Anda di halaman 1dari 35

Tugas Farmasi

EPILEPSI

AKMALIA FATIMAH
G99172029
Pengertian
• Kejang : manifestasi klinik dari
aktivitas neuron yang berlebihan
di dalamkorteks serebral
• Epilepsi : kejadiankejang yang
terjadi berulang (kambuhan),
lebih dari 24 jam, tanpa
provokasi
• Perubahan perilaku stereotip
yang dapat menimbulkan
gangguan kesadaran,
motorik, sensorik, otonom
atau psikis
• Manifestasi klinik kejang sangat
bervariasi tergantung dari daerah
otak fungsional yangterlibat 2
Etiologi

• Primer/idiopatik: penyebab tidak jelas,


berhubungan dengan usia dan genetik.
• Kriptogenik : dicurigai ada lesi di otak, tetapi
belum diketahui penyebab pasti. Contoh: sindrom
West, sindrom Lennox-Gastaut dan epilepsi
mioklonik
• Simptomatik / epilepsi sekunder: lesi struktural
otak, kelainan bawaan, SOP, stroke, intoksikasi,
ggn metabolik, dan kelainan degeneratif
Patogenesis

Kejang disebabkan karena ada


ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– ionic : masuknya Clorida,
Keluarnya K
- Neurotransmiter: GABA
sedikit
• Meningkatnya aksi eksitatori
- Ionic: masuknya Na dan Ca
- Neurotransmiter: glutamat
atau aspartat banyak
Klasifikasi epilepsi
• Berdasarkan tanda klinik Kejang Umum :
• Tonik klonik
dan data EEG,kejang diba gi • Tonik
menjadi : • Klonik
• Mioklonik
– kejang umum (generalized • Lena
seizure) jika terjadi • Atonik
pd kedua hemisfere otak
secarabersama-sama Kejang Parsial/ Fokal :
 Parsial Sederhana  tetap sadar
– kejang parsial/focal o motorik
jika dimulai dari daerah o Sensorik : penglihatan kabur
tertentu dari otak o Otonom: rasa tidak enak perut
o Psikis : de javu
 Parsial Kompleks  tidak sadar
 Parsial menjadi umum sekunder
Kejang umum terbagi
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur

13
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak
disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bi sa terjadi pada
pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan
otot  jatuh, tapi bisa segera recovered]
14
Kejang parsial terbagi
menjadi:
• Simple partialseizures
– pasien tidak kehilangankesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentudari
tubuh
• Complex partialseizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpakesadaran

Kejangparsial
1/2/2009 Zullies Ikawati'sLecture 15
Notes
Diagnosis

• Anamnesis : preictal, ictal, postictal


• Pemeriksaan fisik dan neurologi
• Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari
gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
– EEG
– CT-scan
– MRI
– Lain-lain
ACTor CATscan (computed tomography)
is a much more sensitive imaging
technique than X-ray, allowing high
definition not only of the bony structures,
but of the softtissues.
11
P r i n s i p Te r a p i

• Target terapi : Bebas bangkitan


tanpa/minimal efek samping obat

• OAE diberikan bila:


 diagnosis epilepsi sudah pasti,
atau
 terdapat minimum 2 bangkitan
dalam setahun

• Monoterapi
• Start low go slow

1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 16


Ta t a l a k s a n a t e r a p i
• Nonfarmakologi:
– Amati faktor pemicu
– Menghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR,konsumsi kopi atau
alkohol, perubahan jadwal tidur,terlambat
makan,dll.
• Farmakologi : menggunakanobat-obat
antiepilepsi

1/2/2009 Zullies Ikawati'sLecture 19


Notes
Jenis OAE:
• Golongan lama : Phenitoin, Carbamazepin,
Phenobarbital, Asam Valproat
• Golongan Baru : Gabapentin, topiramat, lamotrigini,
levetiracetam, zonisamide, oxcarbazepin

Mekanisme Kerja OAE


• Memblok kanal Na++ sehingga tidak aktif : carbamazepin,
lamotrigin, okskarbazepin, phenobarbital
• Memblok kanal Ca++, etoksuksimid, gabapentin dan
pregabalin
• Meningkatkan GABA : gabapentin, klobazam, klonazepam
• Multipleks : gabapentin, topiramat, dan zonizamid
ALGORITMA Diagnosapositif
TATALAKSANA
EPILEPSI Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasikejang
dan efeksamping

Ya Sembuh? Tidak

Efek samping dapat ditoleransi? Efek samping dapat ditoleransi?

Ya Tidak Ya Tidak

Tingkatkandosis Turunkan dosis


Kualitashidup Turunkandosis TambahAED2
optimal ?

Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak HentikanAED1
Atasi dgtepat
Tetap gunakan Ya Tidak
Lanjutkan AED2
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan

Lanjutk Tidaksembuh
an
terapi Efek samping dapat ditoleransi?

Tidak kambuh Tidak Ya


Selama > 2 th?
Hentikan AEDyang tdk efektif, Tingkatkan dosis
ya tidak TambahkanAED2yanglain AED2,cek interaksi,
Cekkepatuhan
Hentikan Kembalike
pengobatan Assesment Sembuh?
awal
Ya Tidak

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,


Pertimbangkanpembedahan
Atau AEDlain
Prognosis
• 70% terkontrol dengan OAE tunggal
• < 50% sewaktu waktu dapat berhenti OAE
• Bangkitan lena, tonik klonik primer
prognosis baik
• Onset > 30 tahun dengan defisit neurologik
fokalrelatif jelek

1/2/2009 Zullies Ikawati'sLecture 4


Notes
Status Pasien

A. IDENTITAS PASIEN
– Nama : Nn. A
– Usia : 24 tahun
– Alamat : Sukoharjo, Jawa Tengah
– Agama : Islam
– Status : Sudah menikah
– Pekerjaan : Pegawai swasta
– No. RM : 03488xxx
B. Anamnesis

Keluhan Utama: Kejang


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang bersama ibunya dengan keluhan terjadi perilaku ganjil pada pasien 1 minggu
yang lalu. Ibunya, yang menyaksikan kejadian tersebut mengatakan bahwa pasien tiba-tiba
menghentakkan tangan kanannya tanpa sadar sekitar 2 menit. Ketika hal tersebut terjadi,
pasien tidak dapat diajak bicara dan terlihat bengong. Satu menit kemudian pasien baru sadar
dan merasa bingung. Pasien tidak ingat apa yang terjadi pada dirinya. Sebelum tidak sadar,
pasien merasa penglihatannya kabur.

Dia pernah mengalami hal yang sama 6 bulan yang lalu di kantor. Teman kantornya
mengatakan pasien bersikap aneh, membuat suara “mm, mm, mm” kemudian menghentak-
hentakkan tangan kanannya tanpa sadar. Saat itu pasien tidak mempedulikan keluhan tersebut
dan berpikir bahwa dirinya hanya sedang stres.

Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa. Pasien juga biasa mengendarai
kendaraan sendiri.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat serupa : pasien punya riwayat yang mirip 6 bulan
yang lalu
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat serupa : tidak ada yang mengalami keluhan serupa

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok (-), minum alkohol (-), obat-obatan terlarang (-),
pasien masih bekerja sebagai pegawai swasta, mengendarai
motor sendiri ke kantor.
Anamnesis Sistemik
Kepala: Mesocephal,
simetris, rambut Kulit: warna sawo
hitam, tidak mudah matang, pucat (-),
rontok, ikterik (-), petechie (-)

Mata: konjungtiva pucat (-


/-), sklera ikterik (-/-),
oedem palpebra (-/-),
Penglihatan kabur (+)

Hidung: nafas
cuping hidung (-),
deformitas (-)
Mulut: bibir kering (-), oral
Telinga: normotia, drooling (-), lidah kotor (-),
deformitas (-) gusi berdarah (-), papil
lidah atrofi (-)
Pemeriksaan Sistemik
Bunyi jantung I-II intensitas
normal, reguler, bising (-)
batas jantung kanan kiri
kesan melebar

Paru Anterior :
I : Statis : permukaan dada ka=ki;
Leher : JVP tidak ↑
Dinamis : Pengembangan dada KGB & tiroid tdk
ka=ki membesar
P: Fremitus raba ka= ki
P: sonor / sonor Abdomen
A: SDV (+/+), wheezing (-/-), Inspeksi : dinding perut //
ekspirasi memanjang, RBK (-/-), dinding dada, venektasi (-)
RBH (-/-) Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Paru Posterior: Palpasi : supel, nyeri tekan (-
I : Statis : permukaan dada ka=ki; ), hepar & lien tidak teraba
Dinamis : Pengembangan dada
ka=ki
P: Fremitus raba ka= ki oedem (-/-), akral dingin (-/-
P: sonor / sonor ), pucat (-)
A: SDV (+/+), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang, RBK (-/-),
RBH (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK f. Nervus Cranialis
1. N. I : dalam batas normal
2. N. II : dalam batas normal
Status Generalis 3. N. III, IV, VI : refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Keadaan umum : baik, gizi kesan cukup (3mm/3mm),
Vital sign 4. N. V : refleks kornea (+/+)
TD : 110/80 mmHg 5. N.VII : dalam batas normal
Nadi : 90x/menit 6. N. VIII : dalam batas normal
RR : 20x/menit 7. N. IX : dalam batas normal
Suhu : 36,7º C 8. N. X : dalam batas normal
VAS : 0 9. N.XI : dalam batas normal
10. N. XII : dalam batas normal
Status Neurologis
a. Kesadaran : composmentis, GCS E4V5M6 i. Meningeal Sign
b. Fungsi luhur : dbn - Kaku kuduk : (-)
c. Fungsi vegetatif : dbn - Tanda Brudzinski I : (-)
d. Fungsi sensorik : dbn - Tanda Brudzinski II : (-)
e. Fungsi motorik dan reflek : - Tanda Brudzinski III : (-)
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis - Tanda Brudzinski IV : (-)
sde sde N N +2 +2 - - - Tanda Kernig : (-/-)

sde sde N N +2 +2 - - j. Provokasi test


- Laseque : (-/-)
- Patrick : (-/-)
- Contra Patrick : (-/-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pemeriksaan Satuan Nilai normal
Hematologi Rutin
Hb 13.0 g/dl 12.0 – 15.6
Hct 40  33 – 45
AL 9.9 103/l 4.5 - 11.0
AT 305 103/l 150 - 450
AE 4.98 106/l 4.10 – 5.10
Hemostatis
PT 12 detik 10-15
APTT 30.7 detik 20-40
Kimia Klinik
GD2PP 139 Mg/dl 80-140
GDP 100 mg/dl 70-110
SGOT 18 u/l 0-35
SGPT 13 u/l 0-45
Kreatinin 0.6 mg/dl 0.6 -1.1
Ureum 23 mg/dl < 50
Asam urat 2.6 mg/dl 2.4-6.1
Protein total 7.1 mg/dl 6.2-8.1
Albumin 4.1 mg/dl 1.2-4.6
Globulin 3.5 g/dl 3.2-3.9
Kolesterol total 176 mg/dl 50-200
Serologi Hepatitis
Non
HbsAg non reaktif
reaktif
2. Pemeriksaan EEG
Gelombang abnormal pada lobus frontalis sinistra

A. DIAGNOSIS
K : Epilepsi fokal/parsial kompleks
T : hemisfer cerebri sinistra
E : idiopatik

A. TATALAKSANA
1. Prinsip tatalaksana
a. Mencegah kejang berulang
b. Tidak ada/ minimal efek samping dari obat
epilepsi
c. Menghindari faktor pencetus
Terapi
a. Non medikamentosa
1. Edukasi untuk menghindari pencetus
2. Edukasi untuk meminum obat secara teratur dan
tidak boleh memberhentikannya jika belum ada
instruksi dari dokter.
3. Tidak boleh berkendara sendiri karena dapat
terjadi kejang tiba-tiba
4. Dukungan keluarga dan teman
b. Medikamentosa
Lamotrigin 25 mg 1 x 1 tablet per hari
Resep
Pembahasan Obat
Mekanisme Kerja Obat
Lamotrigin
1. Bentuk sediaan obat : ampul
2. Nama merek : Lamictal
3. Sediaan : Tablet, Tablet Disperse, Tablet Retard
4. Dosis tersedia : 25 mg, 50 mg, 100 mg, 200 mg
5. Farmakokinetik:
Absorption: Lamotrigine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap di lambung
dengan metabolisme lintas pertama yang tidak signifikan. Konsentrasi puncak
pada plasma terjadi kira-kira 2,5 jam setelah obat masuk secara oral. Waktu
untuk mencapai konsentrasi maksimum agak sedikit melambat jika
dikonsumsi setelah makan tapi jumlah yang diabsorbsi tidak terpengaruh.
Distribution: Berikatan dengan protein plasma sebesar 55%. Pelepasan ikatan dari protein plasma
tidak menyebabkan toksisitas.

Metabolism: Lamotrigin di metabolisme oleh enzim Uridine diphosphate (UDP) glucuronyl


transferase. Lamotrigin tidak mempengaruhi farmakokinetik obat antiepilepsi lainnya dan tidak
terjadi interaksi antara lamotrigin dengan obat-obat yang menginduksi sitokrom P450.

Elimination: Lamotrigin di eliminasi melalui urin dengan bentuk yang sudah termetabolisme. Kurang
dari 10% dikeluarkan melalui urin tanpa termetabolisme. Hanya sekitar 2% yang dikeluarkan melalui
feses. Klirens dan waktu paruhnya tergantung pada dosis obat. Rata-rata waktu paruh eliminasinya
pada orang dewasa normal adalah 24-35 jam.

Waktu paruh lamotrigin sangat dipengaruhi oleh obat-obatan lain dikonsumsi bersamaan. Waktu paruh
rata-rata berkurang kira-kira 14 jam ketika diberikan bersama obat-obat uang menginduksi
glukoronidasi seperti carbamazepin dan fenitoin dan waktu paruh akan meningkat hingga kurang lebih
70 jam jika diberi bersama dengan asam valproat.
Farmakodinamik

Mekanisme aksi: memblok/menginaktivasi kanal Na menghambat kemampuan syaraf untuk


menghantarkan muatan impuls dan juga menghambat pelepasan glutamat (asam amino yang
berperan dalam memicu bangkitan epilepsi.

Pharmacodynamic Effects: pada percobaan yang mengevaluasi efek obat pada sistem saraf pusat,
dosis lamotrigin 240 mg pada orang sehat tidak ada perbedaan dengan placebo. Sedangkan fenitoin
100 mg dan diazepam 10 mg masing-masing secara signifikan mempengaruhi koordinasi motorik
visual dan pergerakan mata, meningkatkan kegoyahan tubuh dan berefek sedatif.
Pada penelitian lain dosis oral tunggal 600 mg carbamazepin secara signifikan mempengaruhi
koordinasi motorik mata dan pergerakan mata, meningkatakan kegoyahan tubuh dan detak jantung,
sedangkan lamotrigin dosis 150 mg dan 300 tidak berefek pada hal-hal tersebut sama seperti
placebo.
Dosis

Epilepsi Dws >12 thn : Monoterapi 25 mg 1 x/hr selama 2 minggu, lalu 50


mg 1 x/hr selama 2 minggu; dosis rumat: 100-200 mg (1 x/hr atau 2 dosis
terbagi).

Terapi add-on dg Na valproat 12.5 mg (atau 25 mg 2 hr 1x) selama 2


minggu, lalu 25 mg 1 x/hr selama 2 minggu; dosis rumat: 100-200 mg 1 x/hr
atau dlm 2 dosis terbagi.

Terapi add-on dg fenitoin, karbamazepin, primidon, & fenobarbital 50


mg 1 x/hr selama 2 minggu, lalu 100 mg/hr dlm 2 dosis terbagi selama 2
minggu; dosis rumat: 200-400 mg/hr dlm 2 dosis terbagi.

Terapi untuk anak (2-12 tahun): untuk kejang tipe absan  0,3
mg/kgbb/hari
Indikasi :
 terapi tambahan atau monoterapi pada epilepsi parsial
dan epilepsi total, termasuk serangan tonik-klonik dan
serangan terkait sindroma Lennox-Gastaut,
 epilepsi pada anak (2-12 tahun) untuk kejang tipe absan,
 pencegahan episode mood pada pasien dengan gangguan
bipolar, utamanya untuk mencegah gejala depresi.

Kontraindikasi :
hipersensitif.
Efek Samping :
sangat umum: ruam, sakit kepala, somnolens, ataksia, pusing, mual, muntah,
diplopia, penglihatan kabur;

umum: nyeri, nyeri punggung, artralgia, rasa letih, diare, nistagmus, tremor,
insomnia, somnolence, pusing, agresif, iritabilitas;

tidak umum: ataksia, diplopia, penglihatan kabur;

jarang: sindrom Steven’s Johnson, nistagmus, konjungtivitis;

sangat jarang: nekrolisis epidermal toksik, abnormalitas hematologik (neutropenia,


leukopenia, anemia, trombositopenia, pansitopenia, anemia aplastik,
agranulositosis), limpadenopati, reaksi hipersensitivitas (termasuk ruam kulit,
demama, limpadenopati, udem wajah, abnormalitas hati, abnormalitas
darah, disseminated intravascular coagulation (DIC), gagal multi organ), tics,
halusinasi, rasa bingung, meningitis aseptik, agitasi, gangguan
gerakan, unsteadiness, perburukan penyakit Parkinson, efek ekstrapiramidal,
koreoatetosis, peningkatan frekuensi kejang, reaksi seperti lupus.
Penutup

Kesimpulan Saran

 Epilepsi adalah bangkitan yang terjadi tanpa o Perlu rutin kontrol dan rutin
provokasi karena adanya ketidakseimbangan berobat
muatan listrik di otak o Edukasi pentingnya
Pengobatan epilepsi hanya dilakukan jika diagnosis pengobatan karena dapat
telah tegak mengurangi risiko
Pemilihan OAE didasarkan pada jenis bangkitan munculnya bangkitan
dengan mempertimbangan kondisi individu kembali
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai