Anda di halaman 1dari 53

PRINCIPLE OF

INSTRUMENTATION SYSTEM

KUALA TANJUNG PROJECT


Instrument 3

Untuk Kalangan Sendiri


PRAKATA
Training Instrumentasi ini ditujukan untuk internal training di
perusahaan ini. Peserta training ini adalah teknisi dan foreman
instrument yang bekerja di perusahaan ini. Setelah training ini
diharapkan peserta dapat lebih memahami aplikasi-aplikasi peralatan
instrumentasi, sehingga dapat bekerja di lapangan dengan baik dalam
memelihara maupun menjaga peralatan instrumentasi demi kelancaran
operasional pabrik.
Materi ini tentu masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami
menerima masukan yang membangun untuk kita jadikan
penyempurnaan.

Kuala Tanjung, September 2010


Penulis
PENGANTAR
Aplikasi Instrumentasi
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan kita bahas tentang aplikasi alat-alat Instrumentasi yang ada di perusahaan
ini, contohnya pressure transmitter, temperature transmitter, flow transmitter, level transmitter, control
valve dll. Sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai aplikasi alat-alat instrument, mari kita bahas dahulu
kegunaan atau fungsi alat instrument dalam suatu system proses.
Jika suatu system proses tidak memperhatikan perlunya peralatan-peralatan Instrumentasi maka
hasil akhir dari proses tersebut tidak memenuhi standard yang di inginkan bahkan mungkin akan
berakibat fatal ( Produk tidak laku dijual, kerusakan mesin, terjadinya kebakaran sampai ledakan ),
contohnya, bila suatu system proses tidak dilengkapi dengan pressure transmitter/Indikator, maka
kita tidak tahu berapa besar tekanan yang berada pada system proses tersebut, bila diberi tekanan
terus-menerus maka akan menyebabkan adanya ledakan atau over pressure, contoh lain, suatu
tangki atau vessel yang tidak dilengkapi dengan Level transmitter/Indikator, maka kita tidak tahu
berapa level ( Tinggi cairan ) yang berada didalam tangki atau vessel tersebut dan bila tangki atau
vessel itu terus di isi maka produk akan meluap dan tumpah. Oleh karena itu alat-alat
Instrumentasi sangat berperan penting dalam system pengendalian proses.
Instrument adalah sensor / alat ukur / alat pengirim sinyal dan pengendali dalam suatu proses
atau system sedangkan Instrumentasi adalah kumpulan atau susunan dari instrument untuk mengukur,
indikasi, pencatatan atau kontrol suatu proses variable, sensor adalah alat yang dapat merasakan suatu
proses dan merubahnya kedalam bentuk logis. Pengirim sinyal (transmitter) adalah alat/ kelengkapan
system instrument yang berfungsi mengirim sinyal ke dcs/Plc sebagai pesan proses pada alat instrument
yang ada di lapangan.
1. PRINSIP DASAR PENGENDALIAN PROSES

Lihatlah pada gambar di atas, pertama operator harus mengamati


ketinggian level, kemudian mengevaluasi apakah level yang ada sudah
seperti yang dikehendakinya. Kalau level tidak sama dengan yang
dikehendakinya, operator harus memperkirakan seberapa banyak valve
perlu lebih ditutup atau lebih dibuka. Selanjutnya, operator harus benar-
benar mengubah bukaan valve sesuai dengan yang diperkirakan tadi.
Teknologi Pengukuran Level

Bubbler
Dipstick
Capacitance
Float Ultrasonic
Tuning Fork Radar

Sight glass

Nuclear

Displacer

Gage Glass
Differential
Pressure
Ultrasonic Gap
Hydrostatic

Weight
1. PENGUKURAN LEVEL (LEVEL MEASUREMENT)
Level merupakan salah satu variabel yang banyak dijumpai di industri seperti halnya temperatur
(temperature), tekanan (pressure) dan aliran (flow). Oleh karena itu pengukuran level merupakan
salah satu hal yang penting dalam kaitannya dengan kelangsungan proses secara keseluruhan.
Kegagalan pengukuran level dapat berakibat pada kegagalan suatu proses atau bahkan dapat
menimbulkan faktor yang berbahaya bagi keselamatan. Beberapa contoh instrument yang berkaitan
dengan pengukuran level diperlihatkan pada gambar.

Prinsip dasar.
Secara umum pengukuran level selalu didasarkan pada penentuan batas (interface) dari dua fluida
yang berbeda. Misalnya antara fluida cair satu dengan fluida cair yang lain, antara fluida cair dengan
gas/uap atau antara fluida gas dengan gas. Dengan mengetahui letak batas tersebut, maka level dari
fluida yang bersangkutan akan dapat diketahui.
5 Alasan mengapa level diukur

 Inventarisasi
• Menjaga jumlah bahan baku yang tersedia.

 Custody Transfer
• Jumlah bahan baku yang dibeli dan dijual menggunakan perjanjian volume dan berat.

 Efisiensi
• Memaksimalkan penggunaan tangki yang tersedia
• Menghindari biaya – biaya yang tdak perlu akibat pembelian tangki yang tidak perlu.

 Safety
• Menjaga agar tidak ada cairan yang tumpah.
• Menghindari terjadinya kelebihan tekanan didalam tangki tertutup.

 Suplai yang konsisten


• Menjaga kualitas produk.
Metode pengukuran level.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan pada pengukuran level diantaranya adalah:
Pelampung (Floating device).
Pelampung merupakan alat yang sedehana yang dapat digunakan dalam pengukuran level.
Pengukuran ini didasarkan pada suatu benda (pelampung) yang mampu mengapung pada
fluida tertentu. Dengan demikian letak batas/interface dari dua jenis fluida, yang
merupakan level fluida, dapat diketahui berdasarkan letak dari pelampung tersebut.
Umumnya pengukuran level dengan menggunakan pelampung hanya terbatas pada
interface antara cairan – gas.
Gambar dibawah ini memperlihatkan pemakaian pelampung dalam pengukuran level pada
suatu tangki. Salah satu kekurangan dari instrument pelampung ini adalah tidak dapat
digunakan untuk fluida yang berubah (seperti berubah terhadap density atau temperatur).

Gambar Pengukuran level dengan pelampung


Prinsip kerja level Pelampung (Floating Device)

Indicator
Internal Still pipe External Still pipe to
to guide the float guide the float

Float
Float

Isolating Valve
Tank

Drain
Valves

Indicator

Di rekomendasikan untuk tangki penyimpanan air, bahan bakar, kimia atau bahan –
bahan yang tidak membutuhkan penanganan yang khusus.
Displacer.
Displacer merupakan alat ukur level yang diletakkan di sekitar tempat fluida yang akan
diukur dan juga dihubungkan dengan fluida yang bersangkutan. Dengan menggunakan
kaidah bejana berhubungan, maka level fluida dapat diketahui berdasarkan batas/interface
fluida yang terdapat pada displacer yang telah diberikan suatu skala satuan tertentu.
Gambar dibawah ini memperlihatkan penggunaan displacer dalam pengukuran level.
Teknologi Pengukuran Level
Displacer
Bekerja berdasarkan daya angkat pelampung
0 0

Displacer bekerja berdasarkan


daya angkat dari berat cairan yang pounds pounds

dipindahkan.
Pergerakan Vertikal dari
displacer diubah ke bentuk
pergerakan angular oleh
mekanis
Pergerakan Angular diubah
kebentuk elektrikal atau
pneumatic

11
Aplikasi Level
Radar Gauge

Frequency Electromagnetic Wavelength, Meters


Cycles/second
Spectrum Radar menggunakan gelombang
10 22
10 -13
gamma rays Electromagnetic
10 20 10 -11
x-rays
Radio Detection And Ranging
10 18 -9
10

10 16 ultra violet 10 -7
Radar,
visible light
10 14 10 -5
3-30 GHz
10 12 10 -3

10
--------super high freq--------- Microwave oven,
10 10 -1
------ultra high freq----------
2 - 10 GHz
10 8
----------TV broadcasting---------- 10 1
--------FM Radio-------------
10 6 10 3 Cellular, pager,
-------low frequency------------
10 4 10 5 300-3000 MHz
10 2 10 7
Level Radar
Keuntungan menggunakan level Radar
• Non Contact (tidak kontak langsung), Non Intrusive (mengganggu)
• Lebar range toleransi dari kondisi proses
» Tidak mengalami proses korosi
» Tidak berpengaruh terhadap temperatur tinggi
» Tetap mengukur meskipun banyak uap air
» Tidak terpengaruh terhadap density yang berubah-ubah
» Tidak terpengaruh terhadap jenis produk yang kental
• Perawatan yang mudah
• Tidak diperlukan izin khusus
• Dapat mengukur jarak yang jauh
• Mengukur cairan, pasta dan benda padat
Radar Gauge
Pertimbangan memilih Level Radar
• Sensor dapat di pindahkan keseluruhannya dari proses dengan
menggunakan suatu jendela di buat dari suatu material non
metallic seperti teplon, ryton, keramik dll
• Sensor dapat di pindahkan dari system proses tanpa
membukan pintu vessel atau tangki
Batasan pemilihan Level Radar
• Biaya
• Tidak dapat bekerja pada proses dengan tegangan
rendah
• Tidak dapat diaplikasikan dengan pergolakan fluida
yang sangat besar.
• Proses koneksinya besar (>4” flanges)
Teknologi Pengukuran Level
Capacitance Probe
Nonconductive
Coating

Perubahan
d Level sesuai Level berubah
dengan sesuai dengan
perubahan perubahan
dielectric jarak plat

Nonconductive Fluid Conductive Fluid


• Cairan proses bertidak sebagai • Cairan proses sebagai plat kedua.
dielectric pertama.
• Isolasi probe sebagai plat pertama.
• Dinding tangki sebagai dielectrik
kedua • Perubahan jarak dari plat tersebut
diukur sebagai level.
• Perubahan dielectric tersebut diukur
sebagai level.
Teknologi Pengukuran Level
Gamma Ray

Sistem Single Point

 Gamma ray dipancarkan


dari source. Ada dan tidak
adanya gamma rays diukur Gamma Detector
Source
oleh detector.

17
Teknologi Pengukuran Level
Laser
• Fungsi : Mengunakan Sinar Infrared untuk laser
mengirim berkas cahaya yang dipusatkan ke glass window device
permukaan, diukur dari waktu perjalanan ke
permukaan media yang diukur dan
pantulannya.
• Batasan, Berkas cahaya yang dipusatkan :
baik di aplikasikan dengan ruang pembatas.
• Non contact : menggunakan jendela
• Akurasi : +/- 1 cm
• Dapat digunakan pada cairan berawan
(berkabut), cairan yang berkilau (jernih)
ataupun padat.
• Dapat mengukur meskipun dalam keadaan
kosong atau berisi cairan.
• Tidak ada toleransi untuk debu, kabut, steam
atau uap air.
Dari gambar 1 tersebut terlihat bahwa terdapat 3 elemen pengendalian proses,
Elemen elemen tersebut adalah :

• Elemen measurement
Elemen measurement melakukan pengukuran terhadap proses. Pengukuran proses
ini merupakan representasi besaran proses dalam bentuk sinyal standar
instrument ( 4 - 20mA). Seluruh besaran proses baik level, proses, temperatur
maupun flow akan direpresentasikan dalam bentuk sinyal standar. Sinyal hasil
pengukuran ini kemudian akan dikirim ke controller untuk diproses.

• Elemen Controller
Elemen controller melakukan pemrosesan data dengan cara membandingkan
besar sinyal set point dengan besar sinyal pengukuran. Selisih sinyal set point
dengan sinyal pengukuran dimasukkan ke dalam sirkuit Proportional (P), Integral (I)
dan Derivative (D). Komponen komponen PID ini akan menentukan respon
keseluruhan dari controller terhadap proses. Nilai PID in dapat di ‘tune’ pada harga
yang optimal. Tuning yang tidak tepat dari nilai PID ini akan menyebabkan proses
tidak dapat dikendalikan dengan baik. Terdapat berbagai metode dalam melakukan
tuning ini, mulai dari yang bersifat sangat teoritis sampai kepada yang bersifat
empiris(coba-coba). Pada umumnya TIDAK DIBENARKAN melakukan perubahan
nilai PID ini tanpa sepengetahuan personil instrumen DCS.

• Final Elemen
Final elemen melaksanakan tuning proses sesuai dengan besar sinyal yang dikirim
dari elemen controller. Beberapa equipment yang termasuk dalam kategori elemen
final adalah control valve.
2. SINYAL INSTRUMENT
• Dalam dunia instrument dikenal adanya sinyal standard yang merupakan
sinyal baku dan berlaku universal di seluruh dunia. Personil instrument
akan mengacu kepada besaran sinyal standard ini terutama dalam
proses kalibrasi maupun troubleshooting. Sinyal standard ini merupakan
representasi dari besaran proses yang diukur atau dengan kata lain
semua besaran proses yang diukur secara elektronik ,akan
menghasilkan sinyal standard ini. Sinyal standard ini kemudian akan
diolah oleh DCS untuk ditampilkan di layar baik berupa tampilan angka
maupun grafik. Peralatan instrumentasi yang akan mengeluarkan sinyal
standard setelah melakukan pengukuran proses adalah transmitter.
Pressure gauge walaupun melakukan pengukuran, tidak mengeluarkan
sinyal standard instrument.
• Adapun sinyal standard itu adalah :
• Untuk arus : 4 – 20 mA
• Untuk tegangan : 1 – 5 Volt
• Untuk pneumatic : 3 – 15 psi (0,2 – 1 bar)
• Di perusahaan ini memakai sinyal arus 4 – 20 mA dalam pengukuran
dan pengendalian prosesnya.
3. MEASUREMENT

Measurement adalah melakukan pengukuran terhadap berbagai


besaran proses seperti pressure , flow, level , temperatur dll.
Dilihat dari jenis sinyal yang dihasilkan dari suatu elemen
pengukur maka alat pengukur terbagi menjadi menjadi 2 bagian,
yaitu pengukur yang tidak menghasilkan sinyal (pasif) dan
pengukur yang menghasilkan sinyal (aktif).

3.1 PENGUKUR PASIF (TANPA POWER SUPPLY)


Pengukur pasif melakukan pengukuran dan memberi indikasi
hasil pengukuran secara lokal namun tidak menghasilkan sinyal
yang bisa diproses lebih lanjut oleh elemen pengendalian proses
lainnya. Pengukur pasif ini juga ditandai dengan tidak
ditemukannya sumber power supply untuk menghidupkannya.
Pengukur pasif ini antara lain adalah Pressure Indikator,
Temperatur Indikator, Level Indikator dan Flow indikator, dll.
3.2 PENGUKUR AKTIF (MEMBUTUHKAN POWER
SUPPLY)
Pengukur aktif membutuhkan power supply untuk
mengaktifkannya. Pengukur aktif melakukan pengukuran suatu
proses dan memberi hasil pengukuran yang dapat terbaca secara
lokal maupun remote. Hasil pembacaan pengukur aktif ini dapat
diproses lebih lanjut oleh elemen pengendalian proses lainnya
seperti DCS. Pengukur pengukur aktif ini lazimnya disebut
transmitter. Transmitter merepresentasikan hasil pengukuran
proses dalam bentuk sinyal standar instrumen. Pengukur aktif
(transmitter) misalnya adalah: Pressure Transmitter, Temperature
Transmitter, Level Transmitter, Flow Transmitter dan Control Valve,
dll.
Pressure
Adalah suatu gaya pada luas permukaan dan terukur atau suatu gaya
persatuan luas
P = F/A F
Ket :

P = Pressure ( N/m2), F = Gaya ( N ) A


A = Luas Penampang ( m2 )
Pressure Indikator

Pressure indikator merupakan alat untuk mengukur besar tekanan


dalam suatu proses. Tekanan yang diukur dapat berupa tekanan dalam
suatu line pipa maupun dalam suatu vessel.

(Gambar Pressure Indikator)


Berbagai satuan tekanan sering dipergunakan dalam pressure
indikator, misalnya bar, Pa, kg/cm² ataupun psi. Di Perusahaan
ini banyak memakai pressure indikator dengan satuan Bar.
Pressure indikator dapat digunakan untuk mengukur tekanan
positif maupun negative (vakum). Umumnya pressure indikator
dibangun dengan memakai tabung bourdon maupun diafragma.

Bourdon

Diaphragm
(Gambar Bordon Pressure Indikator)

(Gambar Diaphragm Pressure Indikator)


Hubungan antara absolute dengan pressure gauge adalah :
Pressure absolute = pressure atmosfir + pressure gauge
Jadi titik dasar skala pressure Indikator adalah 0 (g) atau sama
dengan standart pressure atmosfir 101,3 (a).

Absolute skala Gauge

Pressure
Atmosfir 101,325 (a) 0 (g)

Perfect
vakum 0 (a) -101,325 (g)
Untuk proses dengan temperatur tinggi, pemasangan pressure
indikator harus disertai dengan siphon. Hal ini supaya panas dari
proses tidak langsung memanasi komponen pressure indikator
sehingga cepat rusak.
Pressure indikator pada konstruksinya memakai gerigi dalam
menggerakkan jarum indikator. Oleh sebab itu harap dihindarkan
getaran atau pemukulan yang berlebihan pada pressure
indikator. Getaran yang berlebihan akan menyebabkan gerigi
menjadi rusak atau poros dudukan jarum indikator bergeser
sehingga pembacaan menjadi tidak benar.
Perlu diketahui bahwa pressure indikator mengukur suatu
tekanan dengan tanpa memperhitungkan tekanan atmosfir.
Adapun pressure indikator yang dalam pengukurannya
memperhitungkan tekanan atmosfir disebut Absolute Pressure
Indikator.
Pressure Transmitter
Pressure transmitter berfungsi mengukur pressure/tekanan
suatu vessel atau pipa. Misal bila range pengukuran proses
adalah 0 – 5 bar maka pada keadaan 0 bar transmitter akan
mengeluarkan arus 4 mA. Sedangkan bila keadaan level vessel
5 bar transmitter akan mengeluarkan arus 20 mA. Hasil
pengukuran dikirim ke DCS atau controller.
Berikut adalah contoh pressure transmitter.

( Gambar Pressure Transmitter )


Temperatur Indikator
Temperatur Indikator merupakan alat untuk mengukur
besarnya temperatur pada suatu proses. Temperatur indikator
memanfaatkan keping bimetal untuk mendeteksi perubahan
temperatur. Bimetal adalah 2 keping logam yang berbeda
koefisien muai panjangnya, dikeling (diikat) menjadi satu.

(Gambar Temperatur Indikator)


Temperature transmitter
Temperatur transmitter berfungsi mengukur temperatur pada suatu pipa
atau vessel. Misal bila range pengukuran proses adalah 0 – 500ºC,
maka pada keadaan 0ºC transmitter akan mengeluarkan arus 4 mA.
Sedangkan bila temperatur 500ºC transmitter akan mengeluarkan arus
20 mA.

(Gambar Temperature Transmitter)


Dua jenis temperatur yang sering di gunakan
1. Thermocouple
Adalah 2 metal yang ujungnya dijoin/sambung dan diberi panas, pada join tersebut
maka akan menyebabkan suatu GGL (gerak gaya listrik) yang diukur dalam satuan
mV. Untuk merubah GGL yang dibangkitkan oleh thermocouple ke standart 4 – 20
mA diperlukan Temperature Transmitter.
Keuntungan menggunakan thermocouple :
Mampu mengukur temperature pada range yang besar.
Pada umumnya mampu mengukur temperature yang tinggi.
Kerugian menggunakan thermocouple : Respon agak lamban
Failure / kegagalan thermocouple bekerja :
Bila open circuit akan menyebabkan pembacaan temperature 0 °C
Bila short circuit akan menyebabkan pembacaan temperature 0 °C
2. RTD ( Resistance Temperature Detector )
Secara actual RTD adalah resistor yang berpresisi tinggi pada temperatur yang
berubah-rubah.
Adapun jenis-jenis RTD adalah :
Platina, Nikel dan Baja
Dari ke 3 jenis tersebut yang sering digunakan pada proses adalah platina,
karena keakuratan dan linieritasnya sangat baik.
Keuntungan menggunakan RTD :
Waktu respon sangat cepat dan Tidak mahal
Kerugian menggunakan RTD :
Karena metal yang digunakan harus metal murni. Pada umumnya RTD tidak
mampu mengukur di luar range. Bila power supply gagal akan menyebabkan
pembacaan error / Perubahan resistansi yang kecil pada pengukuran maka
koneksi terminal itu harus kencang dan bebas dari korosif yang menyebabkan
error.
Failure/ kegagalan RTD bekerja :
Bila open circuit pada RTD akan menyebabkan pembacaan temperature
menjadi nilai range tertinggi.
Bila short circuit pada RTD akan menyebabkan pembacaan temperature
menjadi nilai range tertinggi.
Level
Level merupakan salah satu variabel yang banyak dijumpai di industri
seperti halnya temperatur (temperature), tekanan (pressure) dan aliran
(flow). Oleh karena itu pengukuran level merupakan salah satu hal yang
penting dalam kaitannya dengan kelangsungan proses secara
keseluruhan. Kegagalan pengukuran level dapat berakibat pada
kegagalan suatu proses atau bahkan dapat menimbulkan faktor yang
berbahaya bagi keselamatan.

Level Indikator
Level indikator melakukan pengukuran terhadap fluida suatu
vessel. Pembacaan hasil pengukuran akan tampak pada gelas
pembacaan.

(GambarTemperatur Indikator)
Level Transmitter
Level transmitter berfungsi mengukur level suatu vessel. Misal bila range
pengukuran proses adalah 0 – 5 meter, maka pada keadaan 0 meter
transmitter akan mengeluarkan arus 4 mA. Sedangkan bila keadaan level
vessel 5 meter transmitter akan mengeluarkan arus 20 mA.
Level transmitter terdiri dari berbagai jenis misalnya radar, displacer,
differential press, magnetic level glass dll.
Berikut contoh level transmitter.

(Gambar Level Transmitter)


Jenis-jenis Pengukuran Level
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan pada pengukuran level
diantaranya adalah:
1. Pelampung (Floating device).
Pelampung merupakan alat yang sedehana yang dapat digunakan dalam
pengukuran level. Pengukuran ini didasarkan pada suatu benda (pelampung)
yang mampu mengapung pada fluida tertentu. Dengan demikian letak
batas/interface dari dua jenis fluida, yang merupakan level fluida, dapat
diketahui berdasarkan letak dari pelampung tersebut. Umumnya pengukuran
level dengan menggunakan pelampung hanya terbatas pada interface antara
cairan – gas.

2. Displacer.
Displacer merupakan alat ukur level yang diletakkan di sekitar tempat fluida
yang akan diukur dan juga dihubungkan dengan fluida yang bersangkutan.
Dengan menggunakan kaidah bejana berhubungan, maka level fluida dapat
diketahui berdasarkan batas/interface fluida yang terdapat pada displacer
yang telah diberikan suatu skala satuan tertentu.
Density suatu fluida sangatlah tergantung pada besarnya temperatur
fluida yang bersangkutan, sehingga untuk pengukuran level yang
presisi density haruslah dikompensasi atau dihubungkan dengan
temperatur fluida yang diukur.
3. Gelombang Ultrasonic
Metode pengukuran level dengan menggunakan gelombang ultrasonic
atau gelombang suara lainnya memiliki prinsip kerja yang sama. Suatu
sumber gelombang ultrasonic diletakkan pada bagian atas suatu
vessel/tangki. Gelombang ultasonic ini akan merambat dan terpantul
kembali ketika mengenai batas/interface dua fluida yang berbeda.
Waktu tempuh yang digunakan oleh gelombang ultrasonic tersebut
dapat dikonvesikan untuk mengetahui atau mengukur level fluida.
4. RADAR
Pengukuran level dengan menggunakan level Radar memiliki prinsip
kerja yang sama. Suatu sumber signal gelombang micro yang
dipancarkan dari antena transmitter yang di pasang di bagian atas
tangki, ketika signal yang merambat mengenai batas/interface fluida,
maka pantulan balik dari gelombang signal tersebut akan kembali ke
antena penerima signal, lalu Waktu tempuh yang digunakan oleh
gelombang micro tersebut dikonversikan ke signal receivernya untuk
mengetahui atau mengukur level fluida.
5. LEVEL SWITCH
Level switch merupakan instrument yang berfungsi untuk kondisi dari keadaan
‘hidup / On’ ke ‘tidak normal’ berdasarkan kriteria tertentu. Level switch ini
sangat berguna untuk aplikasi pada PLC, alarm, interlock, relay serta kontrol
On-Off.
Prinsip dasar.
Prinsip dasar dari level switch didasarkan pada perubahan level yang akan
mengakibatkan perubahan gaya yang ditimbulkan oleh fluida. Perubahan gaya
ini akan mengakibatkan gaya tarik pada suatu pelat untuk mengaktifkan
switch dalam kondisi On. Keadaan ini juga berlaku untuk keadaan yang
sebaliknya.

Terdapat beberapa tipe level switch berbasarkan sensing elemen yang


digunakan diantaranya:
-. Level switch menggunakan pelampung.
-. Level switch menggunakan vibrasi
Flow
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui berapa kapasitas fluida yang dialirkan untuk
mendapatkan harga pengukurannya (measurement variable). Aliran pada umumnya
diukur berdasarkan besarnya kecepatan fluida yang melewati luas penampang tertentu,
atau
QV = A x V
dimana :
QV : laju aliran (m3 / det)
A : luas penampang dari pipa (m2)
V : kecepatan fluida (m / det)
Flow transmitter terdiri dari berbagai jenis misalnya vortex, rotameter, mass, magnetic,
differensial pressure, dll.
Beberapa contoh jenis flow transmitter
Variable-area flowmeters (Rotameter)
Pelampung yang berbentuk Tabung runcing (Tappered Tube) akan naik sesuai respon
dari Flow Rate cairan. Tekanan lebih besar dibawah dari pada diatas dari pelampung.
Pelampung akan berhenti jika perbedaan tekanan diantara daerah atas dan bawah
pelampung seimbang dengan berat pelampung tersebut, Flowrate dibaca langsung dari
Skala atau Elektronik.
Umumnya digunakan hanya untuk indikasi
Flow meter Dp
Gesekan aliran didalam pipa ( Line ) menimbulkan Perbedaan Tekanan
(Differential Pressure)
Line Pressure
(Primary Element)
Orifice Plate

H.P. L.P.

Flow Dp terdiri dari 2 buah komponen :


Primary :Di tempatkan di dalam pipa untuk menghambat flow,
contohnya Orifice, Ventury, Nozzle, Pitot Static tube, Elbow Dll.
Secondary :Pengukuran perbedaan tekanan. Menggunakan Koefisien
Konversi yang telah ditetapkan tergantung pada tipe dari
diameter pipa yang digunakan.

SECONDARY PRIMARY
Mass Meters
Mass Flow Rate dapat disimpulkan dengan persamaan berikut ;
Qm = Qv *  where,
Qm: the mass flow rate
Qv : the volume flow rate
 : fluid density
kg/s = m3/s * kg.m3
Terdiri dari 2 alat ;
Satu alat untuk mengukur Kecepatan Flow Alat yang lain untuk mengukur
Density Cairan
Magnetic flowmeter
Variable Flow Rate
Induksi Elektromagnetik. Conductive
Process medium (Feet Per Second)
Tegangan akan dibangkitkan didalam sebuah
Lining D Flange
penghantar yang bergerak melalui medan magnet.
E = kBDV Sensing “E”
E = besaran tegangan induksi Electrodes
V = kecepatan penghantar
D = Lebar penghantar
B = Kekuatan medan magnet
k = konstanta proporsional “E” Field Coils
Cairan proses yang bersifat menghantar bergerak melalui medan
magnet dengan Kecepatan V, elektroda perasa menangkap tegangan.
Flow transmitter berfungsi mengukur flow medium pada suatu pipa.
Misal bila range pengukuran proses adalah 0 – 5 m³/h, maka pada
keadaan 0 m³/h transmitter akan mengeluarkan arus 4 mA. Sedangkan
bila keadaan flow medium 5 m³/h transmitter akan mengeluarkan arus
20 mA.
Flow transmitter terdiri dari berbagai jenis misalnya vortex, rotameter,
mass, magnetic, differential press dll. Berikut contoh Flow Transmitter.

(Gambar Pengukuran Flow oleh Flow Transmitter)


FT pada gambar diatas adalah Flow Transmitter.
FIC adalah Pressure Indicating Controller. FIC di perusahaan ini
diapplikasikan dengan memakai DCS.
Control Valve
Control valve merupakan elemen terakhir dalam suatu loop pengendalian. Control valve
menerima perintah dari controller (DCS) untuk mengendalikan proses supaya sesuai
dengan keinginan operator. Control valve beroperasi dengan supply udara antara 2 - 4 bar
( maksimum 6 bar atau sesuaikan dengan spesifikasi di name plate ). Sementara
perintah pengendalian control valve dari DCS adalah sinyal 4 – 20 mA. Bila supply udara
ke control valve terganggu, maka kerja control valve juga terganggu walaupun valve
tersebut mendapat perintah dari DCS.
Sehingga TIDAK DIBENARKAN menutup supply udara control valve jika valve tersebut
sedang bekerja. Atas perintah DCS, control valve dapat membuka dari 0 – 100%.

(Gambar control valve)


Berdasarkan arah gerakan dari actuatornya, control valve terdiri
dari 2 jenis yaitu :
Air To Close atau Fail Open
Valve ini dalam keadaan awal berada pada posisi membuka
100%. makin tinggi sinyal dari DCS ,valve akan semakin menutup.
Air To Open atau Fail Close
Valve ini dalam keadaan awal berada pada posisi menutup 0%.
makin tinggi sinyal dari DCS, valve akan semakin membuka.
Selain control valve yang dapat bergerak mulai 0 – 100%
terdapat juga control valve yang hanya mempunyai 2 keadaan
stabil yaitu posisi ON atau OFF dan tidak dapat berada pada
posisi persen bukaan tertentu atau sering disebut ”On/off Valve”.
Sebagian besar transmitter yang dipergunakan di
perusahaan ini termasuk kategori yang mutakhir. Ini
ditandai dengan kemampuan transmitter tersebut untuk
berkomunikasi melalui protocol HART. Pemakaian protokol
HART ini memungkinkan transmitter untuk dimaintain
secara remote misalnya dari ruang DCS tanpa kehadiran
personil di lapangan.

(Gambar Hart Communicator)


Bila peralatan instrument ingin dimaintain secara lokal,
maka peralatan instrument tersebut harus dihubungkan
dengan Hart Communicator.
ILMU LISTRIK 1
Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah suatu rangkaian dimana hanya ada satu alur aliran arus
yang melaluinya, rangkaian seri ini Arusnya akan sama, ini berarti aliran arus
IR1 sama dengan aliran arus IR2 dan IR3.
I = IR1 = IR2 = IR3…
sedangkan tahanan totalnya dirumuskan sbb :
RT = R1 + R2 + R3 ...
Dimana
RT = tahanan total
R1, R2, dan R3 = tahanan seri
dan
VT = VR1 + VR2 + VR3 ...
Dimana
VT = tegangan total
VR1, VR2, dan VR3 = tegangan seri

(Gambar rangkaian seri)


Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel adalah suatu rangkaian dimana memiliki dua atau lebih
sambungan komponen dengan sumber tegangan yang sama, tahanan R1, R2
dan R3 di paralel pada setiap sumbernya dan setiap alur paralel memiliki arus
yang berbeda-beda pada setiap cabangnya dengan tegangan setiap cabang
sama dengan sumbernya.
V = V1 = V2 = V3.
sedangkan arusnya :
IT = I1 + I2 + I3….
Dimana
IT = arus total
I1, I2, I3 = arus paralel
dan
1/RT = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3…
Dimana
RT = tahanan total
1/R1, 1/R2, 1/R3 = tahanana paralel

(Gambar rangkaian Paralel)


Hukum OHM
Hukum ohm berlaku di semua rangkaian, di tahun 1827, George Simon Ohm menemukan
bahwa ada suatu hubungan terbatas antara voltase, Arus dan Tahanan, hukum OHM dalam
hubungan ini dapat dinyatakan di dalam tiga cara :
 V = I X R atau E = I X R atau E = IR
Tegangan sama dengan arus di kali dengan tahanan
 I=V/R
Arus sama dengan tegangan di bagi dengan tahanan
 R=V/I
Tahanan sama dengan tegangan di bagi dengan arus
Dimana
V atau E : Tegangan
I : Arus
R : Tahanan

I V

R
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul)
Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik percabangan, yang juga dikenal
sebagai titik simpul.
Pada titik tersebut arusnya bercabang. Dalam hal ini sesuai dengan aturan tertentu.
Contoh: Gambar Percabangan arus

Kita amati misalnya pada titik A beberapa arus sebagaimana diperlihatkan, maka ditemukan bahwa arus I1 dan I2
mengalir masuk menuju titik simpul A, sedangkan arus I3, I4 dan I5 mengalir keluar (meninggalkannya). Disini
terbukti bahwa nilai arus yang masuk besarnya sama dengan nilai arus yang keluar.
Hukum Kirchhoff pertama (titik simpul):
Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah arus yang keluar.
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
Dengan bantuan rumus ini, maka arus yang belum diketahui pada suatu titik percabangan arus, dapat ditentukan
besarnya.
Contoh:
Berapa besarnya arus I2 pada rangkaian dibawah ini ?
Gambar 2.19 Rangkaian parallel

Jawab: I = I1 + I2 + I3 dijabarkan ke I2 menjadi;


I2 = I - I1 - I3 ; I2 = 12 A - 5 A - 4 A = 3 A
Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala)
Pada suatu rangkaian arus tertutup (jala-jala) terdapat suatu pembagian tegangan yang sangat tertentu.
Pembagian tegangan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Contoh:Gambar Rangkaian arus dengan dua sumber tegangan

Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 dan US2 elektron-elektronnya menggabungkan diri
dalam memberikan pengaruhnya secara keseluruhan. Disini sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah
yang sama. Mereka mengendalikan arus I sesuai dengan tahanan yang ada.

Arus I merupakan penyebab terjadinya tegangan jatuh pada tahanan R1, R2 , R3

Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh diketahui, bahwa hal tersebut sama
besarnya, artinya yaitu tegangan sumber terbagi kedalam rangkaian arus secara keseluruhan.
Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala):
Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya sama dengan jumlah semua tegangan
jatuh.
US1 + US2 = I . R1 + I . R2 + I . R3
Dalam praktiknya suatu rangkaian arus biasanya hanya terdiri atas sebuah tegangan sumber dan satu atau
beberapa beban.
Multimeter
Di dunia industri kita mengenal kata multimeter yaitu suatu alat ukur yang
dapat mengukur berbagai macam pengukuran instrumentasi industri,
contohnya tegangan (Volt), Arus (Amp), Tahanan (Ohm), Freqwensi (Hertz) dan
lain-lain. Ada dua type multimeter yang digunakan di industri, multimeter
analog dan multimeter digital, namun yang sering di gunakan di industri adalah
multimeter digital.
Multimeter memiliki tiga atau empat socket pengukuran dan dua probe (merah
dan Hitam) yang berguna untuk menghubungkan multimeter dengan titik
pengukuran, pada tiap-tiap socket memiliki kegunaan pengukuran yang
berbeda-beda, socket satu berguna untuk mengukur tahanan, freqwensi,
tegangan AC maupun DC, kapasitansi dll, socket dua sebagai comm atau
netral, socket tiga dan empat sebagai pengukuran terhadap arus.

Sebelum menggunakan multimeter, atur terlebih dahulu selector switch ke


posisi range pengukuran yang akan kita ukur, ini akan tampak pada layar
multimeter dan pastikan probe terpasang dengan baik dan benar.
Power Supply
Kata power supply sudah sering kita dengar, power supply diartikan sebagai suatu system
rangkaian yang dapat mengeluarkan sinyal tegangan tertentu, adapun tegangan input yang
sering di suplai pada alat instrumentasi adalah 0 - 24 Vdc, power supply terdiri dari dua
rangkaian, rangkaian transformator (trafo) AC dan rangkaian penyearah.

(Gambar rangkaian power supply)


Trasformator (trafo) AC terdiri dari dua buah lilitan primer dan lilitan skunder.
Lilitan primer adalah input tegangan atau sumber tegangan dan lilitan skunder adalah output
tegangan, lalu keluaran tegangan masuk ke rangkaian penyearah tegangan agar menghasilkan
tegangan DC, setelah itu tegangan keluaran dari penyearah di umpankan ke beban sebagai
suplai tegangan ke suatu system.
Terima Kasih
Question

1.Apa yang di sebut dengan sistem kendali proses ???

2.Jelaskan 3 element pengendali proses ???

3.Apa yang di maksud dengan PID dan P&ID ???

4. Jelaskan jenis-jenis pengukuran Level ???

5.Jelaskan tentang hukum Ohm ???

Anda mungkin juga menyukai