Anda di halaman 1dari 45

PAJAK DAERAH DAN

RETRIBUSI DAERAH (PDRD) &


HUKUM PAJAK INTERNASIONAL

KELOMPOK 12
 AYU ERINA 1710313120009
 KARIMA NUR ISTIQAMAH 1710313120021
 NOR AMINAH 1710313120033
 MIA NURHASTRIANI 1710313120043
 FELIKS KRISTANTO PUTRO 1710313210027
PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH (PDRD)
TUJUAN DARI UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH
DAN RETRIBUSI DAERAH

Menyederhanakan
Menyederhanakan sistem dan
berbagai pungutan administrasi
daerah perpajakan dan
retribusi daerah
Penyederhanaan pajak daerah dan retribusi daerah dapat dilihat dari
penyederhanaan jumlah pajak daerah dan retribusi daerah yang ada
sebelum dan sesudah undang-undang ini.

Pajak Daerah
+ 42 Jenis 16 Jenis

Retribusi Jasa Umum dan Jasa Usaha


+ 130 Jenis 24 Jenis

Retribusi Perizinan Tertentu


+ 62 Jenis 6 Jenis
PAJAK DAERAH

Pajak daerah adalah iuran yang wajib dilakukan oleh


orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundangundangan yang berlaku, dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
JENIS PAJAK DAERAH DAN TARIF PAJAK
DAERAH

•Pajak Kendaraan Bermotor


•Biaya Balik Nama Kendaraan
Bermotor
•Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Pajak Bermotor
•Pajak Air Permukaan
Provinsi •Pajak Rokok
•Pajak Hotel
•Pajak Restoran
•Pajak Hiburan
•Pajak Reklame
•Pajak Penerangan Jalan
•Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
•Pajak Parkir
•Pajak Air Tanah
•Pajak Sarang Burung Walet
Pajak •Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Kabupaten/Kota Perkotaan
•Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan
Cara Penghitungan Pajak Daerah
Penghitungan pajak daerah dilakukan dengan
rumus sebagai berikut;

Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak Daerah


PEMBAGIAN HASIL
PENERIMAAN PAJAK
DAERAH
PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK

Peraturan Daerah tentang pajak antara lain sebagai berikut.


1 . Pajak ditelapkan dengan Peraturan Daerah,
2. Peraturan Daerah tentang pajak tidak dapat bcrlaku surut.
3. Peraturan Daerah tentang pajak sekurang-kurangnya mengatur
ketentuan mengenai:
 nama, objek, dan subjek pajak;
 dasar pengenaan, tarif. dan cara penghitungan pajak;
 wilayah pemungutan;
 masa pajak;
 penetapan;
 tata cara pembayaran dan penagihan;
 kedaluwarsa;
 sanksi administrasi; dan
 tanggal mulai berlakunya.
4. Peraturan Daerah tentang pajak dapat mengatur
ketentuan mengenai:
 pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam
hal - hal tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya;
 tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa; dan
 asas timbal balik.
5. Peraturan Daerah tentang obyek, subjek dan pengenaan
pajak harus terlebih dahulu disosialisasikan dengan
masyarakat sebelum ditetapkan.
6. Ketentuan mengenai cara dan pelaksanaan sosialisasi
Peraturan Daerah ditetapkan Oleh Kepala Daerah.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH :

1. Sistem Official Assessment


Pemungutan pajak daerah berdasarkan
penetapun Kepala Dacrah dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan.
2. Sistem Self Assessment
Wajib Paiak menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang.
Dokumen yang digunakan adalah Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
Tata Cara
Pembayaran
dan Tanggal jatuh tempo
Penagihan pembayaran dan
penyetoran pajak yang
terutang paling lama
30 (tiga puluh) hari
setelah saat
terutangnya pajak.
KEBERATAN DAN BANDING

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala


Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:
1. Surat Ketetapan pajak Daerah;
2. Surat Ketetapan pajak Daerah Kurang Bayar:
3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan;
4. Surat Ketetapan pajak Daerah Lebih Bayar:
5. Surat Ketetapan pajak Daerah Nihil; atau
6. pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan
daerah yang berlaku.
BANDING
Jika Wajib Pajak menolak keputusan surat keberatan maka
Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat
keputusan keberatan.
KEDALUWARSA
PAJAK DAERAH
Batas kedaluwarsa dari
Pajak Daerah adalah 5
tahun, kecuali wajib Pajak
Daerah melakukan tindak
pidana Pajak Daerah.
RETRIBU
SI
DAERAH

Retribusi Daerah adalah


pungutan sebagai
pembayaran atas jasa
yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
OBJEK RETRIBUSI

JASA
UMUM
JASA
USAHA
PERIZINAN
TERTENTU
Kriteria Retribusi Perizinan
Kriteria Retribusi Jasa Urnum Kriteria Retribusi jasa Usaha
Tertentu
•Retribusi jasa umum bersifat •Retribusi jasa usaha bersifat •Perizinan tersebut termasuk
bukan pajak dan bersifat bukan pajak dan bersifat kewenangan pemerintahan
bukan retribusi jasa usaha bukan retribusi jasa umum yang diserahkan kepada
atau retribusi perizinan atau retribusi perizinan daerah dalam rangka asas
tertentu. tertentu. desentralisasi.
•Jasa yang bersangkutan •Jasa yang bersangkutan •Perizinan tersebut benar-benar
merupakan kewenangan adalah jasa yang bersifat diperlukan guna melindungi
daerah dalam rangka komersial yang sepantasnya kepentingan umum.
pelaksanaan desentralisasi. disediakan oleh sektor swasta, •Biaya yang menjadi beban
•Jasa tersebut memberi tetapi belum memadai atau daerah dalam
manfaat khusus bagi orang terdapatnya harta yang penyelenggaraan izin tersebut
pribadi atau badan yang dimiliki/dikuasai daerah yang dan biaya untuk
diharuskan membayar belum dimanfaatkan secara menanggulangi dampak
retribusi, di samping untuk penuh oleh pemerintah negatif dari pemberian izin
melayani kepentingan dan daerah. tersebut cukup besar sehingga
kemanfaatan umum. layak dibiayai dari retribusi
•Jasa tersebut layak dikenakan perizinan.
retribusi.
•Retribusi tidak bertentangan
dengan kebijakan nasional
mengenai penyelangaraannya.
•Retribusi dapat dipungut
secara efektif dan efisien,
serta merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah
yang potensial.
•Pemungutan retribusi
memungkinkan penyediaan
jasa tersebut dengan tingkat
dan atau kualitas layanan yang
lebih baik.
JENIS-JENIS RETRIBUSI

Retribusi jasa umum

Retribusi pelayanan kesehatan.


Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda
Kependudukandan dan Akta Catatan Sipil.
Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.
Retribusi parkir di tepi jalan umum.
Retribusi pasar.
Retribusi air bersih.
Retribusi pengujian kendaraan berrnotor.
Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
penggantian biaya cetak peta
Retribusi pengujian kapal perikanan.
Retribusi jasa usaha

Retribusi pemakaian kekayaan daerah.


Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan.
Retribusi terminal.
Retribusi tempat khusus parkir.
Retribusi tempat penitipan anak
Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vila.
Retribusi penyedotan kakus.
Retribusi rumah potong hewan.
Retribusi tempat pendaratan kapal.
Retribusi tempat rekreasi dan Olah raga.
Retribusi penyeberangan di atas air.
Retribusi pengolahan limbah cair.
Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
Retribusi perizinan tertentu
Retribusi izin peruntukan penggunaan
tanah
Retribusi izin mendirikan bangunan
Retribusi izin tempat penjualan minuman
beralkohol
Retribusi izin gangguan.
Retribusi izin trayek
Retribusi izin pengambilan hasil hutan
ikutan
CARA
Penghitungan PENGHITUNGAN
retribusi RETRIBUSI
dilakukan
dengan rumus
sebagai
berikut.

Tingkat Penggunaan Jasa x Tarif


Retribusi
PERATURAN DAERAH TENTANG
RETRIBUSI
 nama, objek dan subjek retribusi;
 golongan retribusi:
 cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;
 prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya
tarif retribusi;
 struktur dan besarnya tarif retribusi;
 wilayah pemungutan;
 tata cara pemungutan;
 sanksi administrasi;
 tata cara penagihan; dan
 tanggal mulai berlakunya.
SISTEM PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Sistem pemungutan Retribusi daerah


adalah sistem official assessment, yaitu
pemungutan retribusi daerah berdasarkan
penetapan kepala daerah dengan
menggunakan surat ketetapan retribusi
daerah (SKRD) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan.
Kedaluwarsa
Retribusi Batas kedaluwarsa
Daerah dari retribusi daerah
adalah tiga tahun,
kecuali wajib retribusi
melakukan tindak
pidana retribusi
daerah.
KEBERATAN

1. Keberatan dapat diajukan Wajib Pajak Daerah atau Wajib Retribusi


Daerah kepada Kepala Daerah terhadap suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD); atau
b. Pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Keberatan diajukan secara ter tulis dalam bahasa Indonesia dengan
diser tai alasan -alasan yang jelas.
3. Jangka pengajuan surat keberatan untuk Pajak Daerah adalah tiga
bulan sejak diterimanya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk retribusi
daerah dua bulan sejak diterimanya Surat Ketetapan Retribusi
Daerah.
4. Kepala Daerah harus mengambil keputusan dalam jangka waktu 1 2
bulan untuk Pajak Daerah dan 6 bulan untuk Retribusi Daerah. Jika
dalam jangka waktu ter sebut Kepala Daerah tidak mengambil
keputusan maka keberatan Wajib Pajak/Wajib Retribusi dianggap
diterima.
5. Keputusan dari keberatan dapat berupa:
a. Ditolak;
b. Diterima; dan
c. Menambah.
Pembetulan,
Pembatalan, dan Kepala Daerah karena jabatan atau
Pengurangan Ketetapan atas permohonan Wajib Pajak/Wajib
Retribusi dapat membatalkan atau
mengurangkan ketetapan pajak yang
tidak benar, membetulkan SKP yang
salah tulis, salah hitung, atau keliru
menerapkan peraturan perundangan.

Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Kepala Daerah dapat
Administrasi mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi
pajak yang terutang menurut
peraturan perundangundangan
pajakdaerah yang berlaku dalam
hal sanksi tersebut dikenakan
karena kekhilafan Wajib Pajak atau
karena bukan kesalahannya.
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Atas kelebihan pembayaran pajak atau retribusi, Wajib Pajak atau
Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian
kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 6(enam) bulan sejak diterimanya permohona kelebihan
pembayaran retribusi harusmemberikan keputusan.

Pembukuan
Wajib pajak yang memenuhi kriteria wajib menyelenggarakan
pembukuan. Kriteria yang berlaku saat ini adalah Wajib Pajak ynag
melakukan usaha, antara lain jasa dagang dengan omzet lebih
besar dari Rp. 300 juta per tahun.
Pemeriksaan
Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban Pajak Daerah.
Ketentuan Khusus
 Ketentuan -ketentuan khusus antara lain sebagai berikut.
 Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala
sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib
Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan perundang -undangan perpajakan daerah.
 Larangan ter sebut di atas berlaku juga terhadap tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membantu dalam pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang -undangan perpajakan daerah.
 Yang dikecualikan dari ketentuan khusus adalah:
1. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksiahli dalam
siding pengadilan.
2. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada Pihak
lainyang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
 Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah ber wenang memberi izin
ter tulis kepada pejabat dan tenagatenaga ahli supaya memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti ter tulis dari atau tetang
Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuknya.
 Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana
atau perdana atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara
Pidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapat memberi
izin ter tulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.
 Permintaan hakim harus menyebutkan nama ter sangka atau nama
tergugat, keterangan -keterangan yang diminta ser ta kaitan antara
perkara pidana atau perdata yang ber sangkutan dan keterangan
yang diminta ter sebut.
Ketentuan Pidana
 Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehİngga merugikan keuangan daerah, maka akan dikenakan
sanksi berupa kurungan maksimal satu tahun atau denda
maksimal dua kali jumlah pajak yang terutang.
 Wajib Pajak yang karena kesengajaannya tidak menyampaikan
Surat Pemberitahuan pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan
tidak benar atau tidak lengkap atau melampİrkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dikenakan
sanksi berupa kurungan maksimal dua tahun atau denda maksimal
empat kali jumlah pajak yang terutang.
 Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan daerah dikenakan sanksi berupa kurungan
maksimal enam bulan dan/atau denda maksimal empat kali
retribusi yang terutang.
 Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal -hal yang telah diatur dalam ketentuan khusus
dapat dikenakan hukuman pidana kurungan paling lama enam
bulan atau denda paling banyak Rp 2.000.000 (dua juta rupiah),
 Pejabat yang karena kesengajaannya tidak memenuhi kewajiannya
atau seorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban
sebagai seorang pejabat, dapat dikenakan hukuman pidana
kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah).
PENYIDIKAN

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah


Daerah diberi Wewenang khusus sebagai Penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang daerah atau
retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana Yang berlaku.
Penyidik berkewajiban untuk memberitahukan Saat dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat polisi Negara
Republik Indonesia. sesuai dengan ketentuan Yang diatur dalam
Undang-Undang hukum Acara Pidana Yang berlaku.
HUKUM PAJAK
INTERNASIONAL
PENGERTIAN HUKUM
PAJAK INTERNASIONAL

• Hukum Pajak Internasional dalam


arti sempit adalah kaidah-kaidah
(norma) hukum perselisihan
(kolisi) yang didasarkan pada
hukum antar-bangsa (hukum
Prof. Dr. internasional).
Ottmar Buhler • Hukum Pajak Internasional dalam
arti luas adalah kaidah-kaidah
hukum antarbangsa ini ditambah
peraturan nasional yang objek
hukumnya adalah perselisihan
(kolisi), tentunya yang letaknya
dalam bidang perpajakan.
SUMBER-SUMBER HUKUM PAJAK
INTERNASIONAL

1. Hukum pajak nasional (unilateral), yaitu peraturan pajak


sepihak yang tidak ditujukan kepada negara lain.

2. Traktat (bilateral • untuk menghindari pajak berganda (double taxation);


dan multilateral), • untuk mengatur perlakukan fiskal terhadap orang asing;
• untuk mengatur mengenai laba Badan Usaha Tetap (BUT);
yaitu perjanjian • untuk memberantas penyelundupan pajak (tax evasion);
pajak dengan negara dan
lain, seperti: • untuk menetapkan tarif-tarif douane.

3. Putusan hakim (nasional maupun internasional).


Tujuan umum dari hukum pajak internasional adalah untuk mengeleminasi gejala
pajak ganda yang dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

l. Dengan cara unilateral,


• examption (pengecualian) yang didasarkan pada di mana negara yang
pure territorial principle atau restricted territorial bersangkutan
principle; dan memasukkan dalam
• taxcredit (kredit pajak) yang dapat dibedakan perundang-undangan
menjadi direct tax credit, indirect tax credit, pajaknya ketentuan untuk
danfictious tax credit/tax sparing menghindari pajak ganda,
seperti:

2. Cara bilateral, dilakukan dengan melakukan perjanjian pajak antar-negara


yang dikenal dengan istilah tax treaty atau perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B) atau lengkapnya adalah agreementfor the avoidance ofdouble
taxation and the prevention of tax evasion. Sampai saat ini Indonesia sudah
memiliki tax treaty dengan 40 negara.

3. Perjanjian multilateral, misalnya General Agreement on Tariffs and Trade


(GAAT) yang mengatur tarif douane secara multilateral.
SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK DALAM PAJAK
INTERNASIONAL

Subjek pajak dapat dibagi Objek Pajak dapat dibagi


menjadi dua poin, yaitu: menjadi dua, yaitu:

 Subjek Pajak Dalam Negeri  Objek Pajak dengan


yang mendapat
(memperoleh) penghasilan sumber di dalam
dari sumber-sumber di luar negeri.
negeri.  Objek Pajak dengan
 Subjek Pajak Luar Negeri
yang mendapat
sumber di luar negeri.
(memperoleh) penghasilan
dari sumber-sumber di
dalam negeri.
PAJAK BERGANDA

Pajak berganda adalah pengenaan jenis pajak yang sama


oleh dua negara (atau lebih) terhadap subjek pajak dan atas objek
pajak yang sama, serta dalam periode yang identik. Dapat pula
diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua negara
(atau lebih) terhadap subjek pajak yang berlainan atas objek pajak
yang sama. Jenis pajak ganda menurut pengertian yang pertama
merupakan pajak ganda internasional yuridis (juridical international
double taxation), sementara jenis pajak ganda menurut pengertian
yang kedua merupakan pajak ganda internasional ekonomis
(economic international double taxation).
PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
(TAX TREATY)
Persetujuan penghindaran pajak berganda adalah perjanjian
pajak antara dua negara secara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan yang diterima atau diperoleh penduduk
dari salah satu atau kedua negara pada pihak persetujuan.
KEDUDUKAN P3B TERHADAP UU PAJAK
DOMESTIK
K eduduk an P3 B di su atu n eg ara ad alah terg antung p ad a sist em p erundang
und angan n eg ara t er sebut . Di Indon esi a P 3B diperl akuk an s eb agai l ex sp ecialis
t erhad ap und ang -und ang do mestik . K ar ena itu , apabil a ada p ert entang an antar a
und ang -und ang do mestik In d o n e si a deng an P3B , atur an - atur an yang ad a dalam P3 B
akan did ahulukan . Namun perlu diingat b ah w a tu ju an di ad akann ya P3 B ad al ah untuk
menghind ari adan ya p emajak an berg and a. Ag ar tid ak terj adi pemaj akan b ergand a at as
p enghasilan yang s ama yang diteri ma at au dip eroleh ol eh subj ek y an g s ama mak a
su atu P3 B memb atasi h ak p e maj ak an su atu n egar a untuk mengenak an p ajak atas suatu
p enghasilan t ers ebut . K etika masing - masing ketentu an do mestik su atu n egara s ama-
s ama meng en akan paj ak at as p enghasilan yang s ama , maka b erdas arkan P3 B , h ak
masing - masing n egara ters ebut untuk meng en akan p aj ak atas suatu p engh asilan dap at
dihilangk an atau dib atasi . D eng an kat a l ain, k etik a suatu n eg ar a men g ad ak an P3 B
mak a neg ar a ters ebut s etuju untuk dibat asi h akn ya untuk meng enak an p ajak
b erd as ark an p emb at as an yang di atur d al am P 3B . P3 B tid ak memb erik an hak p emaj akan
b aru k ep ad a n egar a yang mengad akan P3 B. A dapun p eng enaan p ajak su atu negar a at as
su atu j enis p engh asil an didasark an atas ket entu an do mestik negara t ers eb u t . D engan
d emiki an , ap abila d alam P3 B su atu n egara dib eri h ak pemajak an at as su atu
p enghasilan tert entu , ak an tetapi n egara tersebut b erd as ark an huku m do mestikn ya
tidak mengen akan p ajak at as p engh asil an tertentu t ers ebut maka n egara t er sebut tid ak
d apat meng enakan p aj ak at as p engh asil an t ert entu ter s ebut w al aupun P 3 B memberikan
h ak p e ma j a k a n k ep ad a n eg ar a t er s ebut .
MODEL P3B

Terdapat dua model P3B yang sering dijadikan acuan negara-


negara di dunia dalam membuat P3B, yaitu Organization for Economic
Cooperation and Development Model (OECD Model) dan United
Nations Model (UN Model). Namun biasanya dalam perundingan
masing-masing negara akan mengajukan Model P3Bnya masing-masing
yang merupakan modifikasi dari OECD Model dan UN Model
tergantung dari sudut pandang kepentingan negara tersebut. OECD
Model dibuat berdasarkan perspektif atau kepentingan negara-negara
maju, sedangkan UN Model dibuat perdasarkan perspektif atau
kepentingan negara-negara berkembang. OECD Model lebih
mengedepankan pada asas domisili negara yang memberikan jasa atau
menanamkan modal, di mana hak pemajakannya berada di negara
domisili. Sedangkan UN Model lebih mengedepankan asas sumber
penghasilan, karena negara berkembang umumnya yang menggunakan
jasa dan yang menerima modal dari luar negeri, sehingga model ini
lebih menerapkan pemajakan yang berasal dari negara yang memberi
penghasilan (negara sumber). Indonesia mempunyai model sendiri yang
disebut P3B Model Indonesia (Indonesian Model) yang merupakan
modifikasi dari UN Model.
OBJEK PAJAK YANG TERCANTUM
DALAM TAX TREATY PADA UMUMNYA
TERDIRI ATAS 15 JENIS PENGHASILAN,
YAITU:
1. penghasilan dari harta tetap atau barang tak bergerak
(income from immovable property)

2. penghasilan dari usaha (business income atau business


profit)

3. penghasilan sari usaha perkapalan atau angkutan udara


(income from shipping and air transport)

4.dividen (divident)

5. bunga (interest)
OBJEK PAJAK YANG TERCANTUM
DALAM TAX TREATY PADA UMUMNYA
TERDIRI ATAS 15 JENIS PENGHASILAN,
YAITU:

6. royalti (royalty)

7. keuntungan dari penjualan harta (capital gain)

8. penghasilan dari pekerjaan bebas (income from


independent personal service)

9. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan


kerja (income from dependent personal service)

10. gaji untuk direktur (director fees)


OBJEK PAJAK YANG TERCANTUM
DALAM TAX TREATY PADA UMUMNYA
TERDIRI ATAS 15 JENIS PENGHASILAN,
YAITU:
11. penghasilan seniman, artis dan atlet (income earned
by entertainers and athletes)

12. uang pensiun dan jaminan sosial tenaga kerja


(pension and social security payment)

13. penghasilan pejabat pemerintah (income in respect


of government service)

14. penghasilan pelajar dan peserta pelatihan (income


received by students and apprentices)

15. penghasilan lain-lain (other income)


DASAR HUKUM EKSISTENSI TAX
TREATY

1. • Dalam Pasal 44 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan


Undang- bahwa Presiden dengan persetujuan Dewan
undang Dasar Perwakilan Rakyat membuat perjanjian dengan
1945
Negara lain.
• Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Pemerintah membuat Perjanjian Internasional dengan satu negara
atau lebih, atau subjek hukum internasionallain berdasarkan kesepakatan ; dan para pihak
2. berkewajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.
• Pasal 3 dijelaskan bahwa pemerintah mengikatkan diri pada perjanjian internasional antara lain
Undang- melalui pengesahan.
undang No. • Pasal 9 ayat (2) menyatakan bahwa pengesahan dilakukan dengan undang-undang atau keputusan
presiden.
24 tahun • Pasal 10. Sehubungan bahwa sifat dari Tax treaty ini sendiri adalah hal yang teknis administratif dan
2000 tidak termasuk dalam perjanjian-perjianjian yang termasuk dalam pasal 10 sehingga harus disahkan
melalui undang-undang, maka seluruh tax treaty dianggap telah diratifikasi oleh Negara Indonesia
dengan Keputusan Presiden.

3. • Pasal 32A menyatakan bahwa pemerintah berwenang


Undang- untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah
Undang
Pajak Negara lain dalam rangka perjanjian penghindaran
Penghasilan pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai