapa bagian diotak yang mengatur detak jantung dan
pernafasan akan terganggu  kematian
10. Bagaimana tatalaksana untuk pasien seperti Tn.O?
- Medika metosa : diberikan obat naltrexson
- Rehabilitasi dan konseling
- Tahap pengobatan medis
* detoksilitasi (pecandu perlahan menghentikan
penyalahgunaan obat)
11. Apa aspek hukum penyalahgunaan NAPZA?
- UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
- UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropik
- UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika pada pasal 6 ayat 1
JUMP 4
SKEMA
Jump 4 : Gangguan Sistem 
Saraf
SKEMA
Gangguan 
Otak Medulla 
Behavior
Spinalis

Gangguan 
Motorik

Kejan
Epilepsi Movement Disorders
g

Tata laksana
JUMP 5
LEARNING OBJECTIVE
LO 1
Pemakaian napza
a) Penyalah gunaan napza
b) Aspek hukum
• Penyalahgunaan NAPZA
Pemakaian obat dan zat-zat berbahaya lain dengan maksud bukan
untuk tujuan pengobatan dan/atau penelitian serta digunakan tanpa
mengikuti aturan serta dosis yang benar. Penggunaan terus menerus
dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan, dependensi, adiksi
atau kecanduan.
*) Faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Napza:
1) internal
2) eksternal
3) zat dalam napza
Dari segi hukum di indonesia
• Dalam hukum indonesia, pengaturan tentang narkotika
telah diatur di undang- undang no.35 tahun 2009 tentang
narkotika yaitu tentang melarang danmengancam pidana
terhadap penyalahguna narkotika yang dapat berupa orang
perorangan maupun badan hukum (korporasi).
• Selain itu, UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika pasal 7
mengatakan bahwa: “ narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”
• Dalam segi hukum islam
Narkoba Menurut hukum islam adalah : “ segala sesuatu yang
memabukkan atau menghilangkan kesadaran tetapi bukan minuman
keras, baik berupa tanaman maupun sejenisnya, yang mengakibatkan
perbuatan- perbuatan yang mengarahkan pada keburukkan,
kegelapan dan sisi destruktif manusia dan narkoba hukumnya haram
seperti pada hadis nabi s.a.w yang artinya: “ setiap zat, bahan atau
minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar,
dan setiap khamar haram.” ( H.R abdullah bin umar)
Nabi s.a.w juga menjelaskan tentang celaan terhadap pemakai
narkoba yaitu: para pemakai narkoba seperti penyembah berhala,
apabila mati tidak bertaubat maka tidak akan masuk surga, tidak
diterima amal ibadah sholatnya, hilang kesempurnaan imannya dan
orang- orang yang terlibat semuanya terlaknat.
LO 2
a) Gangguan stress
b) Gangguan ansietas-somatoform
c) Gangguan afektif dan manik
A. Gangguan stres
stres merupakan suatu keadaan yg merupakan hasil proses
transaksi antara manusia dan lingkungan yg bersifat saling
mempengaruhi dan dipengaruhi, yg didalamnya terdapat
kesenjangan antara tuntutan dari luar dan sumber-sumber yg
dimiliki manusia.
Gejala-gejala stres
1. gejala fisik
2. gejala emosional
3. gejala perilaku
Faktor-faktor yg mempengaruhi stres
menurut Santrock faktor-faktor yg mempengaruhi stres,
yaitu :
1. faktor lingkungan
2. faktor kognitif
3. Faktor kepribadian
4. faktor sosial-budaya
b. Gangguan Anxietas-Somatoform
Gangguan somatoform berasal dari kata “soma”
berarti tubuh. Merupakan kelompok gangguan yang
meliputi simtom fisik yang tidak ditemukan penjelasan
secara medis. Gejala gangguan ini adalah gangguan fisik
yang tampak seperti disebabkan adanya kelainan fisik
tetapi sebenarnya kelainan tersebut tidak ada.
A. Macam-macam Gangguan Somatoform
1. Gangguan nyeri
Gejala sakit atau nyeri pada satu tempat atau lebih, yang tidak
dapat djelaskan dengan pemeriksaan medis (non psikiatris) maupun
neurologis. Prevalensi gangguan nyeri pada perempuan 2 kali lebih
banyak dibandingkan laki-laki, dan puncak onsetnya terjadi sekitar usia
40-50 tahun.

2. Gangguan dismorfik tubuh


Preokupasi dengan kecacatan tubuh yang tidak nyata atau keluhan
serta kekhawatiran yang berlebihan tentang kekurangan tubuh yang
minimal atau kecil. Seringkali pada bagian wajah. Misalnya kerutan
wajah, bulu di wajah yang lebat, bentuk atau ukuran hidung. Gangguan
ini lebih banyak berpengaruh pada perempuan dibanding laki-laki,
umumnya berawal pada masa remaja akhir (15-20 tahun), dan sering
kali komorbid dengan depresi, fobia sosial, dan gangguan kepribadian.
3. Hipokondriasis
Gangguan somatoform dari hasil interpretasi individu (pasien)
yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap simtom atau
sensasi sehingga terpreokupasi ketakutan mengalami suatu
penyakit serius yang menetap terlepas dari kepastian medis yang
menyatakan sebaliknya.
Gangguan ini umumnya muncul pada masa dewasa awal (20-
30 tahun). Prevalensi sekitar 4-6 % dalam populasi medis umum.
Perbandingannya sama antara laki-laki dan perempuan dan
cenderung memiliki perjalanan kronis. Berdasarkan kasus, lebih
dari 60 % pasien terdiagnosis masih mengalami gangguan ini
setelah 4-5 tahun kemudian.
4. Gangguan konversi
Gangguan dengan karakteristik munculnya satu atau beberapa simtom
neurolgis (simtom-simtom sensori atau motorik) yang mengindikasikan
kerusakan neurologis walaupun secara fisiologis organ-organ tubuh dan
sistem saraf dalam kondisi baik (normal).
Individu dapat mengalami :
- anesthesia (kelumpuhan sebagian/total),
- mengalami gangguan penglihatan, aphonia (kehilangan suara),
- anosmia (kehilangan kemampuan penciuman) atau simtom-simtom konversi
lain.
Gangguan ini biasanya mulai pada masa remaja atau dewasa awal, terutama
setelah individu mengalami stres dalam kehidupan. Suatu episode dapat
berakhir secara mendadak, namun sewaktu-waktu bisa kembali.
5. Gangguan somatisasi (Briquet’s syndrome)
Gangguan dengan karakteristik berbagai keluhan atau gejala
somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan
menggunakan hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium.
Adapun DSM IV gejala-gejala yang muncul harus meliputi :
a) Empat simtom nyeri pada lokasi yang berbeda (misalnya
kepala, pundak, lutut, kaki).
b) Dua simtom gastrointenstinal (misalnya diare, mual). Satu
simtom seksual yang berbeda dari rasa sakit/nyeri (misalnya
ketidakmam puan ereksi).
c) Satu simtom pseudoneurologis seperti pada gangguan konversi.
• c. GANGGUAN AFEKTIF
Merupakan gangguan pada afeksi (emosi) atau
mood (suasana hati) seseorang. Dan penderita dapat
mengalami depresi atau manik (kegirangan yang
tidak wajar) atau dapat bergantian antara manik dan
depresif (Atkinson dkk, 1992).
1. Depresi
2. Episode Manik
3. Gangguan Manik-Depresif
• Gangguan Afektif Ringan
• Gangguan Afektif Neurotik
Psikosis Afektif
Gangguan ini berbeda dengan depresi neurotic dalam 2
hal. Pertama gangguan ini mempengaruhi keselurahan
kepribadian penderita. Kedua penderita kehilangan kontak
dengan realitas.Ada beberapa gangguan yang termaksud
dalam kategori ini.
Gangguan Depresi Mayor.
Ini adalah gangguan afektif berat yang hanya meliputi
depresi.Gangguan ini dapat berlansung sekali atau
berulang-ulang.Ada beberapa sub-jenisnya.
1) Gangguan depresi mayor subakut
2) Gangguan depresi mayor akut
3) Stupor depresi atau multisme
LO 3
Tatalaksana
A.Gangguan stres
• non farmako
lakukan wawancara psikoterapi dan tegakkan diagnosis dengan
menggunakan kriteria diagnostik. Evaluasi pasien adanya intoksikasi
atau putus penggunaan zat dan obati sebagaimana mestinya.

• Terapi obat
terapi dengan memberikan antidepresiva .

B.Gangguan Ansietas-Somatoform
• Non farmako
Dokter bisa menganjurkan psikoterapi seperti terapi perilaku
kognitif guna membuat pasien mengerti alasan utama timbulnya
gejala penyakit yang dia rasakan.
• Farmako
memberikan obat-obatan antidepresan. 
C. Gangguan afektik depresif.
• non farmako
Terapi
• Terapi perilaku kognitif
Terapi bicara yang berfokus pada pengubahan pikiran negatif,
perilaku, dan respons emosional terkait gangguan psikologis.
• Terapi perilaku
Terapi yang berfokus pada pengubahan perilaku berbahaya
terkait gangguan psikologis.
• Psikoterapi
Pengobatan gangguan mental atau perilaku melalui terapi
bicara.
• Farmako
• Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRI)
Menghilangkan gejala depresi dan rasa cemas.
• Antidepresan
Mencegah atau meredakan depresi dan meningkatkan mood.
• Ansiolitik
Meredakan rasa cemas dan tegang. Dapat membantu tidur.
• Antipsikotik
• Mengurangi atau meningkatkan gejala kondisi kejiwaan tertentu.
Prosedur medis
• Terapi elektrokonvulsif
Mengobati penyakit mental dengan mengirimkan arus listrik melalui otak
untuk memicu kejang. Juga dikenal sebagai terapi kejut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai