EPILEPSI
AKMALIA FATIMAH
G99172029
Pengertian
• Kejang : manifestasi klinik dari
aktivitas neuron yang berlebihan
di dalamkorteks serebral
• Epilepsi : kejadiankejang yang
terjadi berulang (kambuhan),
lebih dari 24 jam, tanpa
provokasi
• Perubahan perilaku stereotip
yang dapat menimbulkan
gangguan kesadaran,
motorik, sensorik, otonom
atau psikis
• Manifestasi klinik kejang sangat
bervariasi tergantung dari daerah
otak fungsional yangterlibat 2
Etiologi
13
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak
disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bi sa terjadi pada
pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan
otot jatuh, tapi bisa segera recovered]
14
Kejang parsial terbagi
menjadi:
• Simple partialseizures
– pasien tidak kehilangankesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentudari
tubuh
• Complex partialseizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpakesadaran
Kejangparsial
1/2/2009 Zullies Ikawati'sLecture 15
Notes
Diagnosis
• Monoterapi
• Start low go slow
Ya Sembuh? Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak HentikanAED1
Atasi dgtepat
Tetap gunakan Ya Tidak
Lanjutkan AED2
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan
Lanjutk Tidaksembuh
an
terapi Efek samping dapat ditoleransi?
A. IDENTITAS PASIEN
– Nama : Nn. A
– Usia : 24 tahun
– Alamat : Sukoharjo, Jawa Tengah
– Agama : Islam
– Status : Sudah menikah
– Pekerjaan : Pegawai swasta
– No. RM : 03488xxx
B. Anamnesis
Dia pernah mengalami hal yang sama 6 bulan yang lalu di kantor. Teman kantornya
mengatakan pasien bersikap aneh, membuat suara “mm, mm, mm” kemudian menghentak-
hentakkan tangan kanannya tanpa sadar. Saat itu pasien tidak mempedulikan keluhan tersebut
dan berpikir bahwa dirinya hanya sedang stres.
Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa. Pasien juga biasa mengendarai
kendaraan sendiri.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat serupa : pasien punya riwayat yang mirip 6 bulan
yang lalu
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok (-), minum alkohol (-), obat-obatan terlarang (-),
pasien masih bekerja sebagai pegawai swasta, mengendarai
motor sendiri ke kantor.
Anamnesis Sistemik
Kepala: Mesocephal,
simetris, rambut Kulit: warna sawo
hitam, tidak mudah matang, pucat (-),
rontok, ikterik (-), petechie (-)
Hidung: nafas
cuping hidung (-),
deformitas (-)
Mulut: bibir kering (-), oral
Telinga: normotia, drooling (-), lidah kotor (-),
deformitas (-) gusi berdarah (-), papil
lidah atrofi (-)
Pemeriksaan Sistemik
Bunyi jantung I-II intensitas
normal, reguler, bising (-)
batas jantung kanan kiri
kesan melebar
Paru Anterior :
I : Statis : permukaan dada ka=ki;
Leher : JVP tidak ↑
Dinamis : Pengembangan dada KGB & tiroid tdk
ka=ki membesar
P: Fremitus raba ka= ki
P: sonor / sonor Abdomen
A: SDV (+/+), wheezing (-/-), Inspeksi : dinding perut //
ekspirasi memanjang, RBK (-/-), dinding dada, venektasi (-)
RBH (-/-) Auskultasi: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Paru Posterior: Palpasi : supel, nyeri tekan (-
I : Statis : permukaan dada ka=ki; ), hepar & lien tidak teraba
Dinamis : Pengembangan dada
ka=ki
P: Fremitus raba ka= ki oedem (-/-), akral dingin (-/-
P: sonor / sonor ), pucat (-)
A: SDV (+/+), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang, RBK (-/-),
RBH (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK f. Nervus Cranialis
1. N. I : dalam batas normal
2. N. II : dalam batas normal
Status Generalis 3. N. III, IV, VI : refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Keadaan umum : baik, gizi kesan cukup (3mm/3mm),
Vital sign 4. N. V : refleks kornea (+/+)
TD : 110/80 mmHg 5. N.VII : dalam batas normal
Nadi : 90x/menit 6. N. VIII : dalam batas normal
RR : 20x/menit 7. N. IX : dalam batas normal
Suhu : 36,7º C 8. N. X : dalam batas normal
VAS : 0 9. N.XI : dalam batas normal
10. N. XII : dalam batas normal
Status Neurologis
a. Kesadaran : composmentis, GCS E4V5M6 i. Meningeal Sign
b. Fungsi luhur : dbn - Kaku kuduk : (-)
c. Fungsi vegetatif : dbn - Tanda Brudzinski I : (-)
d. Fungsi sensorik : dbn - Tanda Brudzinski II : (-)
e. Fungsi motorik dan reflek : - Tanda Brudzinski III : (-)
Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologis - Tanda Brudzinski IV : (-)
sde sde N N +2 +2 - - - Tanda Kernig : (-/-)
A. DIAGNOSIS
K : Epilepsi fokal/parsial kompleks
T : hemisfer cerebri sinistra
E : idiopatik
A. TATALAKSANA
1. Prinsip tatalaksana
a. Mencegah kejang berulang
b. Tidak ada/ minimal efek samping dari obat
epilepsi
c. Menghindari faktor pencetus
Terapi
a. Non medikamentosa
1. Edukasi untuk menghindari pencetus
2. Edukasi untuk meminum obat secara teratur dan
tidak boleh memberhentikannya jika belum ada
instruksi dari dokter.
3. Tidak boleh berkendara sendiri karena dapat
terjadi kejang tiba-tiba
4. Dukungan keluarga dan teman
b. Medikamentosa
Lamotrigin 25 mg 1 x 1 tablet per hari
Resep
Pembahasan Obat
Mekanisme Kerja Obat
Lamotrigin
1. Bentuk sediaan obat : ampul
2. Nama merek : Lamictal
3. Sediaan : Tablet, Tablet Disperse, Tablet Retard
4. Dosis tersedia : 25 mg, 50 mg, 100 mg, 200 mg
5. Farmakokinetik:
Absorption: Lamotrigine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap di lambung
dengan metabolisme lintas pertama yang tidak signifikan. Konsentrasi puncak
pada plasma terjadi kira-kira 2,5 jam setelah obat masuk secara oral. Waktu
untuk mencapai konsentrasi maksimum agak sedikit melambat jika
dikonsumsi setelah makan tapi jumlah yang diabsorbsi tidak terpengaruh.
Distribution: Berikatan dengan protein plasma sebesar 55%. Pelepasan ikatan dari protein plasma
tidak menyebabkan toksisitas.
Elimination: Lamotrigin di eliminasi melalui urin dengan bentuk yang sudah termetabolisme. Kurang
dari 10% dikeluarkan melalui urin tanpa termetabolisme. Hanya sekitar 2% yang dikeluarkan melalui
feses. Klirens dan waktu paruhnya tergantung pada dosis obat. Rata-rata waktu paruh eliminasinya
pada orang dewasa normal adalah 24-35 jam.
Waktu paruh lamotrigin sangat dipengaruhi oleh obat-obatan lain dikonsumsi bersamaan. Waktu paruh
rata-rata berkurang kira-kira 14 jam ketika diberikan bersama obat-obat uang menginduksi
glukoronidasi seperti carbamazepin dan fenitoin dan waktu paruh akan meningkat hingga kurang lebih
70 jam jika diberi bersama dengan asam valproat.
Farmakodinamik
Pharmacodynamic Effects: pada percobaan yang mengevaluasi efek obat pada sistem saraf pusat,
dosis lamotrigin 240 mg pada orang sehat tidak ada perbedaan dengan placebo. Sedangkan fenitoin
100 mg dan diazepam 10 mg masing-masing secara signifikan mempengaruhi koordinasi motorik
visual dan pergerakan mata, meningkatkan kegoyahan tubuh dan berefek sedatif.
Pada penelitian lain dosis oral tunggal 600 mg carbamazepin secara signifikan mempengaruhi
koordinasi motorik mata dan pergerakan mata, meningkatakan kegoyahan tubuh dan detak jantung,
sedangkan lamotrigin dosis 150 mg dan 300 tidak berefek pada hal-hal tersebut sama seperti
placebo.
Dosis
Terapi untuk anak (2-12 tahun): untuk kejang tipe absan 0,3
mg/kgbb/hari
Indikasi :
terapi tambahan atau monoterapi pada epilepsi parsial
dan epilepsi total, termasuk serangan tonik-klonik dan
serangan terkait sindroma Lennox-Gastaut,
epilepsi pada anak (2-12 tahun) untuk kejang tipe absan,
pencegahan episode mood pada pasien dengan gangguan
bipolar, utamanya untuk mencegah gejala depresi.
Kontraindikasi :
hipersensitif.
Efek Samping :
sangat umum: ruam, sakit kepala, somnolens, ataksia, pusing, mual, muntah,
diplopia, penglihatan kabur;
umum: nyeri, nyeri punggung, artralgia, rasa letih, diare, nistagmus, tremor,
insomnia, somnolence, pusing, agresif, iritabilitas;
Kesimpulan Saran
Epilepsi adalah bangkitan yang terjadi tanpa o Perlu rutin kontrol dan rutin
provokasi karena adanya ketidakseimbangan berobat
muatan listrik di otak o Edukasi pentingnya
Pengobatan epilepsi hanya dilakukan jika diagnosis pengobatan karena dapat
telah tegak mengurangi risiko
Pemilihan OAE didasarkan pada jenis bangkitan munculnya bangkitan
dengan mempertimbangan kondisi individu kembali
Terima Kasih