Anda di halaman 1dari 48

ENERGI REGANGAN

KULIAH 5
ANALISA STRUKTUR 1
KURIKULUM 2012
Metoda energi didasarkan pada azas hukum hukum
kekekalan energi yang menyatakan bahwa kerja
luar (externak work) pada struktur W akan dirubah
menjadi kerja dalam (internal work) atau sering
disebut energi regangan U membentuk suatu
kondisi seimbang.

W U
Kerja (Work)
Kerja didefinisikan sebagai perkalian antara
P Gaya
dan Perpindahan pada titik dimana gaya tersebut
bekerja pada arah gaya. Kerja akan bernilai positif
jika arah gaya sama dengan arah perpindahan dan
bernilai negatif jika arah keduanya berlawanan.

Pada kasus momen maka kerja didefinisikan


sebagai perkalian antara Momen dan Rotasi pada
titik dimana momen tersebut bekerja pada arah
momen.
P

Undeformed position
A

d 
Deformed position
A’

dW


d
Deformed position

d 

Undeformed position
M

dW

d 
Kerja Luar
Kerja Luar - Gaya
Jika gaya F kita kenakan pada suatu batang secara
bertahap dari 0 s/d P, maka perpanjangan akhir
batang menjadi 
dW  F  du

W   F  du
P
F F u

0
P 
P
L L
dW  
0

u  du


P u  2
u 
 du  2 
0

P
P 
2
Jika gaya F setelah mencapai P kita tambahkan
gaya sebesar F maka displacement-pun akan
bertambah  dan Ue totalnya menjadi.
F
P+F
P

L L


u
  
P

F
P F 
Wtotal    P
2 2
Contoh
Jika faya F kita kenakan pada suatu batang secara
bertahap dari 0 s/d P, maka perpanjangan akhir
batang menjadi 
F(kN)

P=20 kN

L L

u (m)
 = 10mm
 = 10mm
P=20 kN

2
W
200.01  0.1 kN m
Kerja Luar - Momen
Jika gaya F kita kenakan pada suatu batang secara
bertahap dari 0 s/d P, maka perpanjangan akhir
batang menjadi 
dW  m  du
M
m u 

m W   M  du
0
M 
M

dU e 
  u  du
0

M M u  2
u 
du   2  0

M

2
KERJA DALAM atau ENERGI REGANGAN (strain
energy)

Gaya Aksial
Sebuah batang prismatis dibebani gaya aksial N di
ujung batang sehingga batang mengalami
deformasi dalam bentuk perubahan panjang
sebesar  seperti terlihat pada gambar.
Regangan yang terjadi pada batang yang
menerima beban aksial adalah seragam pada
seluruh penampang
N

A
Energi regangan U pada kasus gaya aksial dapat
diturunkan sebagai berikut
U   U 0 dV
V

 1 
    dV
E
 V
2 
L
 1   
         dV
V
2  E 
  1   2 
       dV
N
V 
2 E 
 1  N 2 
   A  dx 
 2 E  A  
L 
 N2 
N 2L      dx
Pada batang prismatis, maka U L
2 EA 
2 EA
Momen
Sebuah balok yang dibebani oleh beban-beban
terdistribusi dan beban terpusat secara sembarang
sehingga bidang momen sepanjang elemen balok
akan bervariasi seperti terlihat pada gambar.
Tinjaulah pias kecil dx pada balok sedemikian rupa
sehingga momen di sebelah kiri dan kanan segmen
menjadi sama yaitu besar M
Energi regangan dapat diturunkan sebagai berikut
P U   U 0 dV
V

1 
q     dV
V
2 
1   
         dV
dx
V
2  E 
L  1  M  y 2 
    A  dx 
 2 E  I  
V 
Bid.
Momen  1 M 2  y2   
   2    dx 
   dA
L  A 
2 E I
 1 M2   2 
    2  
   y  dA dx 

E L
2E I   A 

M M  1 M2 
I   y 2  dA    2 
  I  dx
L
2E I 
A

d My 
M2
 dx
dx I L
2 EI
Torsi
Dengan cara yang sama, maka energi regangan
untuk torsi dapat diturunkan sebagai berikut:
U   U 0 dV
V

1 
      dV
V 
2
 1   
         dV
V
2  G 
 1  T   2 
    dV
 2G  J  
V 
J    2 dA  1 T2   2 
A        dA dx 
2  
L
2G J   A 
 1 T2 
T : Momen Torsi      J  dx
2 
L 
G : Modulus geser 2G J
J : Momen inersia kutub T2
 dx
L
2 GJ
Geser
Dengan cara yang sama, maka energi regangan
untuk torsi dapat diturunkan sebagai berikut:
U   U 0 dV
V

1 
      dV
V 
2
 1   
         dV
V
2  G 
 1  VQ  2 
    dV
 2G  It  
2 V 
K Q
 dA  V 2   Q2 
A A It        dA dx 
L
2G   A It 
V2
 K dx
L
2GA
Energi regangan pada str TRUSS
Rangka batang (TRUSS) dapat kita tinjau sebagai struktur
yang tersusun atas beberapa elemen batang yang
membentuk kesatuan struktur yang stabil. Oleh karena
itu energi regangan pada struktur TRUSS merupakan
gabungan dari energi regangan batang.

P
Tinjau sebuah TRUSS sederhana yang dibebani P di tengah
seperti terlihat pada gambar. Akibat dari beban P maka
struktur TRUSS akan mengalami deformasi dimana
elemen-elemennya juga mengalami perubahan panjang
secara aksial.

Gaya btg F
Batang j

Displacement
struktur
P
Selanjutnya kita tinjau batang j yang mempunyai gaya
dalam F tekan dengan perubahan panjang sebesar 
akibat beban P.
Dari pembahasan energi regangan sebelumnya, maka
F 2L
energi regangan pada batang j dapat ditulis U j 
2 EA
Sehingga untuk enrgi regangan struktur TRUSS dapat
ditentukan :
n 2
Fi Li
U 
i 1 2 Ei Ai
Gaya btg F F
Batang j

L

Displacement
P  F
struktur
Energi regangan pada str FRAME
Karena elemen-elemen pada struktur FRAME pada
umumnya menerima momen dan juga aksial maka energi
regangan pada struktur FRAME merupakan jumlah
superposisi dari keduanya.
U  U a  Ub
Dimana :
U : energi regangan total pada struktur
Ua : energi regangan akibat beban aksial
Ub : energi regangan akibat momen
Energi regangan akibat beban aksial.

F 2L
Ua  
2 AE

Energi regangan akibat momen.


M2
Ub     dx
2 EI

F 2L M2
U     dx
2 EA 2 EI

Akan tetapi karena energi regangan akibat aksial sangat


kecil dibanding dengan momen maka, energi akibat
beban aksial dapat diabaikan. M2
U    dx
2 EI
CASTIGLIANO’S SECOND THEOREM
Untuk struktur yang berperilaku linier-elastik,
displacement atau rotasi pada suatu titik dalam
struktur merupakan turunan parsial dari energi
regangan terhadap gaya atau momen pada garis
kerjanya

U U
i  i 
Pi M i
Kita tinjau balok sederhana (sendi rol) yang
diberi beban seperti pada gambar.
P1 P2 P3

1 2 3

dP2
P1 P2 P3

d2

1 2 3
Energi regangan pada balok = kerja luarnya

1 1 1
U  We   P1  1   P2   2   P3   3
2 2 2
Persamaan energi regangan di atas bisa juga ditulis
dalam bentuk fungsi beban/gaya.

U  f P1 , P2 , P3 

Jika P2 ditingkatkan sebesar dP2 yang menyebabkan


displacement di titik 2 juga meningkat sebesar d2,
maka energi regangan juga meningkat menjadi
UT  U  dU atau

U
UT  U   dP2
P2
 dP2   d 2   dP2    2    P1  1   P2   2   P3   3
1 1 1 1
UT 
2 2 2 2
Suku pertama pada persamaan di atas dapat diabaikan
karena akan memberikan nilai kecil (bilangan kecil dikali
bilangan kecil) sehingga persamaan menjadi

U T  dP2    2    P1  1   P2   2   P3   3
1 1 1
2 2 2
UT  dP2  2   U U
U
U  dP2  dP2    2   U
P2

U
 dP2  dP2   2 
P2
U U
 2 secara umum dapat ditulis  i
P2 Pi

Jadi displacement di suatu titik adalah merupakan hasil


turunan energi regangan ke gaya di titik tersebut pada
arah kerjanya. Dengan cara yang sama juga dapat
diperoleh.

U
 i
M i
Penggunaan pada rangka batang

F 2L U
U  
2 AE P
 F 2L

P
 2 AE
 F 
2 FL   
  P 
2 AE
 F  FL
 
 P  AE
Prosedur Analisis
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
perhitungan defleksi dengan menggunakan
Teorema Second Castigliano adalah sebagai
berikut:
1. Jika beban luar atau momen bekerja pada
struktur pada titik dan dalam arah defleksi, maka
beban atau momen tersebut sebagai P atau M .
Tetapi jika tidak terapkanlah gaya fiktif P dan M
pada struktur pada titik dan dalam arah defleksi
yang dikehendaki.
2. Hitung gaya aksial atau persamaan-persamaan
pada momen M(x) untuk masing-masing struktur
dalam P atau M
3. Turunkanlah gaya-gaya aksial F dan atau
momen M(x) yang diperoleh dari point 2
terhadap P atau M
4. Substitusikan nilai P atau M ke dalam F dan
atau M(x) dan turunan parsialnya. Jika P dan M
merupakan nilai fiktif maka P dan M akan sama
dengan nol
Contoh: Hitung penurunan di A, penurunan di B dan
perpindahan horisontal di B pada struktur berikut

A = 1000 mm2 (semua btg)


1 E = 2 × 105 MPa

4 5 6 7 4.00
10 kN

2 3
B A

4.00 4.00
Hitung gaya-gaya batang akibat beban luar 10 kN

1
10 kN

-10 kN
4 5 6 7
0

10 kN

2 3
-20 kN B -10 kN A
Untuk mencari penurunan di A, maka struktur
kita berikan gaya P fiktif di A yang berarah vertikal
(misalkan ke bawah). Selanjutnya dihitung gaya
dalam (gaya batang) nya akibat beban P fiktif
tersebut tentu dalam satuan P. Pemberian gaya P
fiktif tersebut dimaksudkan supaya gaya dalam
dapat diturunkan ke P
1
P

0 4 P2 5 -P 6 7
P2
P
2 3
-2P B -P A
Penurunan di A adalah

Batang E (MPa) A L (mm) F akibat F akibat dF/dP  F  FL


(mm2) beban 10 beban P  
 P  AE
kN (N) vertikal di
A
1 2×105 1000 4000 10000 P 1 0.2
2 2×105 1000 4000 -20000 -2P -2 0.8
3 2×105 1000 4000 -10000 -P -1 0.2
4 2×105 1000 4000 0 0 0 0
5 2×105 1000 40002 100002 P2 2 0.565685
6 2×105 1000 4000 -10000 -P -1 0.2
7 2×105 1000 40002 100002 P2 2 0.565685
2.531371

Karena nilainya + maka penurunan di A =2.531371 mm


ke bawah (sesuai dengan arah yang di misalkan)
Untuk mencari penurunan di B, maka struktur kita
berikan gaya P fiktif di B yang berarah vertikal
(misalkan ke bawah). Selanjutnya dihitung gaya
dalam (gaya batang) nya akibat beban P fiktif
tersebut tentu dalam satuan P. Pemberian gaya P
fiktif tersebut dimaksudkan supaya gaya dalam
dapat diturunkan ke P
1
0

0 4 P2 5 0 6 7
0
P
2 3
-P B 0 A
Penurunan di B adalah

Batang E (MPa) A L (mm) F akibat F akibat dF/dP  F  FL


(mm2) beban 10 beban P  
 P  AE
kN (N) vertikal di
B
1 2×105 1000 4000 10000 0 0 0
2 2×105 1000 4000 -20000 -P -1 0.4
3 2×105 1000 4000 -10000 0 0 0
4 2×105 1000 4000 0 0 0 0
5 2×105 1000 40002 100002 P2 2 0.565685
6 2×105 1000 4000 -10000 0 0 0
7 2×105 1000 40002 100002 0 0 0
0.965685

Karena nilainya + maka penurunan di B =0.965685 mm


ke bawah (sesuai dengan arah yang di misalkan)
Untuk mencari perpindahan horisontal di B, maka
struktur kita berikan gaya P fiktif di B yang
berarah horisontal (misalkan ke kanan).
Selanjutnya dihitung gaya dalam (gaya batang)
nya akibat beban P fiktif tersebut tentu dalam
satuan P. Pemberian gaya P fiktif tersebut
dimaksudkan supaya gaya dalam dapat
diturunkan ke P
1
0

0 4 0 5 06 7
0

2 3
P B 0 A
Perpindahan horisontal di B adalah

Batang E (MPa) A L (mm) F akibat F akibat dF/dP  F  FL


(mm2) beban 10 beban P  
 P  AE
kN (N) horisontal
di B
1 2×105 1000 4000 10000 0 0 0
2 2×105 1000 4000 -20000 P 1 -0.4
3 2×105 1000 4000 -10000 0 0 0
4 2×105 1000 4000 0 0 0 0
5 2×105 1000 40002 100002 0 0 0
6 2×105 1000 4000 -10000 0 0 0
7 2×105 1000 40002 100002 0 0 0
-0.4

Karena nilainya – (negatif) maka penurunan di B =0.4


mm ke kiri (berlawanan dengan arah yang di misalkan)
Contoh : Hitung penurunan di A, pada struktur balok
kantilever berikut ini jika kekakuannya adalah EI dan
panjangnya L

A
A

L
Untuk mencari defleksi (penurunan) di A, maka pada
struktur balok kantilever diberikan gaya P fiktif.
Hitung momen akibat beban q dan akibat beban P
fiktif
P
q

A A
L L

1 2
M  qx M  Px
2

x x

Bidang M Bidang M
Segmen Momen Momen M/P
akibat akibat M M
L

beban luar beban P 0 P EI  dx


(q)

1 2
0≤x≤L 1 2 x L  qx 
M  M  Px 2   dx
0 EI
qx x
2

1 2
L  qx 
x   dx
2
0
EI
L
1
   dx
3
qx
2 EI 0
qL4

8EI
Contoh : Hitung rotasi di A, pada struktur balok
kantilever berikut ini jika kekakuannya adalah EI dan
panjangnya L

A
A

L
Untuk mencari rotasi (sudut) di A, maka pada struktur
balok kantilever diberikan momen M fiktif. Hitung
momen akibat beban q dan akibat beban M fiktif

q
A
A M
L L

1 2
M  qx M M
2

x x

Bidang M Bidang M
Segmen Momen Momen M/ M
akibat akibat M M
L

beban luar beban M 0 M EI  dx


(q)

1 2
0≤x≤L 1 2 1 L  qx 
M  M M 2   dx
0 EI
qx 1 
2

1 2
L  qx 
 A   1    dx
2
0
EI
L
1
 
2 EI 0
qx 2  dx

qL3

6 EI
Hitung rotasi di C, pada struktur rangka kaku
(portal/frame) jika kekakuannya adalah EI untuk
seluruh elemennya L

q=1.5 t/m

C
D
12 m

40T
B

12 m

30m
Cari reaksi perletakan pada struktur
M A 0
40 12  1.5  30 15  30 RDV
480  675
RDV   38.5
30

H  0
RAH  40

M D 0
24 RAH  30 RAV  12  40  15  1.5  30   0
24  40  30 RAV  12  40  15  1.5  30   0
195
RAV   6. 5
30
Bidang Momen x
480
480
1
480 M  38.5 x  1.5 x 2
2
 38.5 x  0.75 x 2 38.5
480

38.5
x
M  480

40
M  40x
x
40
6.5

6.5
Di titik C diberi beban m searah jarum jam

M
M A 0
D  0
M  30 RDV
C
M
 
RDV
30
M
24 m  
RDV
B 30 H  0
RAH  0

A M D 0

30m 30 RAV  M  0
M
M RAV  
RAV   30
30
Bidang Momen akibat beban m

D
C
M
M M x
30
M
24 m  
RDV
B 30

30m

M
RAV  
30
Cari reaksi perletakan pada struktur
Segmen Koordinat M akibat beban M akibat beban M/m
luar M
Mulai Batas
A-B A 0-12 M  40x 0 0
C-B C 0-12 M  480 0 0
M x
D-C D 0-30 M  38.5 x  0.75 x 2 M x
30 30

 M  M
     dx
 M  EI
x  38.5 x  0.75 x 2 
30
    dx
0
30  EI 
6487.5

EI

Anda mungkin juga menyukai